Judul : Rumah Tangga
Penulis : Fahd Pahdepie
Penerbit : Panda Media
Tahun : 2015
Tebal : 286 hal
Jenis : Kumpulan Cerita
Buat kamu yang sedang bersiap membangun rumah tangga, sedang berumah tangga, atau ingin lebih matang menjalani kehidupan rumah tangga, buku karya Fahd Pahdepie yang satu ini wajib kamu baca. Dari judulnya saja "Rumah Tangga", kita langsung bisa menangkap gambaran umum isi buku setebal 286 halaman ini. Tapi benarkah isinya melulu tentang persoalan rumah tangga? Yuk, simak ulasan singkatnya di bawah ini.
Berumah dalam cinta, di tangga menuju surga.
Saya pribadi merupakan penggemar karya-karya Fahd Pahdepie. Saya juga mengoleksi karya-karyanya yang sebelumnya seperti Curhat Setan, Rahim, Hidup Berawal Dari Mimpi, Menatap Punggung Muhammad, dan Perjalanan Rasa. Bahasa dalam karya-karya Fahd terbilang ringan tapi punya makna yang dalam. Hal-hal sederhana yang ia bahas bisa terasa begitu istimewa dan pastinya berkesan. Membaca kalimat-kalimat yang ia tulis bisa membawa kita merenungkan banyak hal. Bahkan membaca kalimat yang sama berkali-kali selalu memberi kesan menyenangkan yang berbeda-beda.
Di buku "Rumah Tangga" ini, Fahd membuat kumpulan cerita yang berisi persoalan cinta, membangun rumah tangga, keluarga, anak-anak, hingga makna kehidupan itu sendiri. Karya Fahd yang didedikasikan untuk istri dan dua putranya ini (Rizqa, Kalky, dan Kemi) sebagian besar berisi pengalaman dan perjalanannya membangun rumah tangga selama lima tahun. Dituturkan dengan cara sederhana, kita bisa merasa begitu dekat dengan tulisan-tulisan Fahd.
"Seperti pada buku-buku saya lainnya, saya tetap menggunakan cara bercerita yang lebih banyak memakai sudut pandang orang kedua. Saya ingin memosisikan pembaca sedekat mungkin, menjadikan mereka teman bicara, yang dengannya saya bisa berbisik perlahan, tertawa tanpa suara, atau saling berkata 'aha'! karena kita pernah sama-sama berada di situasi yang sama serta melakukan hal yang serupa (been there, done that!)" (Rumah Tangga hlm. vii)
Seolah Mengobrol dengan Teman Dekat
Fahd benar-benar mengajak ngobrol para pembacanya di buku "Rumah Tangga". Banyak sekali pengalaman yang ia bagi, mulai dari proses awal melamar, menikah, hingga membangun rumah tangga dengan istri tercinta Rizqa. Tanpa menggurui, Fahd menuturkan berbagai hal yang serasa dekat dengan keseharian kita.
Selama ini kita mungkin sudah sering mendengar kisah orang-orang terkenal membangun cintanya. Tapi kadang kita merasa, "Ah, kisah mereka kan beda kelas dengan kita yang orang 'biasa-biasa saja'." Di buku "Rumah Tangga" ini kita diajak untuk bisa menemukan makna dan hakikat cinta kita sendiri, mencari mutiara kita sendiri di tengah kehidupan kita yang 'bukan orang terkenal atau orang hebat'.
Tulus, Hangat, Romantis, dan Puitis
Fahd dan istrinya Rizqa jadi cerminan bagaimana pasangan bisa membangun cinta secara sederhana tapi indah. Bagaimana keseharian mereka bisa jadi pelajaran untuk siapa saja yang ingin membangun rumah tangga menuju surga. Ada juga puisi-puisi Fahd dan Rizqa yang romantis tapi bukan romantis picisan. Membacanya pun terasa ada rasa hangat di dada.
Meski sebagian besar isinya tentang perjalanan rumah tangga Fahd selama lima tahun, tapi ada banyak hal lain yang dibahas. Mulai dari persoalan keluarga hingga tentang menemukan arti kebahagiaan kita sendiri. Semua disampaikan dengan bahasa yang ringan dan sederhana.
Hanya saja sayangnya, beberapa tulisan di "Rumah Tangga" ada yang sudah pernah dibukukan di karya Fahd yang sebelumnya. Sehingga buat saya pribadi yang menggemari dan mengoleksi karya Fahd merasa sedikit kecewa karena tadinya berharap semua tulisan di buku ini adalah tulisan yang benar-benar baru. Tapi hal itu tak mengurangi rasa bahagia saya membaca habis buku ini.
Siapkah Kamu Membangun Rumah Tanggamu Sendiri?
Kita adalah dua orang biasa yang saling jatuh cinta. Lalu, kita bersandar pada kekuatan satu sama lain. Terus berusaha memaafkan kekurangan satu sama lain.
Kita adalah dua orang yang saling berbagi rahasia menyublimkan diri masing-masing. Saling percaya dan berusaha saling menjaga.
Kita adalah dua pemimpi yang kadang-kadang terlalu lelah untuk berlari. Namun, kita berjanji saling berbagi punggung untuk bersandar, berbagi tangis saat harus bertengkar.
Kita adalah dua orang egois yang memutuskan menikah.
Kemudian, setiap hari, kita berusaha mengalahkan diri masing-masing.(Fahd Pahdepie)
Satu kesan kuat yang saya dapat setelah membaca buku ini adalah "Siapkah kita membangun rumah tangga kita sendiri?" Tiap orang pasti punya kisah dan perjuangannya sendiri membangun cinta dan rumah tangga. Menghabiskan sisa hidup dengan seseorang yang kita cintai tidak selalu berjalan mulus. Ada halangan dan ujian yang bakal datang. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kita bisa saling menguatkan satu sama lain dan melakukan yang terbaik dalam rumah tangga yang kita bangun.
Terima kasih Fahd Pahdepie sudah menulis karya indah ini. Saya tunggu karya-karya baru berikutnya :)
- Review + Kuis: Interlude, Saat Kekuatan Cinta Mampu Mengobati Luka
- Review + Kuis: Relationshit, Asam-Manis Hubungan Cinta, Keluarga, Dan Persahabatan
- [Vemale's Review]: MAKE OVER Ultra Hi-Matte Lipstick Shade Pink Alcatraz 002
- Buku Generasi 90an : Mesin Waktu Yang Penuh Ilustrasi
(vem/nda)