Kini Aku Sadar, Sifat Tegas Bapak Dilakukan Demi Kebaikanku

Fimela diperbarui 11 Nov 2015, 14:53 WIB

Sebuah kisah nyata oleh seorang wanita yang begitu sayang pada sang bapak. Sampai kapanpun, wanita ini akan menyayangi bapaknya. Walau terkadang pertengkaran sering terjadi antar keduanya, pertengkaran itu demi kebaikan bersama. Bapak memang tegas, disiplin dan keras, tapi itu semua selalu demi kebaikan buah hatinya.

***

Bapak... Terbayang lagi tawa, canda serta pertengkaran itu jika saya menyebutkan kata bapak. Ya, bapak merupakan sosok lelaki pekerja keras, serius, tegas dan penuh tanggung jawab serta  penyayang. Terlalu banyak cerita berharga yang telah saya lalui bersama beliau. Mulai dari hal2 kecil sampai pelajaran tentang kehidupan. Meskipun sebenarnya saya dan bapak tidak begitu dekat. Jangankan untuk bercanda bersama, untuk mengobrol bersama saja cukup jarang kami lakukan.

Kisahku, akan kumulai dari sini.... 

Bapak, beliau bekerja di sebuah Instansi Pemerintahan di kampung halamanku Cirebon. Karena jarak tempat tinggal kami dan tempat kerja beliau yang lumayan jauh, maka sejak pukul 6 pagi beliau sudah berangkat. Dulu, saat masih duduk di bangku SMA, saya selalu berangkat bersama beliau. Namun, karena saya susah dibangunkan, akhirnya bapak menggedor pintu kamar saya dengan keras. Dan bisa ditebak, akhirnya muncul pertengkaran di antara kami. Saya merasa bapak jahat dan tidak memahami saya. Sedangkan bapak, ia selalu kecewa karena saya jarang sekali bisa bangun pagi.

Sejujurnya, pertengkaran kecil antara saya dan bapak sering terjadi, mungkin karena kami sama - sama memiliki sifat yang keras. Tapi beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar, beliau selalu menasehati saya dengan teguran yang lembut dan pelan. Itulah bapak, ia tak pernah sedikit pun berkata ataupun berlaku kasar pada kami anak-anaknya.

Ayah, seorang yang terlihat menyeramkan karena sifat tegas dan disiplinnya. Tapi Ayah, ia adalah seseorang yang berhati lembut. Bahkan lebih lembut dari apa yang kau bayangkan.

Dalam urusan pendidikan, bapak merupakan orang yang sangat tegas. Setiap pembagian raport,  bapak pasti menyempatkan diri untuk mengambilnya. Tak jarang jika nilai saya dirasa kurang memuaskan. Di situlah, bapak akan memarahi saya dan mengambil semua mainan saya. Waktu itu, saya berpikir bapak sangat kejam. Dan untuk urusan agama, bapak tak kalah kerasnya. Pernah suatu kali karena saya tidak mau berangkat mengaji, bapak menyabetkan sabuknya. Saya ingat, saat itu saya menangis sejadi-jadinya. Bapak jahat, lagi-lagi hal itu yang ada di pikiran saya. Ya, bapak jahat.

Namun sekarang, saya tahu bahwa apa yang dilakukan bapak memang benar, semua itu demi kebaikan saya sendiri. Selepas SMA, saya memutuskan untuk melanjutkan studi di kota Bandung. Bapak selalu menemani saya ke mana pun saya pergi. Termasuk saat mendaftar ke Universitas yang saya inginkan.

***

Kisah nyata ini dikirim oleh Dini Ratnadewi untuk mengikuti Lomba Menulis Vemale.com Kisahku dan Ayah. Kamu juga bisa mengirimkan kisah tentang ayah dan berkesempatan memenangkan hadiah spesial dari kami berupa batik Negarawan.

(vem/mim)
2 dari 2 halaman

Aku Mulai Sadar Apa Yang Dilakukan Bapak Demi Kebaikanku

Pernah suatu ketika, kami berangkat pukul 3 pagi karena menggunakan kendaraan umum. Saat tiba di Universitas yang dituju, saya langsung mendatangi meja tempat pendaftaran. Setelah proses pendaftaran selesai, saya lihat bapak tidak ada di tempat duduk semula. Saya berkeliling mencari beliau. Ternyata bapak sedang mengobrol dengan seseorang. Waktu saya dekati, bapak mengatakan bahwa lawan bicaranya tersebut bersedia menemani kami untuk mencari kostan. Saat melihat kandidat kostan yang pertama, bapak langsung menyetujui bahkan sampai membayar untuk 2 tahun.

