Pria Ini Ubah Rumahnya Jadi Perpustakaan, Kisahnya Menyentuh Hati

Fimela diperbarui 27 Mei 2016, 12:40 WIB

Sebagai manusia, jauh di lubuk hati kita yang paling dalam pasti ada suatu keinginan untuk bisa berbuat lebih banyak untuk orang lain. Setiap manusia pada dasarnya dilahirkan untuk bisa saling memberi manfaat. Ada kebahagiaan dan kepuasan batin sendiri saat kita bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk lebih banyak orang.

Hernando Guanlao, setelah pensiun dari profesinya sebagai akuntan, dia melakukan sesuatu yang memberi manfaat untuk lebih banyak orang di sekitarnya. Dilansir dari odditycentral.com, pria Filipina ini membuat perpustakaan di tempat tinggalnya untuk anak-anak. Selain ingin menyediakan ruang baca untuk anak-anak, keputusannya membuat perpustakaan ini juga didasari atas niatnya untuk menghormati kedua orang tuanya yang telah memberi warisan berupa harta karun yang sangat berharga, buku.



"Sebagai seorang warga Filipina yang tak berkesempatan pergi ke tempat-tempat lain, saya ingin melakukan sesuatu sebelum mencapai usia 70 tahun dan dapat membantu masyarakat Filipina lain," paparnya. Dan buku jadi medianya untuk bisa membantu lebih banyak orang. Dengan buku, Hernando bisa membantu memperkaya wawasan dan ilmu pengetahuan anak-anak dan orang-orang di sekitarnya.

Cuma satu aturan membaca dan meminjam buku di perpustakaan Hernando. "Aturan satu-satunya adalah tak ada aturannya," begitu kata Hernando. Ide membangun perpustakaan ini berawal dari tahun 2000. Saat itu ia memiliki pojok baca yang berisi koleksi buku bacaannya waktu kecil. Tak disangka, banyak orang yang kemudian mendonasikan buku-bukunya. Sehingga koleksi buku Hernando semakin banyak saja.

Menurut reporter Al Jazeera, Marga Ortigas, Manila memiliki sekitar 50 perpustakaan umum. Hanya saja perpustakaan-perpustakaan itu susah diakses karena aturan yang ketat dan rumitnya penggunaan kartu perpustakaan. Sehingga perpustakaan Hernando ini jadi angin segar tersendiri bagi masyarakat sekitar, khususnya anak-anak yang putus sekolah. Di lingkungan Hernando, banyak anak-anak yang putus sekolah demi mencari nafkah untuk membantu perekonomian keluarga.



Stella Monsanto, remaja berusia 14 tahun ini sangat senang dengan keberadaan perpustakaan Hernando. Karena ekonomi keluarga, ia harus putus sekolah dan akhirnya jadi pemulung untuk membantu keuangan. Di sela-sela waktu luangnya sebagai pemulung, Stella menghabiskan waktunya membaca di perpustakaan. "Saat membaca kita jadi lupa waktu," papar Stella. Dengan buku, Stella bisa belajar banyak hal dan perhatiannya bisa teralihkan.

Selain membangun dan merawat perpustakaannya sendiri, Hernando juga membantu orang dan pihak lain yang juga ingin membangun perpustakaan. Pernah ia memberikan sejumlah kotak berisi buku-buku pada pria yang berusaha membangun perpustakaan di provinsi Bicol. Dia juga pernah membantu temannya yang ingin membuat "perahu buku" di pulau-pulau yang ada di Sulu dan Basilian.

Buku sudah seperti jiwanya sendiri. Menurut Hernando, buku itu harus digunakan dan terus digunakan kembali. Buku punya kehidupan dan juga pesan. Dia merasa dirinya jadi manusia seutuhnya dengan menjadi seorang perawat buku.

Sungguh mulia sekali ya apa yang dilakukan Hernando ini. Memang benar jika kita baru benar-benar bahagia saat kita bisa menghadirkan dan menciptakan kebahagiaan untuk orang lain.

(vem/nda)
What's On Fimela