Awal bulan Agustus, tepatnya minggu pertama bulan Agustus, dirayakan sebagai World Breastfeeding Week (WBW) atau Pekan ASI Sedunia. Sejak tanggal 1 hingga 7 Agustus mendatang, seluruh dunia menyuarakan tentang manfaat menyusui bagi ibu dan bayi dari berbagai sudut pandang.
Pada tahun ini, WBW 2016 mengambil tema penting yaitu meningkatkan awareness tentang menyusui sebagai bagian penting dari pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan pernyataan worldbreastfeedingweek.org, dengan memahami menyusui merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan berkelanjutan, masyarakat diharapkan dapat lebih memaknai nilai kehidupan sedari awal kelahiran, menghormati satu sama lain dan peduli terhadap dunia tempat kita berbagi hidup bersama-sama.
Tujuan WBW 2016 ini salah satunya adalah memberikan informasi kepada masyarakat untuk mempromosikan, melindungi dan mendukung program menyusui. Antara lain melalui kampanye nutrisi sehat ibu menyusui, lingkungan hidup dan perubahan iklim, produktivitas bekerja, empowerment, perlindungan sosial dan aturan hukum.
Salah satu hal yang tak kalah penting adalah bagaimana masyarakat memandang kegiatan menyusui yang dilakukan ibu kepada bayinya, adalah hal yang wajar dan perlu didukung. Tentunya tak sekali-dua kali kita membaca berbagai pemberitaan tentang larangan atau pengucilan terhadap ibu yang menyusui.
Berbagai argumen melatarbelakangi larangan tersebut. Seperti yang pernah ditulis Vemale.com, seorang ibu bernama Gemma Murphy dilarang menyusui bayinyadi ruang tunggu rumah sakit di Rugby karena dianggap mengganggu pasien lain. Sementara itu, yang seringkali terjadi di Indonesia adalah rasa tidak nyaman dari pandangan banyak orang saat seorang ibu harus menyusui bayinya di tempat publik.
"Tidak boleh ada standar ganda. Mengapa kita bisa menganggap orang-orang memakai baju terbuka sebagai hal yang normal, tetapi ibu-ibu menyusui di tempat umum dianggap saru?" ujar Irawati Budiningsih, divisi dana usaha AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) kepada Vemale.com. "Sekalipun di tempat umum, ibu-ibu juga dapat menyusui dengan nyaman dan 'indah'. Itu semua ada caranya kok, khususnya untuk ibu-ibu yang berjilbab."
Jika selama ini persepsi terhadap ibu menyusui selalu 'terbuka' pada bagian dada, ternyata tak selalu seperti itu. "Ada yang pakai baju menyusui. Bisa kenakan kaos dalam, jadi saat baju luar dibuka, masih ada kaos dalam yang bisa menutupi perut dan punggung," ujar ibu dari tiga orang anak ini. "Sebetulnya ada apron yang bisa dikenakan untuk menutupi. Tetapi nggak semua anak suka disusui dengan ditutupi apron karena risih dan gerah."
Lebih jauh lagi, pandangan masyarakat umum tentang payudara wanita dan menyusui di Indonesia belumlah begitu terbuka. Payudara wanita cenderung dianggap sebagai bagian tubuh yang merangsang secara seksual. "Padahal kebudayaan Indonesia zaman dahulu lebih terbuka. Payudara wanita tidak dianggap tabu. Masalahnya masyarakat kita belum terdidik untuk melihat inti masalahnya. Bukan payudaranya, tetapi yang terpenting adalah makanan bayinya," terang Ira.
Dukungan terhadap ibu menyusui perlu kerjasama banyak pihak. Tak hanya menjadi PR sang ibu, tetapi juga keluarga, tetangga, teman kantor, pemerintah hingga lingkungan sosial secara global.
"Breastfeeding is not only the cornerstone of a child’s healthy development; it is also the foundation of a country’s development"UNICEF untuk World Breastfeeding Week 2016
Menyusui bukan sekedar tentang memberikan makanan untuk bayi. Ada ikatan (bonding) antara ibu, bayi, ayah dan keluarga yang turut membentuk seorang anak menjadi manusia seutuhnya.
- Membawa ASI Perah di Pesawat, Ini Aturan Yang Perlu Diperhatikan
- Menyusui Bisa Kurangi Risiko Seorang Ibu Terserang Diabetes
- Bayi Terus Menangis Saat Disusui, Jangan Panik.. Ini Penyebabnya
- Masalah-Masalah Ini Wajar Terjadi Saat Menyusui, Tak Perlu Khawatir Bunda
- Bekerja dan Tetap Beri ASI Eksklusif pada Bayi, Ini Tips Dokter
- Unggah Foto Menyusui di Toilet, Wanita Ini Mendapat Banyak Kritik dan Kecaman