Di Balik Kata 'Tidak': Melarang dan Melindungi Anak Dengan Cerdas

Fimela diperbarui 03 Jun 2016, 11:01 WIB

Sudah banyak bahasan para ahli tentang bagaimana cara berkomunikasi yang baik,  membangun kepada anak - anak sejak dini. Salah satu dari tema bahasan yang sering disampaikan dan kadang menjadi polemik dan adu argumentasi adalah 'cara melarang, atau bagaimana bicara 'TIDAK' kepada mereka. Memerintah dan melarang memang menjadi bagian tugas orang tua yang disampaikan kepada anak dalam kapasitas orang tua sebagai 'pemimpin'.

Walaupun tugas orang tua bukan sekedar menjadi pemimpin, teteapi beberapa orang tua justru menjadi sedemikian 'otoriter', 'bertangan besi' dan memposisikan diri untuk harus selalu dipatuhi. Jangan heran jika ada seseorang yang hingga masa dewasanya tak bisa menaiki sepeda, karena semenjak kecil dilarang belajar naik sepeda oleh ayahnya. Ayahnya begitu menyayanginya dan selalu ingin melindunginya hingga takut dia akan jatuh, terluka atau celaka.

Berikut rangkuman sederhana dari berbagai dampak buruk yang bisa ditimbulkan pada diri anak, saat mendapati orang tuanya sedemikian mengarahkan hingga terlalu sering melarang. Dalam masing - masing huruf kata TiDAK, dampak - dampak yang ditimbulkan itu adalah sebagai berikut:


(vem/wnd)
What's On Fimela
2 dari 6 halaman

T-TAKUT

Foto: copyright DePhotology Kukuh Digital Studio

Takut mencoba, takut gagal, takut disalahkan dan takut dimarahi, adalah rasa takut yang muncul pada anak - anak yang terlalu sering dilarang. Mereka  tergantung pada perintah dan petunjuk orang tuanya, sehingga tak pernah berani mencoba hal - hal yang baru. Jika rasa takut ini terus dibawa hingga dewasa, anak - anak yang mengalaminya akan menjadi rendah diri atau merasa inferior.

3 dari 6 halaman

I-INFERIOR

Sikap inferior atau merasa tidak percaya diri muncul karena mereka tidak pernah melakukannya atauh mengalaminya, baik sendiri maupun dengan bantuan. Anak hanya memiliki sedikit pengalaman dan 'petualangan' dibanding anak-anak lain.

Sifat inferior bisa terbawa hingga dewasa. Akibatnya dapat menghambat aktivitas sosial, mempengaruhi prestasi hingga semakin menutup diri dalam keterpurukan yang menjadi - jadi. Dalam keterpurukannya, si anak yang telah dewasa lalu memiliki anak, terkadang akan melakukan hal yang sama terhadap anak - anaknya, karena dendam di masa lalu.

4 dari 6 halaman

D-DENDAM

Foto: copyright DePhotology Kukuh Digital Studio

Bagai 'apel yang tak akan jatuh jauh dari pohonnya', si anak yang telah dewasa dan berkeluarga juga cenderung akan melakukan hal yang sama kepada anak - anaknya. Kuat atau tidaknya sikap 'biasa melarang' yang diturunkan, tentunya juga akan bergantung kepada pengalaman hidup selanjutnya saat dewasa.

Semakin kurang dalam menyerap pengaruh dari dunia luar, akan semakin besar kemungkinan bagi si anak untuk persis menjadi seperti orang tuanya. Dan selain mencontoh sifat diktator orang tuanya, satu sifat yang akan terus mengiringi dan seringkali ditunjukkan kepada anak - anaknya nanti adalah sikap apriori.

5 dari 6 halaman

A-APRIORI

Foto: copyright DePhotology Kukuh Digital Studio

Saat melakukan pencegahan suatu tindakan dengan melarang, biasanya orang tuanya akan memberikan alasan - alasan. Dan selain alasan keselamatan anak - anaknya, yang sering digunakan oleh orang tua yang 'over protective', adalah bahwa si orang tua menilai anak - anaknya tak akan mampu.

Di mata anak - anak, hal ini menunjukkan satu ungkapan ketidakpercayaan yang memiliki kecenderungan meremehkan atau mengecilkan arti niat dan keinginan mereka. Tujuan awal yang ingin melindungi anak - anaknya justru menjadikan anak - anaknya selalu takut untuk mencoba, merasa inferior dan tak berkembang.

6 dari 6 halaman

K-KREATIVITASNYA TERHAMBAT

Foto: copyright DePhotology Kukuh Digital Studio

Sudah jelas bahwa anak - anak yang mengalami pengasuhan orang tua yang terlalu sering melarang, akan terhambat kreativitasnya. Daya imajinasi, kemampuan verbal dan non verbal bahkan perkembangan motorik ketangkasannyapun akan terbatas. Anak - anak akan canggung dalam menjalani aktivitas hariannya, baik dalam bermain, belajar dan juga bergaul dengan sesama. Anak - anak akan menjadi manusia yang dengan istilah kekinian disebut; cupu, kuper dan kepo dibuatnya.

-----------------------------------------------------------

Ada beberapa tipe pengasuhan yang dilakukan para orang tua untuk anak - anaknya. Namun terlalu sering melarang dan hampir selalu berkata TIDAK, jelas sangat tidak dianjurkan untuk dianut dan diterapkan. Biarkan anak - anak mencoba, walaupun hasilnya tak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Justru di antara jatuh bangun mereka, banyak pelajaran berharga akan didapatkan.

Tanamkan kepada anak - anak bahwa sebagai orang tua kita tak hanya bisa melarang, namun juga bijaksana dalam menawarkan banyak pilihan. Dijamin, anak - anakpun juga akan bijaksana dalam mengambil keputusan.

Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom
Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/