Permulaan awal tahun ajaran sekolah telah dimulai hari Senin (18/7) kemarin. Bicara tentang sekolah, saya jadi ingat sebuah lagu yang diajarkan saat kecil dulu.
Oh Ibu dan Ayah, Selamat PagiKupergi sekolah sampai kan nanti
Selamat belajar, Nak, penuh semangat
Rajinlah selalu tentu kau dapat
Hormati gurumu sayangi teman
Itulah tandanya kau murid budiman
Larik - larik kalimat di atas adalah bait - bait lagu yang di masa - masa terdahulu dikenal dan dihapal oleh banyak anak - anak sekolah, terutama anak - anak TK dan SD. Lagu yang sebenarnya diciptakan untuk dinyanyikan secara duet atau trio oleh anak yang 'pamit' sebelum berangkat ke sekolah, lalu kemudian dijawab dengan doa, pesan dan harapan oleh orang tuanya.
Lagu sederhana, namun bermakna sangat mendalam, jika saja sedikit lebih diperhatikan dan dipadupadankan dalam aktivitas keseharian. Mungkin pula akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan mental yang berkualitas pada diri si anak, juga memperkuat simpul relasi antara anak dengan orang tua yang harmonis dan serasi, apabila saja 'pesan' di dalam lagu ini dipraktekkan oleh seluruh keluarga Indonesia di setiap pagi menjelang aktivitas mereka. Memangnya bagaimanakah kenyataan umum yang terjadi?
Sudah lebih dari lumayan jika anak - anak di jaman sekarang ini masih mau pamit untuk berangkat sekolah, apalagi sambil mencium tangan orang tuanya dengan takzim dan meminta restu. Sudah sangat baik, apabila pagi saat persiapan menuju sekolah, dilalui oleh seluruh anggota keluarga dengan senyum, ketenangan dan kedamaian. Kebanyakan yang terjadi di masyarakat kita, saat pagi hari adalah The Time Zone of Chaosbagi rumah tangga yang hidup di perkotaan.
Diawali dengan teriakan - teriakan orang tua yang membangunkan anak - anak dari tidur mereka. Kadang tak hanya dengan teriakan, cipratan air dengan gayung mandipun dilakukan agar anak - anaknya segera bangun dan beranjak dari dipan. Kemudian masing - masing akan sibuk sendiri - sendiri, memanfaatkan waktu yang terbatas di pagi hari untuk mempersiapkan diri memulai aktivitas masing - masing sepanjang hari nanti. Jangankan senyum, saling tegur sapa dengan lembut dan sopan, atau berkalimat yang menyenangkan. Yang ada justru gerutuan, semua terburu - buru dalam kepanikan, dan teriakan dibalas dengan teriakan.
Bapak, sibuk dalam persiapannya sendiri untuk bekerja (dalam kasus - kasus tertentu, di daerah tertentu, bapak malah sudah pergi di pagi buta dan pulang di larut malam untuk menghindari kemacetan jalan raya). Kadang Ibu pun begitu, jikapun tidak, sibuk dalam tugasnya menyiapkan sarapan yang kadang nantinyapun tak termakan. Anak - anak kalang kabut, silang sengkarut, hilir mudik bergegas bahkan berlari - larian. Lalu jika sudah begini, kapan pamit dan mohon doa restu si anak akan disampaikan, atau bagaimanakah pesan, doa dan harapan orang tua akan disisipkan?
Dalam tahun ajaran baru ini, muncul himbauan setingkat surat edaran Menteri Pendidikan, yang meminta kepada orang tua untuk mengantarkan sendiri anak - anaknya ke sekolah, (sekurang - kurangnya) di hari pertama sekolah. Ada apa gerangan? Adakah karena Sang Menteripun juga melihat dan merasakan bahwa dewasa ini, simpul relasi anak - orang tua dan guru memang sudah sedemikian longgarnya dibanding masa - masa yang lalu? Adakah Sang Menteri berharap bisa membangkitkan dan membangun kembali nostalgia masa lalu, di saat berangkat sekolah selalu diawali dengan 'keharmonisan' dalam keluarga yang dimulai dari tiap - tiap rumah, seperti yang digambarkan dalam larik - larik lagu di awal tulisan ini? Ataukah hanya sekedar program pembeda dari tahun - tahun yang lalu atau menteri - menteri sebelumnya?
Namun yang pasti, ada saat bagi setiap anak untuk mengingat kembali saat - saat diantarkan ke sekolah oleh orang tuanya sebagai salah satu kenangan yang tak akan lekang oleh usia. Apalagi jika ingatan itu tentang ayahnya yang mengantarkannya dengan menggendong di pundak sambil berjalan kaki menyusuri jalan - jalan di perkampungan, atau berboncengan dengan sepeda kuno sambil bernyanyi bersama penuh keceriaan. Seperti masa kecil saya dan kakak - kakak, saat sekolah dulu.
I really miss my childhood! And I miss you so bad, Dad!
Marilah bersama - sama disimpulkan. Bagi seorang anak di usia berapapun, kehadiran bapak atau ibu atau malah keduanya, saat mengantarkannya ke sekolah, apalagi di hari pertamanya masuk sekolah, adalah hal yang sangat luar biasa. Bukan pembantu, bukan sopir pribadi, bukan mobil jemputan atau malah taksi dan ojek online, seperti yang menjadi gaya hidup kekinian. Karena bagi seorang anak, baik yang hidup di jaman dahulu, saat ini, ataupun yang akan dilahirkan di masa depan nanti, kehadiran orang tua adalah sesuatu yang sangatlah berharga. Di manapun, kapanpun dan bagaimanapun.
Bapak, ibu, besok antarkan anak - anak sekolah ya? Sekali pun cukup, jika memang tak bisa setiap pagi. Dan sambil mengantarkan mereka, ajarkan lagu di atas lalu menyanyilah bersama dalam duet atau trio atau paduan suara satu keluarga. Agar mereka memiliki kenangan indah untuk diceritakan kepada anak - anak dan keturunannya kelak.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/
- Getirnya Ploncoan, Potret Eksploitasi Manusia Di Dunia Pendidikan
- Si Kecil Gagal di Hari Pertama Sekolah? Ini Cara Menghadapinya
- Bahaya, Jangan Asal Unggah Foto Anak di Hari Pertama Sekolah
- #SaveLaguAnak: Selamatkan Anak Indonesia Dari Lagu Tak Mendidik
- Kala Cubitan Guru Pada Muridnya Harus Berakhir Ke Meja Hijau