Hari ini 23 tahun yang lalu, bayi perempuan mungil itu dibawa ke rumah ini. Bayi perempuan mungil yang membalikkan badannya sendiripun belum bisa, berkulit putih, rambut hitam tebal, dan berhidung mancung seperti ibunya. Ibunya, seorang perempuan muda cantik jelita yang tak kuasa berlama - lama untuk mengasuh bayi perempuan mungil anaknya. Tubuhnya makin melemah, didera penyakit - penyakit yang menggerogoti tiap hari. Penyakit yang muncul karena kebiasaannya melarutkan diri dalam kehidupan 'dunia malam', pergaulan bebas dan konsumsi alkohol serta obat - obatan terlarang. Lalu diapun meninggal, tak lama setelah melahirkan anaknya. Ya, anaknya, bayi perempuan mungil yang diboyong ke rumahku, oleh suamiku. Laki - laki yang juga bapak kandungnya. Karena bayi mungil itu adalah anak maduku.
Hari ini 23 tahun lalu, bisa saja aku menolak kehadiran bayi mungil itu, karena dia bukanlah darah dagingku. Bahkan dia justru anak maduku, perempuan yang membuat suamiku bertekuk lutut padanya dan menduakan cintaku. Di saat aku mempercayakan keyakinan kepadanya menjadi laki - laki yang bisa 'memimpin' keluarga ini. Namun apalah daya saat hatinya dibalikkan, saat cinta 'antah berantah' muncul, melanda dan tak tertahankan. Suamiku, ayah anak - anakkupun tak kuasa menolak kehadiran perempuan itu dengan segala yang ada padanya.
Suamiku pun memutuskan untuk memiliki perempuan itu untuknya. Demi sebuah upaya penyelamatan, demi sebuah upaya kemanusiaan, demi sebuah 'panggilan' yang diyakininya untuk dituruti. Kiranya tak perlu kuceritakan, kehancuran hatiku saat mengetahui hal itu. Karena apapun yang kurasakan saat itu, tak bisa dilukiskan dengan kata - kata atau dibayangkan oleh yang lainnya. Cukup hanya aku yang merasakan dan menelan pahit, getir rasa dan nyerinya luka. Dan aku memilih bertahan, menerima kenyataan dan akhirnya waktu menunjukkan padaku bahwa pilihanku ternyata benar.
23 tahun kini, bayi perempuan mungil itu telah menjelma menjadi perempuan cantik jelita. Mirip ibunya, mendiang maduku dulu. Jikalau ibunya masih hidup, mungkin mereka berdua bak pinang dibelah dua. Sejak hadir di rumah ini, sejak wajahnya yang cantik, lucu sekaligus tak berdaya, bayi perempuan mungil itu telah membuat hatiku luluh dan jatuh hati padanya. Kehadirannya justru menyingkirkan luka dan kecewaku, mencairkan bekunya hatiku karena luka dan kecewa atas 'pengkhianatan cinta' suamiku.
Dari hari ke hari, kucintai dia seperti anak kandungku sendiri. Ya, akupun tak berdaya saat hati dibalikkan. Saat cinta 'antah berantah' muncul, datang melanda dan tak tertahankan. Cintaku pada bayi perempuan mungil, anak dari suamiku dan maduku. Kuasudia menjadi putri remaja jelita, bunga tercantik di rumah ini. Kadang bahkan kudahulukan kepentingan dan kebutuhannya, melebihi kepentingan dan kebutuhan anak - anakku lainnya. Sedemikianlah cintaku pada putri maduku, yang 23 tahun lalu dibawa ke rumah kami oleh suamiku.
Kini, 23 tahun telah berselang. Kusadari bahwa apa yang kulakukan pada bayi perempuan mungil putri maduku, adalah keajaiban doa dari seorang ibu yang tahu saat - saat ajal akan menjemputnya. Doa dalam ketidakberdayaan melawan takdir akhir hayatnya. Doa satu - satunya untuk anaknya, bayi perempuan mungil yang tak sempat disusuinya, diasuhnya dan dibesarkannya. Doa agar bayi perempuan mungil anaknya mendapatkan cinta ibu dari perempuan lain yang mencintai anaknya seperti anak kandung sendiri. Doa seorang perempuan, doa seorang ibu, doa maduku ... istri kedua suamiku.
Kini kusadari bahwa doanya lah yang telah membuat Tuhan membalikkan hatiku dan menerima dengan iklas amanatNya untuk menjadi ibu bagi bayi perempuan mungil itu. Dan kini, hatikupun semakin takjub kepadaNya, kehendakNya, yang telah menuliskan alur cerita yang luar biasa bagi kami sekeluarga. Karena kami semua mampu mencintai bayi perempuan mungil itu, sebagai bagian penting dalam kehidupan kami sejak 23 tahun lalu dan sampai akhir nanti.
(Sebuah kisah fiktif yang diangkat berdasar kisah nyata seorang perempuan dan bayi perempuan mungil anak madunya)
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di
- Lika-Liku Menikah Muda: Kesiapan, Pilihan dan Tanggung Jawab
- Hidup Bahagia Dengan Rp. 50 Ribu Sehari, Cukupkan Atau Cukupkah?
- Terimakasih Ma, Pa, Telah Mengusahakan Yang Terbaik Untuk Kami
- Ingatlah Bersikap, Karena Saat Sang Ajal Datang, Kita Harus Siap
- Kebahagiaan Anak Adalah Mutiara Terindah Orang Tua
- Jadi Banteng Ternak (Bapak Ganteng Anter Anak), Why Not?