Sebuah kisah yang menggugah. Tentang Bejo, yang berusia 24 tahun. Bekerja di sebuah Café. Rajin. Tidak sombong. Asli dari kampung, punya seorang adik perempuan dan ibu yang sudah sorangan. Hasil keringat dari kota itu kerap dikirim untuk si emak di rumah.
Bejo yang rajin, plus lugu dengan tubuh yang subur, yang hampir setiap gerakannya bikin kita ngakak, bertemu dengan Bli yang berusia 42 tahun dan menjadi tuan di mana Bejo mencangkul hidup. Dan sebagaimana bos di banyak perusahaan, Bli ini teliti dan detil untuk setiap pekerjaan. Tapi dia punya hati yang baik.
Meski bertubuh subur, Bejo cekatan dalam melayani tamu, membeli sayur di pasar, hingga mengantar setiap pesanan ke rumah para pelanggan.
Film yang mempertemukan pekerja berwajah lugu dengan bos yang “cerewet” tapi berhati mulia ini, hasil kolaborasi kreatif DBM Pro bersama Traveloka, perusahaan teknologi penyedia layanan booking online tiket pesawat dan hotel. DBM Pro adalah salah satu layanan digital dari KapanLagi Network yang melayani produksi video iklan untuk Bran Advertisers. Film inilah yang mengantar DBM Pro meraih Perunggu pada Pinasthika Award 2015. Pinasthika merupakan ajang lomba cipta iklan kreatif di kalangan anak muda di seluruh Indonesia.
Festival iklan bergengsi ini digelar saban tahun di Yogyakarta. Dan saban tahun itu pula para peserta berbondong dari banyak kota. Membawa gagasan segar. Cara pandang baru. Kemasan baru. Yang inspiring dalam dunia periklanan. Dan yang tak kalah penting; disukai orang ramai.
Semenjak diunggah ke laman berbagai video, youtube, awal Juli lalu, si Bejo dan tuan Bli itu sudah ditonton 200 ribu kali. Tidak hanya menonton, banyak juga yang menyanjung kisah ini. “Ide iklan yang kreatif banget. Ceritanya romantis dan lucu. Shoutout dari saya,” begitu komentar seorang penonton.
Dan silahkan menonton film pendek itu di sini. Anda akan menemukan lebih dari sekedar memperkenalkan brand. Menghibur. Bikin ngakak. Dan begitu banyak orang memetik semangat dari situ.
Selain kisah si Bejo itu, pada ajang yang sama DBM Pro juga menyabet Perak lewat film Kisah Tentang Apak, yang juga berkolaborasi dengan Traveloka. Kisah tentang seorang anak muda yang karirnya melangit, dengan segunung kepusingan hinggap di kepala, membebani pundak, lembur hingga larut ketika kebanyakan orang sudah terlelap.
Dibenam kesibukan begitu rupa, anak muda ini tak punya waktu membeli tiket, memesan hotel untuk berlibur bersama sang ayah yang ingatannya hampir terkikis, dan pada umurnya yang terbilang senja itu, nyaris gagap kemajuan. Sang ayah itulah yang memesan tiket pesawat, kamar hotel dan sejumlah keperluan dari anjangsana ini.
Dan hari libur itu pun tiba. Silahkan membayangkan kepusingan si anak. Sang ayah baru sadar bahwa dia lupa membawa tiket, persis ketika keduanya mau check in di pintu bandara. Lupa bawa voucher hotel padahal mereka sudah berdiri di muka resepsionis. Kencang menggorok, dan tiba-tiba menghilang di keramaian pasar.
Beruntung ini jaman digital. Setiap traksasi meninggalkan jejak. Dalam Kisah Tentang Apak ini, jejak digital itu diciptakan Traveloka, sebuah perusahaan yang sudah kondang namanya sebagai penyedia jasa di bidang perjalanan. Film pendek ini menunjukkan bahwa teknologi tidak hanya mempermudah kita, tapi juga bisa menolong ingatan yang hilang.
Serba mudah itulah yang disanjung banyak orang dari layanan Traveloka ini. Dan itu terlihat dari sejumlah komentar penonton pada film pendek ini di laman berbagi video, youtube. Baca dan tonton langsung saja di sini. Lalu jangan lupa mencatat kesan Anda di situ, tentu saja setelah menonton aksi ayah-anak ini. Semenjak diunggah
Selain kisah soal kekuatan teknologi itu, Kisah Tentang Apak juga mengingatkan kita bahwa kasih ayah juga bisa sepanjang hayat. Sang anak trenyuh ketika mengetahui ayahnya (Apak) hilang di keramaian pasar itu, lantaran pergi membeli sepiring bubur, yang amat disukai anak semata wayang itu.
Pada umur yang terbilang petang itu, Apak memang bisa lupa banyak hal, tapi dia tak pernah lupa hal-hal kecil tentang anaknya. Tentang makanan kesukaannya, bubur.
(vem/yel)