Papa, Aku Tidak Bisa Membayangkan Kelak Akan Menjadi Apa Tanpamu

Fimela diperbarui 07 Nov 2015, 14:38 WIB

Papa, kamu memang yang terbaik. Aku berjanji akan selalu jadi yang terbaik untukmu.

***

Namaku Catherine. Aku ingin bercerita tentang papaku yang setia. Aku sangat menyayanginya.

Hingga saat ini, aku tahu aku belum bisa membahagiakanmu, papa. Tapi suatu saat aku akan buktikan kalau aku dapat membanggakan beliau.

Papaku sudah tua, namun beliau masih bekerja. Beliau tetap melaksanakan tanggung jawabnya untuk menghidupi mama dan aku. Walau gaji papa kecil tapi ia selalu menabung agar aku bisa kuliah. Setiap hari, papaku selalu berangkat pagi-pagi buta dan pulang larut malam. Kadang papa pulang kerja dalam keadaan sangat lelah, kadang papa sering sakit pula. Walau begitu, papa masih tetap bersemangat untuk bekerja.

Jika dibandingkan dengan kegigihan papa, aku belum ada apa-apanya. Usiaku masih 21 tahun dan sudah bekerja, namun aku akui kadang aku sering bermalas-malasan. Sangat berbeda dengan papa, walau usianya tak lagi muda, namun semangatnya luar biasa, dia selalu tampak kuat.

Aku masih ingat hari itu, hari dimana aku menyerahkan gaji pertamaku untuk kedua orang tuaku, kuberikan pada mama dan papa. Tak kusangka, papa justru menolak. Saat itu papa mengatakan,

"Tidak usah, nak. Simpan saja uangnya,".

Aku balik bertanya, "Kenapa, pa?".

Lalu papa menjawab, "Simpan saja uangnya, belilah apapun yang ingin kamu beli, karena papa nggak bisa membelikan apa-apa yang dulu kamu inginkan,".

Aku kaget mendengar kata-kata papa. Ingatanku langsung melayang pada masa yang lalu. Aku ingin punya mainan kasir-kasiran yang harganya mahal. Lalu ayahku berjanji "Iya nak, akan papa belikan nanti kalau papa punya uang," Dan janji itu ia tepati. Saat itu aku sangat bahagia. Apa yang aku inginkan selalu dituruti.

Kemudian aku menjawab "Pa, ambillah. Ini kewajiban yang harus aku berikan kepada papa. Dulu papa selalu beliin mainan apa saja yang aku mau. Sekarang aku ingin membalasnya."

Papaku lalu diam, namun tetap aku paksa agar dia mau menerima uang itu.

Kisah lain yang aku ingat tentang papa. Pernah suatu malam hujan sangat deras mengguyur kota. Dalam cuaca yang buruk itu, papa menjemputku ke kantor, hujan-hujanan karena naik motor. Tentu saja aku sangat kaget.

"Papa kok jemput aku? Papa kan lagi sakit,", tanyaku.

"Nggak apa-apa, nak. Yang penting kamu pulang selamat dan papa jadi tenang," balas papaku.

Sekali lagi, kejadian itu memutar kenanganku pada masa lalu. Sejak TK selalu papa yang menjemputku. Bahkan sampai kuliah dan sampai kerja, papa sering menyempatkan waktu untuk menjemputku.

Aku bangga punya papa sepertimu,

yang setia dan selalu bersyukur atas segala hal,

dan papa tidak pernah mengeluh.

 

Papa, aku memang anak manja,

yang selalu menyusahkanmu atau membuatmu kecewa.

Aku tidak pernah membayangkan akan jadi apa aku tanpamu nanti.

Aku hanya takut kehilanganmu.

 

Aku sangat mencintaimu papa.

Aku akan selalu jadi yang terbaik untukmu.

Selamat Hari Ayah

***

Kisah nyata ini dikirim oleh Catherine Renata untuk mengikuti Lomba Menulis Vemale.com Kisahku dan Ayah. Kamu juga bisa mengirimkan kisah tentang ayah dan berkesempatan memenangkan hadiah dari Negarawan. 

(vem/yel)