Nabi Musa A.S, Manusia Pilihan Dengan Mukjizat Membelah Lautan

Fimela diperbarui 15 Jun 2016, 17:00 WIB

Dalam agama Islam, dikisahkan ada banyak Nabi atau manusia pilihan Allah yang berakhlak begitu mulia, kisahnya bisa menjadi pelajaran berharga bagi setiap manusia dan apa yang beliau lakukan patut menjadi suri tauladan bersama.

Jika sebelumnya Vemale menceritakan kisah Nabi Yusuf yang tampan tiada tandingan namun tetap rendah hati dan penuh kemuliaan, atau juga Nabi Ayub yang hidupnya didera begitu banyak cobaan serta ujian namun tetap tawakal dan sabar di ambang batas sabar paling tinggi, kali ini sebuah kisah dari salah satu Nabi dari 25 Nabi dalam Islam diharapkan kembali mampu mengetuk hati kita bersama dan mengajarkan kita semua untuk mau menjadi pribadi yang lebih baik dan bertakwa hanya pada Allah SWT semata.

Nabi tersebut adalah Nabi Musa A.S. Beliau adalah putra dari Imran bin Fahis bin Lawi bin Ishaq bin Ibrahim. Nabi Musa diutus oleh Allah di daerah Mesir. Saat itu, di Mesir sedang dipimpin oleh seorang Raja yang sangat kejam, zalim dan mengaku sebagai Tuhan. Raja tersebut adalah Fir'aun.

Perjalanan Nabi Musa menjadi seorang Nabi dan hamba pilihan bukanlah suatu hal yang mudah. Sejak lahir hingga dewasa dan menjadi Nabi, banyak hal yang harus dilewati beliau. Dan berikut adalah sepenggal dari kisah Nabi Musa sejak dilahirkan hingga ia menjadi Nabi, membelah lautan menyelamatkan kaumnya dari kejaran Fir'aun.

(vem/mim)
What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Kelahiran Nabi Musa dan Bayinya Ditemukan Oleh Asiyah Istri Fir'aun

Photo: Copyright S1.kikar.net

Nabi Musa dilahirkan di negeri Mesir yang dipimpin oleh Raja yang zalim dan kejam yakni Fir'aun. Selama pemerintahannya, Fir'aun dikenal senang memperbudak kaumnya dan menindas mereka yang tak lain adalah Bani Israil. Suatu ketika, Fir'aun bermimpi bahwa ada sebuah api yang datang dari Baitul Maqdis lalu membakar negeri Mesir. Namun, di dalam mimpinya ini rumah-rumah Bani Israil tidak ikut terbakar dan mereka pun selamat.

Merasa takut akan mimpinya, Fir'aun pun menanyakan mimpi ini kepada peramal dan penyihir yang dipanggil oleh Fir'aun. Para peramal dan penyihir lantas mengatakan pada Fir'aun bahwa akan ada seorang anak laki-laki yang lahir dari kaum Bani Israil dan menghancurkan Fir'aun. Mendengar penjelasan dari peramal dan penyihir ini, Fir'aun pun mengutus tentaranya untuk menyembelih setiap anak laki-laki yang lahir dari kaum Bani Israil.

Di saat yang bersamaan, Nabi Musa yang ibunya juga berasal dari kaum Bani Israil lahir. Namun, Allah memberikan ilham kepada Musa dan menyuruh sang ibu memasukkan Musa ke dalam peti lalu menghanyutkannya ke sungai saat tentara Fir'aun datang. [startpuisi] "Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa, "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul (QS. Al Qashash, 7).[endpuisi]

Saat dihanyutkan di sungai ini, Asiyah istri Fir'aun menemukan bayi Musa. Wanita mulia itupun lantas membawa Musa ke istana dan meminta izin kepada Fir'aun agar ia diperbolehkan menjaga serta merawat Musa. "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita mengambilnya sebagai anak." (QS. Al Qashash,9). Melihat sang istri mengiba dengan penuh ketulusan padanya, Fir'aun mengizinkan Asiyah merawat dan menjaga Musa.

Ketika dirawat oleh Asiyah ini, Asiyah berpikir bahwa bayi Musa sangat perlu ASI. Ia pun lantas mencari ibu untuk menyusui Musa. Namun, janji Allah untuk mempertemukan kembali sang ibu kandung dengannya sungguhan terjadi. Bayi Musa menolak semua ibu yang hendak menyusuinya dan datanglah ibu Musa yang sesungguhnya. Musa hanya mau menyusu dengan ibu kandungnya. Hari demi hari, Musa tumbuh dan berkembang menjadi seorang pria dewasa yang gagah lagi berani. Ia juga tumbuh menjadi pribadi yang memiliki banyak mukjizat dalam dirinya.

