Sandra Hamidah membagi kisahnya tentang sosok ayah yang dicintainya.
***
Malaikat tak bersayap itu biasa kupanggil dengan sebutan ayah. Beliau adalah salah satu orang yang paling berjasa dalam hidupku karena tanpa beliau aku tidak akan seperti sekarang.
Banyak yang bilang kalau wajahku sangat mirip dengan ayah, memang dari golongan darah, sifat, kebiasaan serta bakat menggambar yang aku miliki diturunkan oleh ayah. Ayah itu termasuk orang yang pendiam tapi sangat perhatian dan mengajarkan banyak hal dalam hidupku. Ayah adalah guru menggambarku, beliau tidak pernah bosan mengajariku menggambar sampai akhirnya sekarang aku bisa menjadi guru menggambar dan membuka les gambar sendiri.
Ketika aku mengingat masa kecilku, aku bahagia karena ada ayah yang selalu mengajakku bermain. Ayah mengajakku mengelilingi pedesaan dengan menggunakan sepeda dan aku diboncengnya. Kemudian ayah juga suka mengantarku ke sekolah saat aku masih SD. Ayah selalu menggenggam tanganku ketika mengantarku ke sekolah, seolah ayah tidak mau kehilanganku dan selalu melindungiku.
Ketika SMA, ayah baru memiliki sebuah sepeda motor, karena jarak yang jauh dan untuk menghemat biaya Ayah selalu mengantarku ke sekolah supaya aku tidak terlambat, kasih sayang Ayahku terbalaskan ketika aku menjuarai sayembara menulis ide cerita FTV (Film Televisi) untuk ditayangkan di salah satu Televisi swasta nasional, aku mendapatkan hadiah berlibur ke Kuala Lumpur dan aku mengajak Ayah, memori jalan-jalan tersebut selalu aku kenang karena itulah kali pertama aku dan Ayah naik pesawat, perjalanan beberapa hari tapi sangat berkesan hingga sekarang.
Tak hanya sampai di situ, ketika aku kuliah pun mau pagi, siang, sore, malam, panas dan hujan ayah selalu siap sedia mengantar dan menjemputku ke kampus bahkan ke rumah temanku untuk kerja kelompok dan tempat mana pun untuk melakukan penelitian hingga aku lulus kuliah S1. Karena perhatian ayah yang begitu besar sampai teman-temanku iri melihatku selalu diantar dan dijemput oleh ayah. Sebenarnya hal tersebut kami lakukan untuk menghemat ongkos angkutan umum dan itupun pada saat ayah sedang tidak sibuk bekerja.
Memang aku dilahirkan dari keluarga sederhana tapi aku dibesarkan melalui kasih sayang yang tidak terhingga. Jika kalian pernah menonton film Sang Pemimpi yang disadur dari novelis ternama Andrea Hirata, nah seperti itulah gambaran sosok Mathias Muchus dalam perannya sebagai ayah dalam film tersebut. Aku sampai menangis membaca novel dan menonton filmnya, mengingat perjuangan ayah untukku.
Setelah aku lulus kuliah, tidak lama kemudian aku diterima bekerja dan mungkin memang benar jika rejeki anak itu berbeda-beda. Saat aku bekerja, kondisi keuangan keluarga menurun sehingga aku harus membantu keuangan keluarga, hal tersebut tidak menjadi masalah karena kasih sayang kedua orang tuaku tidak bisa terbayarkan oleh apapun. Pada saat bekerja, terkadang ayah mengantar dan menjemputku dari kantor sehingga membuat rekan kerja juga terkesima.
Sekarang aku tidak merepotkan ayah lagi karena aku sudah menikah, sudah ada yang menjaga dan melindungiku serta mengantarku ke tempat yang aku tuju. Aku sangat terharu ketika hari pernikahan, aku menahan tangis karena ayah terlebih dahulu menangis saat menikahkanku. Aku bersyukur karena ayah masih ada untuk menjadi wali nikahku.
Di Bulan November ini, saat kita memperingati Hari Pahlawan, Hari Ayah dan Hari Guru, ayah memiliki 3 peran sekaligus. Beliau adalah pahlawanku yang selalu mendoakan aku dan guru bagiku dalam berkesenian. Terima kasih ayah karena telah mengajariku banyak hal dalam hidup agar aku selalu taat beribadah, harus berbuat baik pada sesama, tepat waktu dan rajin menabung.
Semoga ayah senantiasa dalam lindungan Tuhan, diberikan kesehatan, kelancaran rezeki dan bahagia selamanya. I miss you and love you to the black hole and back!
***
Kisah nyata ini dikirim oleh Sandra Hamidah untuk mengikuti Lomba Menulis Vemale.com Kisahku dan Ayah. Kamu juga bisa mengirimkan kisah tentang ayah dan berkesempatan memenangkan hadiah dari Negarawan.
- Kue Ulang Tahun Pertama dan Terakhir untuk Papa Tercinta
- Kisahku: Bapak Berpulang Tak Lama Setelah Putraku Lahir
- Bapak, Sosok Pejuang Keluarga yang Tak Banyak Bicara
- Bapak, Bersabarlah Sampai Aku Menghadiahimu Cucu
- Bapak dan Pesannya 'Andalkanlah Tuhan dalam Hidupmu'
(vem/nda)