Selalu Memberi Inspirasi Tanpa Henti, Inilah Perempuan Inspiratif Nova 2015

Fimela diperbarui 17 Des 2015, 16:16 WIB

Jakarta, (5 Desember 2015). Tabloid NOVA sebagai media wanita terbesar dan terpercaya di Indonesia kembali memberikan apresiasi pada para perempuan yang menebarkan manfaat dan menginspirasi lingkungannya melalui Perempuan Inspiratif NOVA 2015. Tahun ini adalah kedelapan kalinya ajang ini digelar. Acara penganugerahan diselenggarakan di Restauran Oasis, Jakarta, Sabtu (5/12).

Dalam sambutannya Iis R. Soelaeman, selaku Editor in Chief Tabloid NOVA, menyampaikan, “Keberhasilan perempuan salah satunya ditentukan oleh konsistensi mereka untuk berjuang tanpa menyerah dan sepenuh cinta mengerahkan semua energi, perhatian, dan hasil akhir yang bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya, bukan buat dirinya semata.”

Lebih dari 2.000 entries yang diterima redaksi Tabloid NOVA dari seluruh pelosok Indonesia. Semuanya kisah perempuan-perempuan hebat. Dan setelah melalui penjurian yang ketat, dipilihlah enam orang pemenang. Enam orang lainnya dipilih melalui mekanisme Editor’s Choice, di mana sosok perempuan hebat ini sudah pernah dimuat di Tabloid NOVA sepanjang tahun 2015. Sehingga total ada dua belas pemenang dari enam kategori.



Enam kategori tersebut adalah Perempuan & Wirausaha, Perempuan & Pendidikan Ilmu Pengetahuan, Perempuan & Teknologi, Perempuan & Kesehatan, Perempuan & Seni Sosial Budaya, Perempuan & Lingkungan. Adapun masing-masing pemenangnya:

    Kategori Perempuan & Wirausaha

    • Ratna Prawira, SE, Yogyakarta

    Berkat ketekunannya, nyaris tak ada yang terbuang dari pohon pisang. Mulai daun, buah, bonggol, bahkan batangnya. Semua bisa diolah menjadi makanan dan minuman lezat, seperti sirup daun pisang, nugget jantung pisang, sambal goreng pisang, kerupuk kulit pisang, abon batang pisang, semprong bonggol pisang, dan banyak lagi. Tak hanya untuk dirinya, ia pun memberdayakan perempuan di sekitar tempat tinggalnya melalui Kelompok Tani Wanita Seruni yang didirikannya. Kini usaha yang dirintisnya berbuah manis, bahkan rumah yang digunakan untuk memulai usaha ini, kini menjadi tempat wisata belajar untuk masyarakat Indonesia.

    • Irma Suryati, Kebumen, Jawa Tengah

    Mengalami kelumpuhan saat berusia 4 tahun akibat polio, kehidupannya kemudian adalah kisah panjang yang penuh perjuangan. Kelak, Irma Suryati membuktikan selalu ada celah yang bisa membawa berkah dan peluang di masa depan. Ia merintis usaha kerajinan keset dengan modal kain-kain sisa. Kini ia telah mempunyai usaha berbadan hukum yang diberi nama Usaha Dagang Mutiara Equipment. Ia juga juga membentuk Pusat Usaha Kecil Menengah Penyandang Cacat dan memberdayakan tak kurang dari 3.000 penyandang disabilitas. Usahanya berkembang pesat bahkan sudah ekspor ke beberapa negara, Seperti Australia, Jerman, Jepang, dan Turki. Tak hanya itu, Irma juga mendirikan koperasi simpan pinjam untuk menampung kegiatan ekonomi ribuan pembuat keset hasil binaannya.

    Kategori Perempuan & Pendidikan Ilmu Pengetahuan

    • Heni Sri Sundani, BSEM, Desa Palasari, Bogor

    Kepedulian Heni terhadap masyarakat sekitar melalui Gerakan #anakpetanicerdas sangat layak mendapat apresiasi. Mantan TKI di Hong Kong ini memberikan pendidikan gratis untuk anak-anak di sekitarnya. Awalnya hanya 2 kampung dengan jumlah anak didik 70-an. Tak hanya belajar intensif mata pelajaran sekolah, seperti matematika dan bahasa Inggris, ia juga mengajarkan kelas lifeskill, entrepreneur cilik, literasi dan safari buku, agropreneur junior, cooking class dan masih banyak lagi. Saat ini sudah 800-an anak yang mendapat pendidikan gratis dari 7 kampung. Muridnya kini tak hanya anak petani saja, tapi juga anak ART, tukang ojek, pemulung dan masyarakat rural lainnya.

