Setiap jelang sahur, saya selalu mendengar suara riuh musik yang ditabuh. Sayup-sayup dari kejauhan saya sudah bisa mendengar suara kentongan, kendang atau bahkan galon air minum, dipukul-pukul diiringi suara keras anak-anak yang berseru, "Sahuuuur! Sahur!"
Maklum, rumah saya terletak sangat dekat dengan salah satu pesantren besar di Kota Malang. Meski tidak merayakan bulan Ramadan, saya sangat terbiasa dengan tradisi membangunkan warga dengan musik-musik tabuhan atau disebut Patrol.
Apa sih kesenian patrol? Untuk yang tinggal di perumahan padat penduduk atau masih tinggal di kampung, tentunya sudah tidak asing dengan keriuhan yang hanya ada di bulan Ramadan ini. Kesenian patrol adalah jenis musik rakyat yang bersifat ritmis, tanpa peralatan diatonik, menurut eastjava.com. Musik yang dimainkan sangatlah kompak dan kompleks, bersahut-sahutan satu dengan lainnya. Inilah yang membuat musik patrol sangat efektif untuk membangunkan warga agar tidak telat sahur, Ladies.
Jika ditanya, seperti apa sih sejarah musik patrol ini, sebenarnya tidak ada yang tahu pasti. Yang pasti adalah tradisi ini muncul di daerah pedesaan. Konon katanya, saat itu belum ada alat pengeras suara yang mampu menjangkau sedesa untuk membangunkan sahur. Maka warga pun berinisiatif membuat 'keributan' yang lantang dan bisa membangunkan warga sedesa. Dari situlah tercipta musik patrol.
Sumber: youtube.com/Farrel Mahesa
Patrol tak hanya berfokus pada alat musik yang ditabuh saja lho, Ladies. Biasanya ada satu-dua orang yang ambil suara sebagai, ya bisa dibilang, vokalisnya. Namun seringkali suara lantang bersahut-sahutan ini juga disuarakan oleh anggota kelompoknya yang lain.
Saking uniknya musik patrol ini, di Jawa Timur sering diadakan festival musik patrol lho. Meski seringkali saya terkaget-kaget karena sedang nyenyak-nyenyaknya tidur, terbangun karena suara patrol, tapi sebetulnya saya tidak terlalu terganggu. Karena setiap mendengarkan suara patrol dini hari, saya selalu ingat suasana hangat bulan Ramadan, yang hanya datang setahun sekali.
Nah, itu dia tradisi patrol yang masih dijalankan meski kita sudah memasuki era digital, terutama di daerah Jawa Timur. Bagaimana dengan di daerahmu?
- 4 Amalan Sunah yang Sebaiknya Diperbanyak di Bulan Ramadan
- Dari Sisi Ilmiah, Makan Pakai Jari Tangan Lebih Menyehatkan
- Berbeda 11 Hari, Alasan Ramadan Datang Tak Sama Tiap Tahunnya
- Berpuasa di Tanah Rantau, Ada Rasa Rindu Tapi Aku Tetap Bersyukur
- Suasana Ramadan di Irak, Ada yang Mirip dengan Indonesia
- Tradisi Nyekar Sebelum Ramadan, Ada Rindu Di Setiap Tahunnya
- Di Negara Tanpa Matahari Terbenam, Kami Berpuasa 23 Jam 5 Menit