Bocah Pengidap Autisme Menulis Puisi, Isinya Mengoyak Hati

Fimela diperbarui 13 Apr 2016, 12:00 WIB

Seorang anak bisa sangat jujur pada perasaannya. Saat ia diberi kesempatan untuk mengutarakan isi hatinya, ia bisa mengungkapkan semua kejujuran yang ada. Dan kadang kejujuran yang ia ungkap bisa sangat mengejutkan dan menyentuh nurani.

Benjamin Giroux, bocah 10 tahun ini suatu hari mendapat tugas dari sekolah membuat sebuah puisi. Dilansir dari huffingtonpost.com, sang ayah, Sonny Giroux mengungkapkan kalau baris pertama dan kedua diawali kata "I am" dan "I wonder" sebagai pancingan para murid menulis puisinya. Namun, dalam puisi Benjamin yang diberi judul "I Am" ada ungkapan hati yang begitu jujur tapi juga bikin air mata berlinang.

Aku aneh, aku anak baru.

Mungkin kamu juga begitu.

Kudengar suara-suara di udara.

Tapi tampaknya kamu tak mendengarnya, dan ini tak adil.

Maunya aku tak merasa muram.

Aku aneh, aku anak baru.

Kuanggap kamu juga begitu.

Aku seperti seorang anak yang tinggal di luar angkasa.

Kusentuh bintang-bintang dan merasa terkucilkan.

Aku cemas dengan yang orang-orang pikirkan.

Aku menangis saat orang-orang tertawa, itu membuatku minder.

Aku aneh, aku anak baru.

Kupaham sekarang kamu juga begitu.

Aku ingin bilang aku seperti diasingkan.

Kuharap akan datang hari aku menganggapnya baik-baik saja.

Aku berusaha untuk menyesuaikan diri.

Kuharap suatu hari aku bisa.

Aku aneh, aku anak baru.

Ketika membaca puisi Benjamin ini, kedua orang tuanya menangis haru. "Kami sangat bangga tapi juga hati ini rasanya remuk saat tahu apa yang ia rasa," ungkap sang ayah.

The National Autism Association mengunggah puisi Benjamin ke Facebook. Dan dalam waktu singkat, puisi itu sudah di-like lebih dari 9 ribu kali dan di-share lebih dari 4 ribu kali. Sonny mengatakan kalau ia ingin agar puisi putranya itu bisa memberi inspirasi para orang tua yang juga memiliki buah hati yang mengidap autisme.

Lebih pentingnya lagi, Sonny ingin agar putranya tak lagi merasa minder atau kesepian. "Aku juga ingin menunjukkan pada Benjamin kalau ia bukan anak aneh, kesepian, atau dikucilkan, dan diagnosisnya itu seharusnya bisa diterima bukan penghalang dirinya," papar Sony.

Suara hati seorang anak memang penuh dengan kejujuran dan ketulusan. Dan kadang yang ia butuhkan hanyalah ruang untuk bisa mengeluarkan isi hatinya dengan bebas tanpa harus merasa dihakimi.

(vem/nda)