Patah Hati Memang Sakit, Obati Dengan Tips Ini

Fimela diperbarui 15 Mar 2016, 18:20 WIB

Ada banyak alasan mengapa seseorang memerlukan orang lain untuk ada di dekatnya, untuk menjalani hidup bersamanya. "Manusia membutuhkan itu untuk mengisi kebutuhan di dalam dirinya. Apakah nantinya ternyata orang yang dipilih bisa memenuhi kebutuhan itu atau tidak, banyak pasangan yang tetap bahagia bersama," kata Elayne Savage, PhD, konsultan relationship dan penulis buku Breathing Room-Creating Space to Be a Couple.

Orang-orang ini, yang bisa mempertahankan hubungannya, adalah orang-orang yang akhirnya bisa realistis dengan keadaan. Sebaliknya, harapan-harapan yang tidak realistis akan menghancurkan hubungan. Akhirnya, terjadilah patah hati.

    Siapa yang Lebih Menderita, Pria atau Wanita?

    Lebih banyak pria bunuh diri ketika hubungan yang mereka miliki berakhir, ungkap Jean Cirillo, PhD, psikoterapis di  Long Island, N.Y.

    Wanita  bisa menghadapi berakhirnya suatu hubungan dengan lebih mudah, kata psikolog Joyce Brothers, PhD.

    Mungkin, ini karena wanita lebih terbuka mengungkapkan perasaannya, mereka bisa jujur mengatakan apa yang mereka alami kepada sahabat atau keluarga, jelas Brothers.

    Sebaliknya, pria lebih bersifat tertutup. Mereka juga cenderung mengunggulkan harga diri. Dicampakkan oleh seseorang akan sangat melukai harga diri kebanyakan pria, ujar Sandra Reishus, MHS, seksolog klinis dan penulis buku  Oh NO! I've Become My Mother.

    Mengatasi Patah Hati

    Ketika suatu hubungan berakhir, Anda perlu berbaik hati kepada diri sendiri. Kumpulkan wawasan dalam diri Anda, tanyakan: Apa yang akan Anda lakukan dengan cara yang berbeda setelah semua ini terjadi?

    Ada lima tahap psikologis yang Anda akan lewati setelah kehilangan orang yang Anda cintai; penolakan/pengingkaran, kemarahan, tawar-menawar atau bargaining, depresi, penerimaan.

    Menurut Brothers, kita bisa melompati salah satu atau lebih tahap-tahap itu.  "Ada orang yang bertahan di tahap kemarahan selama bertahun-tahun. Dalam kasus seperti ini, terapis boleh saja mendorong mereka masuk ke tahap berikutnya tanpa harus menunggu kemarahan itu selesai," kata Savages menyetujui Brothers.

    Intinya, Anda harus memberi waktu bagi diri Anda untuk berduka tapi  jangan biarkan diri Anda terperosok terlalu dalam, dalam kubangan kesedihan sehingga lupa untuk bangkit lagi. Berikut tip yang bisa Anda jalani untuk melipur hati yang patah.

  1. Hindari musik kenangan masa lalu saat Anda masih bersama Si Dia
  2. Tuliskan semua yang ada di hati dan pikiran Anda dalam sebuah jurnal pribadi. Atau, jika Anda suka, tuangkan emosi Anda dalam puisi.
  3. Berbagi bebanlah dengan orang-orang terdekat yang Anda percaya. Biarkan mereka merawat Anda, saat Anda tidak atau kurang mampu merawat diri sendiri.
  4. Keluar rumah. Menonton film, teater, pertunjukkan musik atau sekadar ngobrol di kafe bersama teman-teman akan membawa keceriaan baru bagi hati Anda yang sedang berduka.
  5. Ganti jadwal kencan yang hilang dengan massage di spa atau salon langganan.

Hubungan cinta bisa dan boleh saja berakhir, tapi hidup harus jalan terus. So, cheer up!

Artikel Ini Ditinjau Oleh:  dr. Deffy Leksani Anggar Sari
Sumber:   Meetdoctor.com

(vem/meetdoctor/ama)
What's On Fimela