Kepergianmu Kuikhlaskan, Tapi Sosokmu Tak Tergantikan

Fimela diperbarui 18 Feb 2016, 14:30 WIB

Tadinya kamu berharap bisa menghabiskan sisa hidupmu bersamanya. Bahkan rencana masa depan sudah sempat dibuat dengannya. Banyak hal yang ingin dilakukan dan dijalani bersama. Namun, ketika takdir berkata lain dan dia pergi untuk selamanya, mau tak mau kamu harus merelakan dan mengikhlaskannya.

Meski sudah mengikhlaskannya, tetap saja sosoknya tak pernah tergantikan. Rasa rindu atau ingin kembali bertemu akan terus muncul. Hanya saja kamu tak punya kuasa atau berdaya untuk kembali bertemu dengannya.

“When you loved someone and had to let them go, there will always be that small part of yourself that whispers, "What was it that you wanted and why didn't you fight for it?”

― Shannon L. Alder

Rasa Sepi yang Tak Biasa Itu Memicu Rindu

Hal yang paling menyakitkan menghadapi kenyataan ia pergi selamanya adalah karena rasa sepi yang tidak biasa. Jika dulu dia selalu ada untukmu, menghiburmu saat kamu sedang bersedih, kini kamu harus melalui segalanya seorang diri. Sekalipun kamu sudah coba belajar mengikhlaskannya, tetap saja ketika saat-saat sepi itu datang, kamu akan kembali terbayang sosoknya. Dan ini bisa memicu rasa sedih dan rindu yang sangat dalam.

Fakta Kalau Dia Pernah Jadi Bagian Hidupmu Itu Kadang Menyakitkan

Bukan kepergiannya yang membuatmu sedih. Melainkan kenyataan kalau dia pernah jadi bagian penting dalam hidupmu. Kenyataan kalau dia sudah membuat banyak kenangan indah dan manis bersamamu. Dia telah memberikan sesuatu untukmu, sehingga ketika ia pergi kamu merasakan kehilangan yang tak terkira.

Kepingan hatimu kini telah pergi. Yang tersisa hanyalah ruang kosong. Dan itu membuat batin rasanya teriris. Sungguh kamu berharap ia bisa hadir kembali melengkapi kepingan itu.

Ketika Tanya "Mengapa" Masih Sering Kamu Ucapkan

"Kenapa dia pergi secepat itu?"

"Kenapa kita tak bisa bersama lebih lama lagi?"

"Kenapa harus kamu yang pergi lebih dulu?"

“The things you let go will someday teach you how to fly.”

― Jenim Dibie

Setiap kali kamu masih melontarkan kata "mengapa" maka saat itu juga kamu akan merasa sedih. Berbagai penyesalan dan kesedihan mendadak muncul dan berkumpul jadi satu. Kamu merasa sesak dibuatnya. Susah untuk bernapas seperti biasa. Seolah udara di dunia semua tersedot menjauh darimu.

Tak mudah memang untuk mengikhlaskan kepergiannya. Bayangnya akan selalu hadir di benakmu. Sosoknya pun mungkin selamanya tak akan pernah tergantikan. Tapi itu fakta yang mau tak mau harus dihadapi.

Memang butuh waktu dan proses yang tak singkat. Namun, yakinlah hidupmu kamu akan baik-baik saja. Hatimu akan menumbuhkan sayap yang baru, bersabarlah.

(vem/nda)