Saat sebuah doa tak kunjung terjawab atau terkabulkan, sebagai manusia biasa kadang kita ingin marah dan protes. Kita merasa seakan Tuhan tak adil. Menganggap bahwa Dia tak peduli pada kita lagi. Padahal yang semestinya kita lakukan adalah lebih bersabar lagi dengan tetap berusaha sebaik yang kita bisa.
Lima tahun lalu, saya sempat dilanda kecemasan ketika melewati sebuah masa transisi. Pertengahan tahun 2011, saya sudah selesai yudisium dan tinggal menunggu wisuda saja. Praktis setelah melepas status mahasiswa tapi belum mendapat pekerjaan, saya jadi pengangguran.
Tak enak ternyata jadi pengangguran. Memang sih tak ada pekerjaan dan masih bebas melakukan apapun sesuka hati. Tapi tetap saja, lama-lama jadi bosan dan rasanya sedih juga ketika menghadapi kenyataan sudah jadi sarjana tapi masih nganggur. Orang tua pun tak menuntut apa-apa, toh saat itu meski sudah lulus tapi saya belum diwisuda. Meski begitu, saya pun menetapkan target harus sudah dapat pekerjaan sebelum diwisuda.
Dalam kurun waktu sekitar tiga bulan itu, saya mencoba untuk mengirim sejumlah lamaran pekerjaan. Sempat dapat tawaran bekerja dari seorang teman tapi saya merasa tak cocok dengan pekerjaan itu jadi saya lepaskan. Agak menyesal juga saat itu melepaskan tawaran yang sudah di depan mata. Tapi mau bagaimana lagi, saya sudah membuat keputusan untuk mendapatkan pekerjaan yang memang sesuai dengan minat dan saya sukai.
Hari terus berganti, saya masih saja menganggur. Sejumlah teman sudah ada yang dapat pekerjaan, bahkan ada yang langsung lanjut S2. Sementara saya masih nggak jelas juntrungannya. Rasanya jadi makin pesimis bisa mencapai target dapat pekerjaan sebelum diwisuda.
Sampai suatu hari saya mendapat telepon dari Bandung untuk tes dan panggilan wawancara kerja esok lusa. Saya langsung saja menyanggupinya. Padahal lokasi saya di Malang dan belum bisa memastikan bisa dapat tiket kereta api atau tidak untuk ke Bandung. Tapi yang penting dicoba dulu.
Syukurlah, akhirnya saya berhasil dapat tiket ke Bandung. Langsung saya berangkat ke Bandung dengan perasaan was-was. Gimana kalau sudah jauh-jauh ke Bandung ternyata nggak diterima kerja? Sayang kan sudah buang-buang duit untuk tiket kereta? Persiapan untuk wawancara dan tes belum maksimal, gimana kalau nantinya malah bikin malu? Gimana kalau saya malah nyasar di Bandung dan akhirnya telat ke kantornya?
“Be empty of worrying.Think of who created thought!
Why do you stay in prison
When the door is so wide open?”
― Rumi, The Essential Rumi
Saat itu bertepatan di bulan Ramadan. Merupakan pengalaman sendiri melakukan perjalanan 16 jam lebih di kereta api sendirian di bulan puasa. Semua kecemasan dan kekhawatiran saya saat itu saya coba redam. Yang penting coba dulu. Urusan gagal atau tidak itu nanti belakangan. Kalau memang gagal berarti belum rezeki. Daripada nggak dicoba dan malah bikin penasaran dan menyesal, ya kan? Tetap berdoa yang terbaik dan berusaha semaksimal mungkin. Allah will surely guide me through His way.
Setelah kereta sampai di Bandung pukul 08.30, saya naik taksi dan sampai di perusahaan tempat saya akan melakukan tes tepat sebelum pukul 10.00. Meski sempat agak nyasar tapi akhirnya bisa tetap sampai dengan selamat. Tak disangka, tes tulis dan wawancara saat itu berjalan lancar. Lebih mengejutkannya lagi saya kemudian ditanya, "Kapan bisa mulai kerja?" Saya pun bilang kalau bisa mulai kerja setelah wisuda. Detik itu pula calon atasan saya saat itu menyatakan kalau saya diterima bekerja. Berbunga-bunga hati ini rasanya. Alhamdulillah, petualangan baru saya akan dimulai dengan sebuah pekerjaan yang memang sudah saya impikan sejak lama di sebuah kota baru.
“When you go through a hard period,When everything seems to oppose you,
... When you feel you cannot even bear one more minute,
NEVER GIVE UP!
Because it is the time and place that the course will divert!”
― Rumi, The Essential Rumi
Doa saya akhirnya terkabulkan. Keinginan saya untuk bisa dapat pekerjaan sebelum hari wisuda itu akhirnya terwujud. Padahal tadinya rasanya saya sudah hampir menyerah saja. Ingin pasrah saja rasanya. Saat mengirimkan lamaran pekerjaan terakhir itu pun rasanya saya sudah tak berharap banyak. Tapi memang cara kerja-Nya seringkali di luar sangkaan kita. Sungguh Ia tahu saat yang tepat untuk mengabulkan doa hamba-Nya. Doa itu terjawab tepat di bulan Ramadan.
Hanya Dia yang tahu kapan saat yang terbaik untuk mengabulkan setiap untaian doa kita. Kalaupun keinginan kita tak diwujudkan tapi Dia pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik. Yang perlu kita lakukan memang harus tetap bersabar dengan terus berusaha dan menjaga prasangka baik.
-oOo-
LOMBA KISAH RAMADAN VEMALE.COM
Mengulang sukses Lomba Kisah Ramadan Vemale.com 2015, kami kembali mengajak para sahabat untuk membagi kisah inspirasi. Kisah ini bisa tentang suka duka ketika memutuskan memakai hijab, kisah seru di bulan Ramadan, bagaimana rasanya menjadi istri pada puasa pertama, bagaimana rasanya jauh dari keluarga saat Lebaran atau kisah apapun yang meningkatkan sisi spiritual dan kedekatanmu dengan Allah SWT.
Kirim kisahmu melalui email ke redaksivemale@kapanlagi.net
Subjek email: KISAH RAMADAN VEMALE
Hadiah Lomba:
- 20 kisah yang ditayangkan akan mendapat koleksi hijab Ria Miranda.
- 5 kisah terbaik akan mendapatkan koleksi hijab dan koleksi busana muslim dari Ria Miranda.
Kami tunggu kisahmu hingga tanggal 5 Juli 2016. Pemenang akan kami umumkan tanggal 13 Juli 2016.
Contoh kiriman pembaca pada Lomba Kisah Ramadan Vemale.com 2015:
Allah Akan Mengabulkan Doa di Waktu yang Tepat, Bukan di Waktu yang Kita Inginkan
6 Tahun Pacaran Beda Keyakinan, Perpisahan Menjadi Jawaban Dari Allah SWT
Kutemukan Hijab Setelah Terpuruk Dalam Dosa Duniawi
Dari satu kisah, kamu bisa menjadi inspirasi bagi jutaan wanita Indonesia.
Share your story :)
- Kenali Islam dengan Indah, Para Murid Jepang Ini Kunjungi Masjid
- Wanita Muslim Dihina Di Toko, Reaksi Pegawai Ini Mengejutkan
- Hebat! Masih 15 Tahun, Gadis Ini Mahasiswa Termuda Kedokteran
- Kisah Nyata: Kakek yang Sudah Memakamkan 550 Jenazah
- Janna Jihad, Jurnalis Belia Palestina yang Jadi Sorotan Dunia