Syawal, Tanda Kemenangan Membangun Hidup Dari Awal

Fimela diperbarui 12 Jul 2016, 09:55 WIB

Apa arti Syawal? Dari berbagai literatur yang bisa didapatkan, tak ada penjelasan yang meyakinkan tentang asal muasal nama Syawal. Bisa dikatakan, hanya karena Syawal ada setelah Ramadhan saja lah maka Syawal menjadi segelintir nama bulan dalam Kalender Hijriyah yang paling dihafal, ditandai dan ditunggu kedatangannya oleh orang Islam.

Syawal bagi sebagian besar orang, dianggap sebagai satu awal yang baru untuk kembali dalam perjuangan hidup, mencari dan mengumpulkan materi dan kebendaan untuk nanti menjadi modal perayaan di 1 Syawal tahun depan. Sebagian besar orang yang memang mengabdikan 'hidupnya hanya' dari 1 Syawal ke 1 Syawal berikutnya, dalam perayaan 1 tahun sekali dalam hidupnya.

Ya, karena Syawal is a Celebration of Life. Lihatlah kota - kotapun kosong ditinggalkan para penghuninya, mereka yang rela menempuh ratusan bahkan ribuan kilometer perjalanan kembali ke kampung halaman, asalnya. Berjejalan, berdesak - desakan, macet tak bergerak dan terpaksa tidur di jalan selama puluhan jam. Kemudian menghabiskan berpuluh - puluh jam juga untuk 'pesta - pesta' yang seolah tiada henti. Lembaran - lembaran uang dengan mudahnya dikeluarkan dan digunakan untuk berbagai keperluan dan tujuan yang tidak pernah didapati dalam keseharian. Semua melakukannya, bahkan membuat si paling kikirpun tak punya pilihan untuk juga sedikit mengambil peranan.

Syawal is a Happy Zone. Lihatlah warna - warni baju baru dan gemerlap perhiasan terbaik disertai senyuman lebar yang selalu tersemat di bibir untuk diperlihatkan kepada semua orang. Berkumpul dengan orang - orang terdekat yang dicinta memang mudah untuk merasa damai dan bahagia. Bertemu kembali dengan kerabat atau sahabat yang lama tak berjumpa memang pembangkit kenangan dan nostalgia berikut perangsang rasa gembira yang langka. Hari - hari penuh canda ha ha ha dan hati - hati yang berseri - seri hi hi hi. Semua bersemangat dan bersuka cita, bahkan si pemurung pun tak punya pilihan selain untuk juga mengambil bagian.

Tapi lagi - lagi, tidak ada pesta yang benar - benar sempurna. Even, Syawal is not a perfect party. Masih banyak tangis juga di sana - sini, masih ada duka, masih banyak kehilangan dan juga kepergian. Seolah mengingatkan kepada kita semua, bahwa di Syawalpun, takdir kehidupan juga masih tetap berjalan. Kebahagiaan selalu bersanding dengan kenestapaan.

Jika saja kita sempatkan membuka 'jendela' dan mengintip sedikit kehidupan di sekitar kita atau melihat berita; bagaimana bangsa lain yang masih diamuk peperangan. Hingga untuk merayakan 1 Syawalpun mereka harus sepakat dalam sebuah gencatan senjata, sepakat untuk saling tak menyerang untuk sementara. Seperti di Syria saat ini, misalnya.

Syawalpun diyakini sebagai awal sebuah peningkatan. Setidaknya usia yang meningkat, bertambah alias semakin menua, semua berjalan maju menuju batas akhir masing - masing masa edarnya. Peningkatan usia tentulah menghendaki peningkatan dalam berbagai hal lain yang tak perlu dijelaskan disini, karena setiap kita setidaknya pernah 'mengaji' walau cuma sekali. Atau setidaknya belajarlah dari pengalaman Syawal di tahun ini untuk mempersiapkan diri dalam merayakan Syawal di tahun depan.

Apapun yang ingin ditingkatkan, semoga melulu tentang kebaikan yang diajarkan Tuhan. Karena jika bukan, tidak menutup kemungkinan, justru yang akan dihadapi di Syawal mendatang adalah kenestapaan. Atau bisa jadi malah mendatangkan amukan peperangan. Mari tingkatkan kebaikan, jangan meremehkan satu kebaikan. Karena satu 'percikan' kebaikan terkadang cukup untuk bisa 'meledakkan' kebahagiaan seseorang hingga menerangi hari - harinya bak Matahari.

(vem/wnd)
What's On Fimela