Angelina Jolie Kecam Kelompok Teroris Yang Menggunakan Pemerkosaan Sebagai Senjata Perang

Fimela diperbarui 09 Sep 2015, 15:15 WIB

Angelina Jolie, wanita cantik ini kita kenal lewat film-filmnya dan bakatnya yang luar biasa. Selain berprofesi sebagai artis, Jolie dikenal sebagai seorang aktivis sosial, terutama yang berhubungan dengan wanita. Dalam beberapa kesempatan, tampak Jolie menyampaikan pendapat dan kecaman terkait segala sesuatu yang dianggap merugikan wanita, dan salah satunya adalah pemerkosaan. Kasus pemerkosaan yang sangat menarik perhatian Jolie kali ini berawal saat ia menyadari bahwa pemerkosaan dijadikan sebagai senjata perang oleh kelompok terorisme, ISIS.

Isu tentang ISIS tentu sudah tidak asing lagi bagi Anda. Menurut Wikipedia, negara Islam Irak dan Syam (disebut juga ISIS, singkatan dari the Islamic State of Iraq and Syria) adalah sebuah negara dan kelompok militan jihad yang tidak diakui di Irak dan Suriah. ISIS dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam dan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri dan menjarah bank. Target utama serangan ISIS adalah umat Muslim Syiah dan Kristen.

Hal ini menjadi fokus penting bagi beberapa negara berkembang, misalnya Indonesia dan Inggris. Isu ISIS juga menjadi perhatian khusus bagi Angelina Jolie. Dalam salah satu kesempatan lalu, Angelina Jolie mengutarakan pidato inspiratif di Gedung Parlemen Inggris, sebagai salah satu pembicara bersama dengan beberapa tokoh penting lain, seperti yang dilansir oleh dailymail.co.uk. Pada kesempatan tersebut, Jolie mengambil satu fokus, yaitu ISIS yang menurutnya menggunakan pemerkosaan sebagai "titik pusat dari teror" mereka. Ia juga mengutarakan dampak negatif yang ditimbulkan dari kekerasan seksual di daerah konflik.

Mengapa Angelina Jolie begitu tegas dan serius mengutarakan hal ini seolah ia tahu segalanya? Memang benar bahwa ia tahu banyak, ia sering terjun langsung ke lapangan. Ia juga pernah bertemu dengan gadis-gadis kecil yang baru berusia sekitar 7 tahun, yang menjadi korban pemerkosaan brutal di zona perang. Menurutnya, fanatik jihad dalam kelompok teroris paling agresif di dunia ini menggunakan serangan seksual sebagai senjata yang paling efektif. "Penggunaan pemerkosaan" sebagai senjata oleh ISIS adalah suatu ketakutan baru yang sebelumnya tidak disadari oleh dunia. Ia juga menekankan bahwa hal ini membutuhkan respon yang sangat kuat, dan secepatnya.

Tidak asal bicara, Jolie sudah menggeluti masalah ini sejak lama...

(vem/reg)
2 dari 2 halaman

Angelina Jolie: Saya Bahkan Tidak Tahu Cara Menolong Korban

Foto: copyright girltalkhq.com

Pada kesempatan itu, Jolie juga memberikan para komite kopi dari film yang disutradarainya, Land of Blood and Honey. Angelina Jolie hadir untuk mendampingi mantan Menteri Luar Negeri William Hague. "Saya rasa hal paling penting yang harus kita pahami adalah bahwa hal ini bukan karena keinginan seksual. Ini adalah senjata terorisme yang sangat brutal. Dan sayangnya, hal ini terjadi di mana-mana, hampir di semua negara. Saya tidak bisa memikirkan negara di mana isu ini tidak terjadi," jelas Jolie.

"Kelompok teroris paling agresif di dunia ini tahu apa yang kita ketahui. Mereka tahu bahwa pemerkosaan adalah senjata yang sangat efektif. Dan mereka menggunakannya sebagai titik pusat teror, serta sebagai cara yang mereka gunakan untuk menghancurkan komunitas dan keluarga, serta menyerang dengan cara yang sangat tidak manusiawi."

Sejak tahun lalu, pemerkosaan menjadi bagian penting dari doktrin keagamaan yang dilakukan ISIS. Mereka kerap menyerang wanita-wanita yang bukan muslim. "Selama 10 tahun, saya sudah terjun langsung ke lapangan untuk berjumpa dengan para korban pemerkosaan dan keluarganya. Mereka merasa bahwa suaranya tidak didengar, tidak penting, dan mereka membawa aib yang sangat memalukan. Saya ingat saat berjumpa gadis kecil yang berusia sekitar 7 atau 8 tahun. Dia hanya termenung menatap tembok, sementara air mata terus mengalir membasahi pipinya. Ia telah mengalami pemerkosaan brutal beberapa kali, namun saya tidak bisa menyentuh atau berbicara dengannya. Saya benar-benar merasa putus asa, karena saya tidak tahu harus berbuat apa," cerita Jolie.

Jolie melanjutkan, "Belum lama ini saya bertemu dengan seorang gadis Irak yang berusia 13 tahun. Ia pernah dikurung dalam satu kamar dengan gadis-gadis lain. Pada saat-saat tertentu, mereka akan dibawa keluar dari ruangan itu menuju ruangan lain yang sangat kotor, dengan sofa yang juga sangat kotor, dan mereka diperkosa secara brutal berkali-kali di sana. Mereka juga pernah menjadi saksi saat teman-teman prianya dijual. Mereka mendengar dengan jelas proses tawar menawar harga. Lima ratus ribu rupiah? Tujuh ratus ribu rupiah? Dan itu membuat mereka berpikir, berapa harga diri mereka sendiri?".

Jolie mengatakan bahwa merupakan suatu keputusan besar saat ia memutuskan untuk berdiri bersama Hague untuk menceritakan pengalaman traumatis yang dialami gadis-gadis di Conga. Hague juga bercerita bahwa ia sempat mengungkapkan pendapatnya, bahwa gadis-gadis itu seharusnya tidak perlu merasa malu. Itu bukan kesalahan mereka. Rasa malu seharusnya dimiliki para pelaku. Dan ia berjanji akan melakukan apa yang dia bisa.

Bagi saya, kisah tersebut terdengar sangat mengerikan. Namun saya juga sangat kagum dengan keberanian dan kegigihan Angelina Jolie untuk kesekian kalinya dalam dunia sosial. Anda mungkin juga ingat bahwa beberapa dari anak-anaknya merupakan anak adopsi, yang ia adopsi dari berbagai negara. Semoga isu ini tidak hanya menjadi fokus penting di Inggris, namun juga di negara-negara lain, dan segera membuahkan solusi terbaik. Tetap berkarya, Jolie!

[pos_1]