Kisah Ayah Penjual Pena, Hidupnya Berubah Setelah Fotonya Tersebar di Internet

Fimela diperbarui 10 Des 2015, 10:30 WIB

Nasib seseorang siapa yang tahu. Orang yang tadinya hidup menderita bisa memiliki hidup yang jauh lebih bahagia di masa yang akan datang. Meski saat ini kita menghadapi kesulitan, selalu ada jalan untuk mendapatkan kemudahan dan kebahagiaan yang kita impikan.

Abdul Halim al-Attar, pengungsi asal Suriah ini sebelumnya sempat mencuri perhatian publik setelah foto-fotonya menjual pena sambil menggendong putrinya tersebar di dunia maya. Dilansir dari huffingtonpost.com, dulu ia menjual pena di jalanan Beirut. Dan setelah kisahnya tersebar di dunia maya, bantuan datang melalui penggalangan dana online (online crowdfunding campaign) dan donasi pun terkumpul sebesar 191 ribu dolar (sekitar 2,6 miliar rupiah).

Kini, pria yang juga seorang ayah ini sudah punya usaha sendiri. Dia membangun usaha dua toko roti, satu kedai kebab, dan sebuah restoran kecil. Ia pun mempekerjakan 16 pengungsi Suriah. Wah, jika dulu hidupnya terlihat sengsara kini ia sudah bisa membangun lapangan kerja untuk rekan-rekannya yang lain.

"Bukan hanya hidupku saja yang berubah, tapi juga hidup anak-anak dan warga Suriah yang kutolong," kata Abdul yang memberikan donasi 25 ribu dolar untuk teman-teman dan anggota keluarganya di Suriah.

Dengan donasi yang besar itu, Abdul bisa memberikan hidup yang lebih layak untuk keluarganya di Beirut. Anak-anaknya kini bisa tinggal di apartemen dengan dua kamar tidur. Meski lingkungan apartemennya berisik, tapi putrinya Reem (4 tahun) terlihat bahagia memamerkan mainannya dan putranya Abudellah (9 tahun) sudah bisa kembali sekolah setelah tiga tahun berhenti sekolah.  Sementara istrinya saat ini kembali ke Suriah.

Dari donasi yang terkumpul, Abdul baru menerima sekitar 168 ribu dolar. Meski belum tahu kapan ia bisa mendapat sisa uangnya, tapi ia sudah sangat bersyukur. Ia juga berencana untuk menginvestasikan uang tersebut.

"Ketika Tuhan sudah mentakdirkanmu sesuatu, kamu pasti akan mendapatkannya," kata Abdul. Abdul dan 16 pegawainya terbilang beruntung bisa bekerja di Beirut, Lebanon. Karena ada sekitar 12 juta pengungsi Suriah yang tinggal di negara itu dan kesulitan dapat pekerjaan.

Dengan status dan kehidupan yang lebih baik, Abdul kini merasa sudah makin diterima di lingkungan tempat tinggalnya. "Mereka makin ramah menyapaku setiap kali melihatku. Mereka jadi lebih menghormatiku," kata Abdul dengan senyuman.

(vem/nda)