Luar Biasa! Wanita Ini Berhasil Keliling Dunia dengan Kain Tenun Ikat

Fimela diperbarui 23 Okt 2015, 09:50 WIB

Kulitnya hitam manis, suaranya lembut, dan juga sikapnya yang sangat ramah jadi keistimewaan wanita asal Flores, Nusa Tenggara Timur ini. Namanya Alfonsa Horeng, ia dikenal sebagai ahli tenun ikat dan pelestari budaya hingga ke kancah internasional. Ia pun berhasil mengunjungi berbagai negara karena kecintaannya pada kain tenun ikat.

Sejak kecil ia sudah memulai diperkenalkan tenun ikat, tak heran kalau kini Alfonsa pun sangat mahir membuat kain tenun ikat. Untuk selembar kain tenun ikat, ia membutuhkan waktu maksimal 9 bulan untuk membuatnya. Tak heran, harga kain tenun ikat pun tidak terbilang murah karena proses serta motif yang dikerjakan.

"Di setiap rumah masing-masing pasti mengerjakan kain tenun ikat. Entah itu di dalam atau di samping rumah. Dari pagi sampai sore, kalau malam tidak boleh tenun, pamali melangkahi aturan," kata Alfonsa kepada Vemale di kawasan Jakarta beberapa waktu lalu.

Selain dibutuhkan waktu yang cukup lama, dibutuhkan kesabaran, ketelitian, dan ketekunan untuk menghasilkan kain yang indah. "Tenun ikat prosesnya awalnya kapas dipintal kemudian digulung. Semuanya harus dipersiapkan dari pengaturan motif, pewarnaan dan paling biasanya proses seminggu untuk tenun atau paling lama setahun biar warna benang bagus," jelasnya.

Alfonsa telah memperkenalkan tenun ikat hasil karya para ibu di NTT ke tingkat internasional. Sehingga banyak mahasiswa atau wisatawan yang datang ke Flores untuk melihat serta meneliti langsung proses pembuatan tenun ikat tersebut.

"Saya sudah pergi ke beberapa negara untuk memperkenalkan kain tenun ikat NTT, seperti ke Amerika, Jerman, Italy, Brazil, Thailand, Peru masih banyak lagi," terang Alfonsa.

Lebih lanjut ia menceritakan, para ibu memutuskan untuk menghidupkan kembali tradisi yang memiliki nilai seni yang tinggi, maka dari itu di setiap kampung membentuk koperasi ibu penenun, yang telah memiliki banyak anggota. Harga satu kain tenun ikat pun dimulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah.

"Semua ibu pekerjaannya selain berladang ialah menenun, sehingga dapat memberi kekuatan pada setiap ekonomi rumah tangga mereka masing-masing, karena setiap turis yang datang pasti membeli," tutup Alfonsa.

Kami doakan yang terbaik untuk Alfonsa. Semoga kain tenun ikat makin dikenal luas dan nama Indonesia bisa makin terangkat.

(vem/yun/nda)
What's On Fimela