Tak Pernah Kusangka, Suamiku Menjadi Korban Teror Bom Sarinah

Fimela diperbarui 15 Jan 2016, 09:40 WIB

Tak pernah disangka, hari itu menjadi hari yang begitu mencekam bagi bangsa Indonesia. Kala orang-orang sibuk dengan aktivitasnya, menjelang tengah hari teror bom menghantui warga Jakarta. Ledakan yang diduga bom bunuh diri mengguncang kawasan Sarinah Thamrin disertai dengan adegan tembak-tembakan antara polisi dengan terduga teroris.

Tak pernah terpikirkan pula oleh Diana, sang suami menjadi salah satu korban akibat bom bunuh diri yang meledak hari Kamis, 14 Januari 2016 kemarin. Budi Rachmad (35), menjadi salah seorang korban teror di Sarinah dengan luka di bahu kiri akibat serpihan bom, seperti yang dikutip dari merdeka.com (14/1).

Wanita berjilbab itu kaget luar biasa saat mengetahui sang suami menjadi korban. Kabar itu didapatnya dari berita. Saat ditemui wartawan di rumahnya di daerah Depok, istri pegawai IT sebuah perusahaan itu awalnya ketakutan. Namun akhirnya ia mau memberikan keterangan terkait musibah yang menimpa sang suami. "Insya Allah pulang besok (Jumat). Saya masih syok sekarang," ujar Diana. "Kondisinya baik dan dalam masa pemulihan."

Ladies, musibah memang tak pernah dapat kita prediksi datangnya. Setiap waktu kita berhadapan dengan kematian dalam cara apapun. Kejadian teror bom Sarinah kemarin, meninggalkan trauma pada masyarakat Indonesia. Khususnya mereka yang terlibat langsung dengan kejadian yang memilukan ini, baik korban maupun keluarga korban, seperti yang dialami Diana dan keluarganya.

Lantas, bagaimana sikap yang harus kita ambil terhadap korban atau keluarga korban yang mengalami trauma pasca kejadian teror bom?

    Pahami Kondisinya

    Menyembuhkan trauma membutuhkan waktu yang berbeda-beda pada setiap orang. Pahamilah kondisi tersebut dan jangan menghakimi reaksinya selama masa pemulihan trauma tersebut.

    Bersabarlah

    Setiap orang akan memiliki reaksi yang berbeda-beda. Beberapa akan mudah marah dan menangis. Bersabarlah, karena mereka sesungguhnya sedang mengatasi perasaannya sendiri.

    Jangan Memaksa Korban Untuk Bercerita Tentang Apa Yang Dialaminya

    Kecuali Anda seorang investigator atau psikolog, hindari memaksa korban untuk menceritakan kejadian yang dialaminya. Jangan memaksanya untuk mengingat kembali trauma yang dialaminya. Sebaliknya ...

    Jadilah Pendengar Yang Baik

    Jika mereka siap, mereka akan mau bercerita tanpa perlu dipaksa. Jadilah pendengar yang baik dan hindari memberikan opini yang justru membuat mereka makin terpuruk, misalnya: "Harusnya kamu nggak berangkat ke sana," atau "'Kan aku sudah bilang, mestinya kamu ..."

    Ajak Mereka Untuk Kembali Ke Kehidupan Sosialnya

    Doronglah mereka untuk berpartisipasi ke dalam lingkungan sosialnya terdahulu, sebelum trauma merenggut kebahagiaan mereka. Bertemu teman lama, menekuni hobi atau aktivitas lain yang menimbulkan rasa bahagia dan rileks.

Dukungan orang terdekat akan menjadi obat paling mujarab menyembuhkan shock dan trauma yang dialami seseorang. Semoga badai teror yang membuat masyarakat dunia, khususnya Indonesia ini segera berlalu dan tidak ada lagi pertikaian antar manusia yang mengorbankan nyawa mereka yang tak bersalah ya, Ladies. Kami yakin Indonesia pasti bisa, #IndonesiaKuat!

(vem/wnd)
What's On Fimela