Vaksin palsu. Beritanya sedang hangat, beredar dan yang menggegerkan negeri ini. Geger terungkapnya satu lagi kepalsuan dalam sebuah aktifitas pemalsuan. Yang kali ini melanda dunia kesehatan. Vaksin palsu, yang dibuat bukan oleh satu dua orang namun belasan.
Vaksin palsu, yang baru belum tentu ampuh, ini malah dipalsukan dan dipasarkan. Mungkin sejak lama sudah digunakan. Penggunanya tentu saja, siapa lagi kalau bukan, masyarakat kebanyakan. Masyarakat yang selalu berfikir dan berupaya mencari alternatif kedua, ketiga dan seterusnya, jika sudah menyangkut pembelanjaan anggaran dan manajemen keuangan. Justru para pemalsu melihat ini sebagai peluang emas dan kesempatan. Untuk menawarkan harga murah sebuah alternatif yang palsu sebagai pilihan. Dan sekali lagi, keterbatasan dan kekurangan sekelompok orang yang dalam kondisi membutuhkan, malah dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan. Keterlaluan!
Pemalsuan sudah jelas adalah sebuah penipuan. Mengganti sebagian atau keseluruhan bagian dari suatu barang lalu mengatakannya asli, adalah suatu kebohongan. Tindakan ini sudah selayaknya dijatuhi hukuman karena menyebabkan orang lain mengalami kerugian, bahkan pada kasus - kasus tertentu menyebabkan kematian. Bukankah belum lama berselang, korban nyawa berjatuhan gara - gara menenggak minuman keras berjenis oplosan? Mungkinkah di suatu saat yang dekat, akan banyak bayi dan balita juga akan bertumbangan, bergelimpangan? Karena disuntikkan ke tubuh mereka vaksin palsu alias abal - abal yang buatan farmasi siluman berhati setan.
Para ahli dari pihak yang berwenangpun kemudian turun tangan. Lalu menyatakan untuk jangan terlalu kuatir, karena vaksin palsu 'tak terlalu' membahayakan. Dan 'baru' di 5 Provinsi, vaksin palsu disebarkan. Selama diproduksi selama 13 tahun belakangan. Yang sudah terlanjur divaksin, silakan diperiksakan, untuk divaksin lagi sebagai langkah perbaikan. Masuk akal, bukan?
Betul, kita tak perlu kuatir. Karena kita toh sudah kebal dan bahkan akrab dengan segala bentuk kepalsuan. Dari pakaian, jam tangan, uang lima puluh ribuan, makanan anak - anak yang dengan formalin diawetkan, sampai ke minuman keras yang dicampur bahan bakar kapal atau spiritus untuk lampu penerangan.
Betul, kita tak perlu kuatir. Karena kita toh sudah tak mempan dan bahkan berteman dengan segala bentuk kepalsuan. Dari retorika dunia politik, dialektika kaum cendekiawan, rayuan media hiburan, hingga kenyataan hidup yang sebenarnya di lapangan. Sampai - sampai kita tak tahu lagi kata apa yang bisa diumpatkan. Kita sudah kehabisan kata-kata.
Akhirnya ijinkan sebuah kesimpulan 'palsu' pun disampaikan:
Jangan - jangan sejak dulu, kita semua mendapatkan vaksin - vaksin palsu penuh 'kebohongan'.
Jangan - jangan sejak dulu, kita semua dijejali cairan oplosan yang 'memabukkan' sehingga 'beginilah sudah' nasib bangsa ini dan anak - anak negeri harus diterima sebagai kenyataan.
Negeri di mana yang palsu dianggap asli dan 'nyata', dan yang 'nyata' tidaklah membahayakan ... hanya sedikit menyakitkan.
Keterlaluan!
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di
(vem/wnd)