Dua Tahun Ikut Puasa, Gadis Tionghoa Putuskan Jadi Mualaf

Fimela diperbarui 22 Jun 2016, 12:48 WIB

Di bulan yang penuh dengan keberkahan dan bulan yang begitu suci bagi seluruh umat muslim beriman di dunia yakni bulan Ramadan, nampaknya ada banyak kisah menarik, menyentuh hati dan kisah mengesankan mengenai orang-orang yang mendapatkan hidayah dari Allah SWT untuk yakin memeluk Islam dan menjadi seorang muslim.

Memang, untuk berpindah keyakinan dan memeluk agama sesuai dengan kata hati bukanlah suatu hal yang mudah. Butuh keyakinan yang setidaknya harus dibangun dan diyakinkan selama berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Butuh perjalanan panjang yang tak terus menerus mulus melainkan jalan tersebut berliku-liku juga menguras tenaga dan pikiran.

Jika berbicara mengenai perjuangan dan perjalanan seseorang untuk pindah keyakinan khususnya untuk mereka yang memutuskan untuk memeluk Islam, kali ini kisah menarik datang dari seorang gadis yang berusia 23 tahun. Gadis tersebut adalah gadis keturunan Tionghoa yang kini tengah menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Pertahanan Nasional Malaysia.



Dikutip dari laman nst.com, gadis ini bernama Nuradlin Lim Cia Cia (23). Puasa Ramadan tahun ini, gadis cantik yang bisa disapa Cia ini memutuskan untuk benar-benar memeluk Islam dan menjadi seorang mualaf. Menurut pengakuannya seperti yang disampaikan di New Straits Times, sebelum benar-benar memutuskan menjadi mualaf, selama dua tahun terakhir ia telah ikut menjalankan ibadah puasa. Hanya saja, saat itu ia hanya ikut-ikutan saja dan belum kepikiran untuk menjadi mualaf.

Saat menjalankan ibadah puasa tersebut, ia juga sembunyi-sembunyi karena ia takut kepada orang tuanya dan ia tak ingin membuat orang tua kecewa. Tapi, setelah sang adik mengatakan bahwa ia telah masuk Islam dan menjadi mualaf, gadis 23 tahun tersebut lantas memberanikan diri bahwa ia juga telah memeluk Islam dan menjadi mualaf. Cia mengatakan,

"Sebelum ini, aku puasa diam-diam tanpa diketahui oleh orang tuaku. Aku tak ingin menyakiti perasaan mereka. Ketika adikku mengatakan kepada orang tua ia telah memeluk Islam, baru saat itu aku punya keberanian untuk mengatakan aku telah mengikuti jejaknya. Aku bahagia dengan agama yang aku anut sekarang."


Atas apa yang dikatakan Cia, orang tua awalnya sangat kecewa dan tidak terima. Tapi, lambat laun mereka sudah mau mulai menerima dan mendukung apa yang diyakininya. Sang ibu bahkan sangat mendukungnya. Sang ibu juga tak lupa menyiapkan makanan halal dan makan sahur buatnya juga buat sang adik. Sementara sang ayah, meski ia tak begitu mendukung seperti halnya ibu, sang ayah tetap menghormati dan menghargai keputusan Cia.

Puasa tahun ini, Cia mengaku bahwa ia bisa beribadah puasa lebih tenang dan bahagia. Tapi, karena kuliahnya di bidang kedokteran sangat padat, ia cukup sedih saat dirinya tak bisa salat tarawih rutin di masjid. Hanya saja, ia kembali sedikit lega karena banyak teman-temannya yang baik dan mengajaknya menjalankan shalat tarawih bersama di rumah atau di asrama tempatnya tinggal.

Kisah yang begitu mengesankan. Semoga, Cia istiqomah dengan keputusannya untuk menjadi mualaf dan mendalami Islam lebih baik lagi. Apapun dan bagaimana pun keyakinan kita dan orang lain di sekitar kita, diharapkan agar kita bisa saling menghormati satu sama lainnya. Bagi kamu yang hari ini sedang menjalankan ibadah puasa, selamat berpuasa dan semangat selalu.



(vem/mim)
What's On Fimela