Hidup Bahagia Dengan Rp. 50 Ribu Sehari, Cukupkan Atau Cukupkah?

Fimela diperbarui 08 Agu 2016, 09:48 WIB

Sejak ditemukan dan diterapkannya sistem pembayaran dengan uang, tak ayal lagi, uang menjadi hal terpenting dalam kelangsungan hidup manusia. Hampir semuanya bisa dihargai dengan uang. Namun tidak segalanya bisa dibeli dengan uang, yang salah satunya adalah kebahagiaan. Walaupun  sebagian manusia masih bisa berdalih dengan ungkapan:

"No, money can't buy happiness. But YES, it finances many illusions."

Kebahagiaan tak terbeli dengan uang, yang bisa didapatkan adalah ilusi. Benarkah demikian?

Hidup dalam kebahagiaan atau hidup dalam ilusi, keduanya adalah suatu keniscayaan dan bisa terjadi kepada siapapun. Yang pertama, jelas diinginkan oleh semua orang. Kebahagiaan dalam hidup memberikan rasa damai, tenteram dan perasaan selalu berkecukupan, bagaimanapun kondisinya.Kunci kebahagiaan sebetulnya adalah pada penerimaan mutlak atas kondisi atau keadaan apapun yang dihadapi. Seberapapun hasil yang didapatkan dan dimiliki, tetap berusaha untuk mempertahankannya, lalu sesekali berusaha meningatkannya.

Yang kedua, banyak ditempuh orang manakala manusia tak puas dengan kehidupan yang dimiliki dalam keaadaan yang tak sesuai dengan harapan. Lalu berburulah mereka 'kebahagiaan semu' yang bersifat sementara waktu. Bak mimpi di siang bolong atau halusinasi memandang fatamorgana di padang kerontang. Dengan menggunakan segala cara dan  kekayaan yang dimilikinya, didapatkannyalah ilusi - ilusi pemuas jiwa. Mereka pun hidup dalam ilusi yang setiap kali harus 'dibeli' dan dinikmati agar sesaat terlupa dengan kenyataan hidup.

Adakah para pemilik uang triliunan yang ada di luar negeri adalah para pemilik kebahagiaan? Ataukah justru mayoritas orang Indonesia yang tak pernah memiliki tabungan dan hanya memiliki cukup uang untuk makan sehari - hari sajalah para pemilik kebahagiaan itu? Jawaban yang pasti, hanya di hati mereka sendiri - sendiri. Yang lain hanya mampu menebak - nebaknya saja. Karena perasaan bahagia didapatkan dan dimiliki seseorang dalam wujud yang berbeda - beda. Tiada kan bisa diperbandingkan dengan yang lainnya.

Seorang petani tua dengan sepetak sawah dan sejengkal kebun di sekeliling rumahnya, sudah cukup merasa bahagia manakala hasil bertaninya cukup untuk makan keluarganya dalam keseharian. Lima puluh ribu rupiah sehari, sudahlah cukup besar baginya dan keluarganya. Namun ada juga konglomerat kaya raya yang resah dan gelisah dalam kesehariannya karena selalu memikirkan pencapaian target usahanya agar bisa melakukan invasi bisnis ke bidang usaha lainnya atau malah untuk membayar hutang atau pajak yang tertunggak. Lima puluh ribu rupiah baginya adalah segelas kopi untuk menemani meeting dengan mitra usahanya atau biaya parkir mobil mewahnya saat belanja di mall perbelanjaan terkemuka di pusat kota.

Dalam satu momen diskusi bersama sahabat, dia berkata. "Pokok permasalahannya adalah CUKUPKAH dengan uang 50 ribu Rupiah untuk sehari bagimu atau CUKUPKAN dengan uang 50 ribu untuk sehari bagimu. Itu saja. Jawaban alasannyalah yang akan menentukan tindakan selanjutnya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup."

Hidup memang pilihan dan terkadang pilihan terbaik adalah berdamai dengan keadaan yang ada. Karena kebahagiaan tanpa kedamaian hanyalah ilusi yang sementara sifatnya. Oleh karena itulah kenapa  disebutkan bahwa 'bahagia itu sederhana', karena bahagia hanya membutuhkan perdamaian antara masing - masing individu dengan kondisi hidupnya masing - masing. Dan tak salah kiranya jika ada peribahasa asing yang mengatakan bahwa:

"Tuhan itu sederhana dan penyuka kesederhanaan. Oleh sebab itu diciptakanNya lebih banyak manusia sederhana di muka bumi ini."

Silakan dipahami dengan keyakinan dan dari sudut pandang masing - masing, arti kebahagiaan hidup itu dan tak perlulah kemudian diperdebatkan. Karena menilai kebahagiaan hidup masing - masing adalah hak asasi orang per orang.

Dan di samping saya duduk menulis artikel ini, terdengarlah dua anak manusia yang sedang asyik bermesra. Terdengarlah kalimat si laki - laki sambil memandang mesra kekasihnya:

"Aku sudah cukup bahagia jika kamu selalu ada di sampingku."

Kalimat yang hampir membuat tempe mendoan lima ratusan rupiah di tangan saya hendak lepas dari pegangan.

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/

(vem/wnd)