Gadis Kelas 4 SD Ini Sentuh Hati Ratusan Orang dengan Pidatonya

Fimela diperbarui 19 Apr 2016, 10:50 WIB

Sesuatu yang disampaikan dari hati pasti kembalinya ke hati pula. Seperti yang dilakukan gadis cilik kelas 4 SD bernama Keira Meikus. Keira baru saja memukau sekolahnya di hadapan 450 murid setelah berpidato tentang autisme.

Gadis cantik berusia 9 tahun ini memang berbeda dari orang kebanyakan. Dilansir dari abcnews.go.com,ibu Keira, Sarah Charles mengatakan kalau putrinya itu didiagnosis mengidap autisme saat berusia 4 tahun. "Saat itu terasa sulit. Rasanya sangat menakutkan karena aku tak tahu apa yang harus kami lakukan. Aku cemas bagaimana ia menjalani hidupnya nanti dan khawatir apakah ia bisa melakukan semuanya dan menjalaninya seperti kakaknya," ujar Sarah.

Keira baru menyadari dirinya seorang pengidap autisme tahun lalu. Padahal orang tuanya tak pernah memberitahunya. Gadis yang bersekolah di Our Lady of Sorrows Catholic School,Homewood, Alabama ini pun tak malu dengan kondisinya sebagai seorang anak autis. Justru ia sangat semangat untuk memberitahu teman-temannya tentang autisme. Dalam rangka memperingati bulan April sebagai bulan kesadaran autisme, Keira tampil untuk menyampaikan pidato di sekolahnya.

Di dalam pidatonya, Keira memaparkan, "Aku mengidap autisme. Aku seperti kalian. Aku pergi sekolah, mengikuti ujian, menonton TV, aku juga suka musik dan bermain dengan teman-temanku. Aku juga berbeda denganmu. Suara-suara tertentu menggangguku, aku bertepuk tangan saat aku bahagia atau sedang bungah. Aku tak bisa selalu melakukan kontak mata setiap saat, dan aku tak bisa selalu memastikan apakah seseorang sedang serius atau bercanda."

Keira juga menjelaskan bahwa cara bekerja otak pengidap autisme itu berbeda. Cara otak pengidap autisme melihat dan memproses bisa sangat berbeda. Bahkan seorang pengidap autisme bisa kesulitan berkata atau berjalan karena otaknya menampung begitu banyak informasi.

"Aku tak bisa mewakili semua orang yang mengidap autisme, tapi aku yakin sebagian besar ingin menjadi sosok yang bisa diterima dan berbaur. Autisme hanyalah bagian dari diri kita," Keira menutup pidatonya.

"Bagian yang paling kusuka dari pidatonya adalah 'Aku seperti kalian'. Mereka (anak-anak pengidap autisme) menginginkan hal yang sama. Kalau Anda bertanya pada Keira ingin jadi apa ketika besar nanti, dia akan menjawab ingin jadi ibu. Sesungguhnya ada banyak kesamaan dan kita tak harus berfokus pada perbedaannya," ujar Sarah.

Setelah Keira menyampaikan pidatonya, Sarah mendengar banyak wali murid yang memuji Keira atas keberaniannya. Sementara itu, guru Keira, Andrea Smith berujar bahwa sebagian besar terapi bicara Keira berfokus pada cara berkomunikasi dengan orang lain dan bersosialisasi. Keira pun sangat berusaha keras dalam terapi ini. Pidato Keira sukses memukau ratusan orang. Dan ia juga ikut membantu lebih banyak orang untuk bisa memahami autisme dengan pandangan yang lebih terbuka.

(vem/nda)