Lagi-lagi saya berpikir bahwa bapak selalu seenaknya sendiri, bertindak tanpa bertanya dahulu kepada saya. Singkat cerita, akhirnya saya mulai merasa betah tinggal di Bandung. Hingga pada suatu hari, bapak tiba-tiba menelepon dan mengatakan bahwa beliau sudah berada di Terminal. Beliau datang secara mendadak untuk membawakan saya sebuah TV, katanya agar saya tidak kesepian. Saya menangis mendengar kata-kata beliau, saya tak menyangka ternyata hal kecil seperti itu tidak luput dari perhatian beliau. Saya merasa bersalah atas semua perselisihan dan pertengkaran yang pernah terjadi.

Maafkan saya Pak. Suatu ketika saya menelepon bapak, saya menangis sejadi-jadinya mengeluhkan rasa cape atas beban studi yang saya emban. Jawaban bapak cukup membuat saya tertegun, beliau berkata [startpuisi]“Yang sabar Teh, mau bagaimana lagi.. dulu Teteh sendiri kan yang memutuskan untuk masuk ke jurusan teknik, tidak ada sesuatu yang didapat dengan mudah. Jangan lupa sholat dan berdoa agar dimudahkan semuanya”.[endpuisi] Kalimat yang sederhana tapi entah kenapa terasa sejuk di hati. Sejak saat itu saya berusaha sekuat tenaga untuk menjadi yang terbaik untuk beliau, tentunya tanpa merasa terbebani lagi.

Ketika lulus kuliah, saya memutuskan untuk melamar pekerjaan pada sebuah perusahaan BUMN.  Saat itu saya diharuskan mengikuti proses seleksi di Jakarta. Saya memohon izin kepada orangtua untuk mengikuti kegiatan tersebut. Namun bapak tidak menyetujui rencana tersebut, karena menurut beliau, Jakarta cukup berbahaya untuk saya. Akhirnya setelah dibujuk mamah, bapak mengizinkan saya untuk pergi asal ditemani beliau. Akhirnya Sabtu pagi-pagi sekali, beliau berangkat dari Cirebon ke Bandung. Tentunya untuk menemani saya berangkat ke Jakarta bersama.

Kemudian setelah beristirahat selama beberapa saat di kostan saya, kami langsung berangkat ke Jakarta. Kebetulan jadwal seleksinya hari Minggu. Saat itu kami menginap di rumah salah satu kerabat. Besoknya, pagi-pagi sekali kami sudah berangkat. Setelah selesai proses seleksi, kami langsung kembali ke Bandung. Saya bujuk bapak untuk bermalam di Bandung saja, tapi beliau bersikeras ingin tetap pulang ke Cirebon padahal waktu itu sudah sangat larut. Saya tidak bisa berkata apa – apa. Saya hanya merasa tak tega, apalagi setelah mengetahui hasil seleksi dan saya dinyatakan tak lolos. Saya benar-benar merasa tak enak sudah menyusahkan beliau.

[startpuisi]Ayah, seseorang yang tak pernah ingin anak perempuannya dalam bahaya. Ayah, seseorang yang akan khawatir dengan keselamatanmu saat kamu sendiri, bahkan ia bisa lebih khawatir dari dirimu sendiri.[endpuisi]

Bapak, beliau orang yang keras namun penyayang. Semoga saja, beliau diberikan kesehatan dan umur yang panjang serta barokah. Saya sadar, sampai saat ini saya belum bisa membalas sedikit pun jasa beliau. Apapun yang terjadi, saya tetap menyayangimu bapak. Saya tak akan pernah lagi mengecewakanmu. Saya akan berusaha membuatmu selalu tersenyum dan bahagia telah memilikiku Bapak. Sungguh, saya sayang bapak juga mamah di rumah.

Itulah sekelumit kisah antara saya dan bapak. Mudah-mudahan ada hikmah yang bisa kita ambil dari tulisan ini. Terima kasih.

[pos_1]