Amel menceritkakan semua kenangannya bersama almarhum papa tercinta.
***
Aku memanggil ayahku dengan sebutan Papa. Papa adalah sumber inspirasiku, pria yang paling aku kagumi dan aku sayangi selamanya.
Papa seorang yang bijaksana, tegas, kadang galak, tapi suka berhumor. Ia selalu memberikan perhatian, menyayangiku, membelaku, dan menjagaku dari semasa aku kanak-kanak sampai aku dewasa.
Hobi papa bernyanyi. Ia suka sekali bernyanyi karaoke di rumah. Suaranya bagus dan enak didengar. Aku selalu ingat makanan kesukaan papa, yaitu jagung rebus, kacang bogor, dan jengkol. Kadang-kadang kalau aku sedang bepergian, sepulangnya aku bawakan ia kacang bogor dan jagung rebus.
Aku selalu ingat di masa kecilku, aku sering sekali diantar papa berkendara dengan motornya untuk berangkat ke sekolah dan ke tempat kursus, dan papa pun menjemputku di saat aku pulang. Papa sering berkata kalau senang sekali pergi bersamaku, karena aku suka sekali bercerita dan tidak pernah kehabisan kata-kata untuk membicarakan apa saja yang aku alami sepanjang hari, baik di rumah, di sekolah atau di tempat kursus.
Setiap aku memiliki masalah, aku selalu curhat dengan papa dan papa selalu mendengarkan curhatanku dan memberikan nasihat–nasihat padaku. Ketika aku dimarahi oleh mama, papa juga selalu membelaku. Papa menenangkan hatiku dan mendengarkan keluh kesahku. Kadang kala, ada hal yang papa rasakan, papa pun suka bercerita padaku. Dan aku selalu mendengarkannya. Walaupun kadang masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Hehe...
Ketika aku bingung dalam mengambil suatu keputusan, aku juga selalu bertanya pada papa, dan papa memberikan saran padaku karena perkataan papa adalah yang paling bijak dan pengalaman hidup papa adalah yang paling berarti bagiku.
Pernah suatu ketika, papa harus bekerja banting tulang ke suatu pulau yang jauh demi menafkahi keluarga dan mencari sesuap nasi. Dan aku juga harus melanjutkan kuliah di kota lain berpisah dari kedua orangtuaku. Aku sangat merindukan papa dan mamaku, dan di hari ulang tahunku yang ke 18, papa membelikan dan mengirimkan hadiah padaku sebuah ponsel supaya aku bisa bertelepon dan berkirim pesan dengan papa dan mama ketika kami berjauhan. Itulah pertama kalinya aku memiliki ponsel.
Pada akhir tahun 2006, aku lulus kuliah, dan awal tahun 2007 aku kembali tinggal bersama dengan keluargaku, dan memulai bekerja di Jakarta. Papa pun sudah pensiun dari pekerjaannya dan kembali tinggal bersama kami.
17 April 2012, aku menyiapkan sebuah kue ulang tahun untuk papa, merayakan secara sederhana bersama dengan mama dan adik-adikku. Saat itu papa sedang sakit dan dengan tubuhnya yang lemah ia meneteskan air mata, ia mengatakan baru kali ini ulang tahunnya dirayakan dengan sebuah kue tart dan bisa meniup lilin di hari ulang tahunnya. Aku sangat sedih jika mengingat kembali saat-saat itu adalah saat papa meniup lilin untuk perayaan ulang tahunnya yang terakhir.
Awal Mei 2012, aku menyampaikan pada papa bahwa aku mendapatkan prestasi dari hasil kerjaku sehingga aku mendapatkan sebuah tiket perjalanan ke Amerika Serikat (USA), di mana impianku selama ini ingin bepergian ke sana. Tapi aku berpikir untuk membatalkan keberangkatanku dan harus menjaga papa bersama dengan mama dan adik-adikku.
Papa tersenyum padaku, ia sangat bangga padaku dan mengatakan bahwa aku harus berangkat menikmati liburan di sana. Papa menderita kanker kelenjar getah bening. Aku melihat kondisi papa yang semakin hari semakin buruk dan dokter sudah memvonis kalau penyakit papa sudah tidak dapat disembuhkan lagi.
Papa berusaha untuk tetap kuat dan berjuang untuk hidup. Di saat sakitnya yang makin parah, papa berkata bahwa ia masih ingin hidup 10 tahun lagi. Tapi Tuhan berkehendak lain, pada tanggal 8 Mei 2012, Ia memanggil papa dan hari itu adalah 4 hari sebelum tanggal keberangkatanku ke USA.
Aku tiga bersaudara, di antara aku dan saudara-saudaraku, aku merasa yang paling dekat dengan papa. Sehingga ketika papa sudah tiada, aku sangat kehilangan dan sedih. Walaupun sudah lebih dari 3 tahun aku berpisah dengan papa, tapi kenangan–kenangan semasa hidupnya tidak pernah bisa kulupakan. Bahkan dalam tidurku sampai saat ini aku masih sering bermimpi tentang papa.
I Love you, papa. Semoga engkau beristirahat dengan tenang dan damai di surga... .
***
Kisah nyata ini dikirim oleh Lisa Amel untuk mengikuti Lomba Menulis Vemale.com Kisahku dan Ayah. Kamu juga bisa mengirimkan kisah tentang ayah dan berkesempatan memenangkan hadiah dari Negarawan.
- Kisahku: Bapak Berpulang Tak Lama Setelah Putraku Lahir
- Ayah, Terima Kasih.. Demi Tas Baruku, Engkau Rela Menjual Pohon di Kebun
- Bapak, Sosok Pejuang Keluarga yang Tak Banyak Bicara
- Bapak, Engkaulah Malaikat Hidupku dan Engkaulah Segalanya Bagiku
- Bapak, Bersabarlah Sampai Aku Menghadiahimu Cucu
- Ditinggal Pergi Istri, Ayah Rawat Bayinya Yang Masih Berumur 1 Bulan Sendirian
(vem/nda)