    • Eko Setiyoasih, Karanganyar, Jawa Tengah

    Peduli pada anak-anak berkebutuhan khusus (ABK), begitulah panggilan jiwa Eko Setiyoasih. Ia mendirikan Sekolah Luar Biasa Anugerah di Karanganyar, Surakarta secara swadaya. Sang suami tidak mendukung kegiatannya terlibat membantu ABK, bahkan sang suami menganggap anak pertama mereka yang juga berkebutuhan khusus “tertular” aktivitasnya dekat dengan ABK. Ia akhirnya dicerai. Eko mendirikan SLB Anugerah tahun 2010 setelah melihat bahwa di lingkungannya banyak ABK. Mereka yang bersekolah di situ tak perlu membayar alias gratis. Komitmen dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Kini, banyak yang ikut membantu Eko mewujudkan impiannya membantu mendidik dan mengajarkan anak berkebutuhan khusus dari kalangan tak mampu untuk dapat mandiri. Eko berharap SLB Anugerah bisa memberikan inspirasi bagi yang lain dan semakin banyak sekolah serupa yang berdiri.

    Kategori Perempuan & Teknologi

    • Yunita Riris Widawaty, S.S., M.Hum, Tangerang

    Tak banyak perempuan Indonesia yang berkarya dan berprestasi di dunia teknologi khususnya pembuatan game. Salah satunya adalah Yunita Riris, Founder and Managing Director dari Gambreng Games, pengembang game indie. Menariknya game yang dikembangkannya memasukkan unsur  budaya Indonesia, seperti La.. La.. La.. (tebak lagu anak Indonesia), Jampi-Jampi (pemain saling bertukar mantra dengan lawan), dan sebagainya. Ia punya mimpi untuk mengembangkan game Indonesia menjadi top sales internasional,  membina fan-base gamer terbesar di dunia.

    • Yuli Sugihartati, Malang, Jawa Timur

    Dua minggu sekali, ibu tiga anak ini menaiki motor dari rumahnya di Blitar menuju Dusun Brau, Batu, Malang (Jatim). Latar belakang sebagai sarjana peternakan ia gunakan untuk mendidik warga Brau mengolah kotoran sapi perah menjadi biogas. Ia membantu masyarakat setempat mengolah kotoran sapi menjadi biogas dan bio slurry. Biogas digunakan untuk memasak dan penerangan sedang bio slurry, ampas kotoran yang keluar dari reaktor, setelah diproses bisa dijadikan makanan ternak cacing serta pupuk organik. Perempuan hebat inipun kemudian mengajari warga membuat biogas. Dengan biogas, ada banyak manfaat yang didapat. Masyarakat juga tak perlu mencari kayu ke hutan serta tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli gas elpiji. Itu belum termasuk manfaat bio slurry yang bisa dijadikan pupuk kompos. Upayanya membuahkan hasil. Kini, di Brau sudah ada 9 reaktor berukuran 6 m3 dan satu lain berukuran 12 m3.

    Kategori Perempuan & Kesehatan

    • Yuli Suprianti, Tangerang Selatan

    Di tengah mahalnya biaya kesehatan, hadirnya BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan menjadi angin segar bagi masyarakat. Sayangnya, belum banyak yang bisa memanfaatkannya secara maksimal. Di sinilah peran Yuli. Ia membantu masyarakat memperoleh hak kesehatannya, atau dengan kata lain melakukan advokasi terhadap masyarakat tidak mampu yang menderita sakit, dengan cara menggunakan Kartu BPJS Kesehatan. Kepedulian itu dilakukan Yuli dengan sepenuh hati, tanpa ada sponsor maupun penyokong dana dari mana pun. Sudah banyak masyarakat miskin yang terbantu melalui aktivitasnya tersebut.

    • Shanti Rosa Persada, Jakarta

    Perempuan hebat ini didiagnosa mengidap kanker payudara stadium 3B tahun 2010 silam. Sejak itu, Shanti Rosa Persada harus menjalani rangkaian pengobatan. Berbekal semangat untuk sembuh dan melanjutkan hidup, ia mengikuti rekomendasi pengobatan dari dokter secara disiplin. Tahun 2011, ia mendirikan komunitas Lovepink bersama sahabatnya sesama penderita kanker. Lovepink merupakan sebuah gerakan sosial untuk merangkul penderita kanker payudara lainnya. Di Lovepink, Shanti meluangkan waktu untuk berbagi dan saling menguatkan pasien dari awal masa pengobatan, selama menjalani perawatan, hingga masa penyembuhan. Selain kegiatan pendampingan saat kemoterapi dan visit pasien, Lovepink juga kerap mengadakan kegiatan yang bermanfaat bagi penderita kanker payudara, antara lain perbincangan mengenai radiologi atau SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI). Ia juga tak lelah mengajak para perempuan untuk berani memeriksakan kesehatan payudara sejak dini.