Suatu hari, ia melihat seorang asli Mesir sedang menindas kaum Bani Israil. Musa pun membela orang Bani Israil dengan tujuan kebaikan. Tapi, orang Mesir yang menindas orang Bani Israil meninggal dunia di tangannya meski sebenarnya Musa tak pernah berniat membunuh orang Mesir tersebut. Melihat orang Mesir meninggal dunia, Musa pun ketakutan dan ia memilih untuk meninggalkan Mesir. "Kemudian Nabi Musa pun pergi meninggalkan Mesir dalam keadaan takut kalau ada yang menangkapnya sambil berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari orang-orang yang zalim." (QS. Al Qashash 17-21).

Nabi Musa pun pergi ke suatu tempat yang disebut sebagai Madyan. Di Madyan, Nabi Musa bekerja lantas menikah dengan seorang wanita yang tak lain adalah anak dari majikannya. Setelah menikah, Nabi Musa kembali ke Mesir. Di Mesir, Nabi Musa diangkat menjadi Nabi dan ia menyelamatkan kaumnya dari kezaliman Fir'aun.

3 dari 3 halaman

Musa Diangkat Jadi Nabi, Ia Selamatkan Kaumnya Dari Kezaliman Fir'aun

Photo: Copyrigth wbblanknot.com

Kembalinya Nabi Musa ke Mesir, ia pun semakin bertawakal kepada Allah dan beriman hanya kepada Allah pula. Nabi Musa beribadah dengan khusyuk dan mengingatkan orang-orang agar tidak menyembah berhala atau pun menyembah Fir'aun. Nabi Musa yang sangat mulia di hadapan Allah pun lantas menerima wahyu dan menerima kitab Allah yang tak lain adalah kitab Taurat. Beliau juga memerangi setiap kezaliman yang ada di Mesir.

Atas kebaikan dan kemuliaan hatinya, Musa pun diangkat Nabi oleh Allah dan ia bertugas untuk menjadi imam serta pemimpin bagi kaum Bani Israil. Melihat Musa yang hebat dan mulia, Fir;aun pun semakin murka. Ia menugaskan bala tentaranya untuk membunuh Nabi Musa. Namun, meski berbagai cara telah dilakukan untuk membunuh Nabi Musa, usaha Fir'aun tak membuahkan hasil. Raja zalim dan kejam ini pun semakin murka. Ia lantas memerintah pasukannya untuk melakukan pengejaran terhadap Nabi Musa dan kaumnya untuk menangkapnya dan Fir'aun akan membunuhnya dengan tangannya sendiri.

Nabi Musa dan kaumnya yang merasa takut juga terkepung, lantas melarikan diri hingga dekat pantai Merah. Pelarian ini dilakukan tentu bukan tanpa alasan. Allah telah memerintahkan Nabi Musa untuk membawa kaumnya ke tepi pantai laut Merah dan dari sinilah mereka semua bisa selamat. Dengan izin Allah dan kebesaran Allah, laut merah pun terbelah dan Nabi Musa beserta kaumnya bisa menyeberangi lautan yang terbelah dan selamat.

[startpuisi]Dalam surat Thaha diceritakan, "Dan sesungguhnya Kamu wahyukan kepada Musa. Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu. Kamu tidak perlu khawatir akan tersusul dan tidak perlu takut (akan tenggelam). (QS. Thaha, 77-78).[endpuisi]

Sementara Nabi Musa dan kaum Bani Israil selamat, Fir'aun juga para bala tentaranya yang sedang melakukan pengejaran kepada Nabi Musa ditenggelamkan oleh Allah di dasar laut. Laut yang semula terbelah dan kering lalu kembali dipenuhi air laut dan Fir'aun pun meninggal dunia di sini. Masih dalam surat Thaha diceritakan, "Maka Fir'aun dan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka." (QS. Thaha, 79).

Di Al-Quran diceritakan bahwa untuk membelah lautan, Allah memerintahkan Musa menggunakan tongkat saktinya untuk memukul lautan. Saat lautan tersebut telah dipukul, maka tersibaklah lautan dan terciptalah jalan kering di tengahnya. [startpuisi]"Maka Fir'aun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengkut Musa. Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Lalu Kami wahyukan kepada Musa, "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu" Maka terbelahlah lautan itu tiap-tiap belahan itu adalah seperti golongan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda besar (mukjizat) dan kebanyakan mereka tidak beriman. Sesungguhnya, Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang." (QS. As-Syura, 60-68).[endpuisi]

Ladies, itulah sedikit kisah tentang Nabi Musa A.S. Dari kisah ini setidaknya kita bisa mengambil pelajaran bahwa setiap kali kita menghadapi cobaan atau ujian, kita diwajibkan untuk berdoa kepada Allah SWT. Karena, hanya Dia sebaik-sebaik penolong bagi hambanya yang senantiasa berdoa kepadanya. Semoga, kisah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Bagi kamu yang sedang menjalankan ibadah puasa, selamat menjalankan ibadah puasa dan semoga Allah selalu beserta kita semua.
[pos_1]