Menjadi orang tua adalah uji kepantasan dan sekaligus uji kelayakan seorang manusia yang sebenarnya. Apa arti layak? Apa bedanya dengan pantas?
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata “layak” adalah sesuatu yang wajar, pantas dan patut. Layak juga sering disejajarkan dengan mulia atau terhormat. Contohnya “Karena kesuksesan dan jasanya menaikkan citra Indonesia di mata dunia, ia mendapat kedudukan yang…..(mulia; sepantasnya; selayaknya).
Lalu apa arti kata “pantas”? Artinya sesuatu atau seseorang yang sesuai kriteria tertentu sudah selayaknya mendapatkan atau memperoleh sesuatu itu. Jadi pantas dan layak tidaklah menunjukkan suatu kesempurnaan. Melainkan pada kepantasan dan kelayakan saja. Karena tidak ada manusia atau sesuatupun di dunia ini yang sempurna. Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semata.
Lalu apa hubungannya status manusia sebagai orang tua, dianggap sebagai satu uji Kelayakan dan Kepantasannya sebagai manusia? Menjadi orang tua adalah jalan takdir satu - satunya yang harus dijalani oleh setiap manusia yang menginginkan keturunan dan mempertahankan eksistensinya. Namun bukan berarti tujuan memperoleh keturunan dan masalah eksistensi itu, lalu diterjemahkan menjadi sekedar 'membuat' anak, kemudian membiarkannya begitu saja.
Tugas dan kewajiban orang tua bukan sekedar melahirkan, membesarkan lalu melepaskan anak - anaknya saat dewasa. Lebih dari itu tugas orang tua seperti menggabungkan 'semua profesi' menjadi satu. Guru, pelatih, pengasuh, pembantu, koki, perawat, konsultan, psikolog, dan masih banyak lagi jenis 'profesi' yang harus dijalani orang tua untuk anak - anaknya sehari - hari. Dilakukan tanpa diupah, justru harus berkorban segala hal, karena sebagai orang tua, manusia dituntut untuk mengalah pada kepentingan anak - anaknya dan menempatkan mereka di atas keinginan dan kebutuhannya sendiri.
Semua manusia dewasa yang sudah cukup umurnya, dengan kewajiban dan kodratinya, pantas untuk menjadi orang tua. Namun apakah semuanya layak menjadi orang tua? Pertanyaan ini disampaikan demi mendengar dan membaca banyaknya kasus kekerasan terhadap anak di dalam rumah tangga, penelantaran hingga eksploitasi. Juga melihat semakin menurunnya kualitas moral generasi muda yang semakin hari semakin kehilangan jati diri dan kepribadiannya. Yang mudah beringas, hilang akhlak dan kesopanan serta menuruti kemauannya sendiri. Yang tentunya hal ini semua adalah bagian dari tugas orang tuanya masing - masing untuk mengajari mereka, memberi contoh, inspirasi dan motivasi agar menjadi manusia - manusia yang berkualitas tinggi. Bukankah "apel tak akan jatuh jauh dari pohonnya?"
Jika kita tak bisa menjadi orang tua yang layak, lebih - lebih yang sempurna, setidaknya jadilah orang tua yang sebenarnya 'Anda'. Setidaknya anak - anak Anda akan mengenang Anda sebagai orang tua yang telah melakukan yang terbaik bagi mereka. Kemudian, mereka akan melakukan hal yang sama atau lebih baik kepada anak - anak mereka. Generasi penerus keturunan dan eksistensi anda di dunia. Dan yakinlah, anda tidak sekedar sedang menjalani tugas sebagai orang tua semata, namun anda juga sedang menuliskan sebuah catatan sejarah yang akan dikenang oleh anak cucu anda nantinya.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom
Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/
- #ibuibuHOT: Andra Alodita Fokus Asuh Anak, Rezeki Tetap Mengalir
- Tanya Larasati Kompak Dengan Suami, Urus Anak Tanpa Baby Sitter
- Beri Kepercayaan Suami Untuk Berperan di Masa Tumbuh Kembang Anak
- Mengapa Anak Dan Remaja Masa Kini Menjadi Sangat Agresif?
- Perih dan Sedihnya Kondisi Anak-Anak Ini Demi Medali Emas