    Kategori Perempuan & Seni Sosial Budaya

    • Sonta Leonarda Boru Situmorang, Samosir, Sumatra Utara

    Masa kanak-kanak Sonta Leonarda dihabiskan di halaman kampung yang luas dan seputar danau Toba. Sonta atau yang biasa disapa Nai Marudut adalah pelestari ulos. Saban hari ia memulai aktivitasnya menenun ulos dari pukul 08.00-23.00 Wib. Ia hanya berhenti menenun untuk memasak, makan siang, dan membersihkan rumah. Bukan sekadar melakoni pekerjaan, setiap kali mau menenun sebuah ulos, ia memulainya dengan berjalan-jalan mengitari keindahan alam sekitar tepi danau Toba, lalu ia bersemedi untuk mencari ilham dan motif yang cocok. Nai Marudut punya prinsip bahwa menenun sebuah ulos bukan  untuk mencari keuntungan, tetapi lebih untuk mempertahankan nilai-nilai luhur dari budaya Batak. Bagi dia Ulos sebagai pemberi kehidupan dalam arti saluran berkat tampak dengan jelas pada upacara perkawinan “Mangulosi? (memberi ulos) kepada pengantin mempunyai arti mempersatukan keluarga menjadi keluarga besar. Ia bertekad mendikasikan hidupnya untuk melestarikan ulos.

    • Maizidah Salas, Wonosobo, Jawa Tengah

    Pengalaman pahit dalam hidup seseorang seringkali bisa menjadi titik balik untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya. Ini terjadi pada Maizidah Salas. Waktu kelas 1 SMA, ia diperkosa seniornya lalu dipaksa  menikah dengan pria yang tak dicintainya. Ia kemudian mengadu nasib ke Korea. Ketika bekerja di Korea, suaminya menikah lagi. Maizidah, yang kemudian dicerai, memutuskan pergi ke Taiwan untuk mendulang rezeki. Namun, karena masalah  administrasi, ia akhirnya menjadi TKI ilegal. Bersama teman sedesa yang juga menjadi korban, ia menyewa apartemen. Apartemen itulah yang ia gunakan untuk menampung teman-teman yang sedang kena masalah. Pernah dipenjara di Taiwan sebagai TKI ilegal, ia kemudian dideportasi kembali ke Indonesia. Pulang ke Wonosobo, ia membentuk Kampung Buruh Migran (KBM), yang merupakan satu-satunya KBM di Indonesia. Ia memberikan pendampingan pada kelompok-kelompok yang semua anggotanya adalah korban trafficking, 90 persennya perempuan. KBM sekarang dijadikan proyek percontohan komunitas buruh migran di berbagai daerah.

    Kategori Perempuan & Lingkungan.

    • Sri Mulyani, Ungaran, Jawa Tengah

    Sekalipun terlihat sederhana, namun apa yang dilakukan memberi banyak manfaat pada lingkungan sekitarnya. Di tahun 2012, Sri Mulyani mengajak warga di sekitar tempat tinggalnya membentuk Kelompok Wanita Tani “Mulya Sejahtera” yang beranggotakan 35 orang. Dengan mengusung slogan Kampung SMS (Sayur Mayur Sehat) ia memulai kegiatannya. Tiap anggota Kelompok diminta menanam sayur dengan memanfaatkan lahan pekarangannya. Sehingga uang yang sedianya digunakan untuk membeli sayur dapat ditabung di bendahara kelompok.  Tujuan menabung untuk biaya sekolah anak yang dibagikan setiap tanggal 5 Juli  di tahun berikutnya. Produksi sayur yang berlimpah akhirnya tak hanya mencukupi kebutuhan keluarga, namun bisa dijual di Bank Sayur Mayur Sehat yang uangnya disimpanpinjamkan untuk kesejahteraan warga. Setiap bulan Desember keuntungan dari simpan-pinjam ini kembali dibagikan pada anggotanya.

    • Nissa Wargadipura, Garut, Jawa Barat

    Tahun 2009, perempuan hebat kelahiran Garut, 23 Februari 1972 ini mendirikan Pesantren Ath Thariq, sebuah pesantren berkonsep ekologi. Selain belajar mengaji, para santri di sini juga belajar cara bertani organik dengan memelihara berbagai habitat di dalamnya untuk menjaga ekosistem. Nissa menemukan bahwa hampir sebagian besar petani atau sistem pertanian di Indonesia tidak melakukan tata produksi secara benar. Ia pun lantas memutuskan membuat sebuah sekolah berbentuk pesantren yang berbeda dari pesantren lainnya. Di pesantrennya ia membuat sistem pertanian berbasis agroekologi yang memperhatikan ekosistem. Mereka bertani menggunakan cara yang kuno dan tradisional, karena model pertanian tersebutlah yang mampu menjaga lingkungan, ekologi, dan hubungan manusia dengan alam.Dalam keseharian pun, pesantren ini menerapkan gaya hidup organik. Misalnya, para santri wanita tidak memakai pembalut busa tetapi pembalut kain. Para santri juga harus memisahkan sampah organik dan anorganik, yang kemudian dikumpulkan dan diolah. Para santri juga dibimbing berwirausaha, salah satunya dengan menjual benih lokal.

Diharapkan melalui pemberian apresiasi ini, perempuan Indonesia terus berkarya dan menebar manfaat untuk lingkungannya.

(vem/nova/ama)
What's On Fimela