Seorang ibu pasti ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Bahkan apapun rela dilakukannya agar anaknya bisa mendapatkan hidup yang lebih baik. Tapi apa jadinya jika kita mendengar kabar anak kita tewas secara tiba-tiba?
Inilah yang dialami oleh Zhang Wei. Dilansir dari shanghaiist.com, tanggal 26 April 2016 ia mendapat telepon yang mengabarkan kalau putranya yang berusia tiga tahun meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Guangzhou. Tanpa menunggu lama, Zhang langsung pergi ke rumah sakit. Di sana, tak sampai hati ia mendapati putranya sudah terbaring tanpa nyawa. Yang lebih menyedihkan lagi, putranya tersebut terlihat lebih hitam kulitnya dan lebih kurus dengan lecet di sana-sini.
Bocah malang bernama Jiajia itu diketahui tewas saat mengikuti prosedur rehabilitasi di sebuah pusat rehabilitasi, Tiandao Zhengqi. Jiajia didiagnosis dokter mengidap autisme ringan. Mengetahui hal itu, Zhang sebagai seorang ibu segera mencari cara untuk mengobati putranya tersebut. Akhirnya Zhang memutuskan untuk mengirim Jiajia ke Tiandao Zhengqi yang kabarnya telah berhasil menyembuhkan sejumlah anak autis.
Berharap dapat keajaiban, Zhang mengirim putranya mengikuti program tiga bulan di pusat rehabilitasi tersebut dengan biaya 31.200 RMB atau sekitar 64 juta rupiah. Selama Jiajia menjalani proses rehabilitasi, Zhang tak diizinkan untuk mengontaknya. Xia Dejun, seorang praktisi juga pemilik pusat rehabilitasi tersebut lah yang akan selalu mengabarkan proses perkembangan Jiajia via grup WeChat pada Zhang.
Xia meyakini kalau autisme menimpa anak-anak karena mereka bandel dan malas. Sehingga untuk "mengobati" autisme pada anak, prosedur rehabilitasi yang dirancang melibatkan latihan fisik yang keras, termasuk menyuruh anak untuk jalan kaki 10 hingga 20 km per hari. Xia mengklaim kalau latihan fisik seperti ini bisa membuat anak-anak lebih tenang. Selain pola makan juga diatur dengan sangat ketat, anak-anak tak boleh mengonsumsi makanan olahan dan sebagai gantinya mereka hanya boleh makan sayur, buah, dan nasi.
Jiajia, bocah malang itu dilaporkan meninggal setelah jalan kaki 10 km dengan menggunakan baju super tebal usai sarapan lalu jalan kaki lagi 9 km usai makan siang dan tidur siang. Foto yang tersebar di internet juga memperlihatkan seorang staf mengikatkan tali di pinggang anak berbaju tebal dan menariknya berjalan sebagai salah satu rangkaian rehabilitasinya.
Setelah tragedi tewasnya Jiajia, Xia mengirim pesan pada semua orang tua untuk datang dan menjemput putra-putri mereka. Sementara itu Zhang bersumpah akan menuntut pusta rehabilitasi tersebut. Pemerintah setempat pun sedang menginvestigasi praktik ini.
Malang sekali ya nasib Jiajia ini. Semoga kasus ini bisa segera diusut tuntas dan kejadian seperti ini tak terulang lagi. Memang cukup berisiko jika mengirim anak ke pusat rehabilitasi tertentu tanpa melakukan proses verifikasi yang mendalam.
(vem/nda)