Perjuangan Hebat Remaja 12 Tahun Merawat Keluarga Tanpa Kehadiran Ayah

Fimela diperbarui 07 Sep 2015, 11:40 WIB

Tak semua keluarga bisa sempurna. Sempurna dalam artian memiliki orang tua lengkap dengan kasih sayang yang berlimpah. Pun tak semua anak bisa mendapatkan semua hal yang ia butuhkan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik dalam keluarga. Meski begitu, pasti selalu ada cara untuk mencoba bertahan dan berjuang hidup bersama keluarga.

Seorang remaja berusia 12 tahun asal Malaysia ini memiliki kisah yang mengharukan. Dilansir dari youthporia.stomp.sg, remaja yang biasa dipanggil Abang ini sudah berperan seperti kepala keluarga. Di usianya yang masih belia, ia sudah harus ikut sibuk merawat keempat adik-adiknya. Lalu apa yang terjadi pada ibu dan ayahnya? Berikut kisahnya yang sangat menggugah hati.

(vem/nda)
2 dari 5 halaman

Abang sebagai Kakak, Ayah, dan Ibu

Foto: copyright youthporia.stomp.sg

Lima tahun setelah Abang lahir, kedua orang tuanya bercerai. Lalu sang ibu yang lebih dikenal dengan nama Madam Nora menikah kembali tahun 2008. Namun sejak bulan Januari lalu, ayah tiri Abang tak ada kabarnya lagi. Yang ada hanyalah makin banyaknya surat hutang kartu kredit yang dikirim ke flat nenek Abang.

Madam Nora, ibu dari lima anak (tiga dari pernikahan pertama dan dua dari pernikahannya kedua) ini mengatakan kalau suami keduanya ini punya hutang 40 ribu dolar. Kondisi keluarga makin parah ketika Madam Nora mengalami gangguan kesehatan dan tak bisa bekerja sampai akhir tahun ini. Tiga kali seminggu, Madam Nora harus pergi ke rumah sakit dan klinik untuk memeriksakan penyakit diabetes dan cedera bahu parah.

Sementara itu, Abang sebagai anak sulung yang mengambil peran terbesar dalam keluarga. Ia tak hanya berperan sebagai kakak, tapi juga sebagai ayah dan terkadang menggantikan peran ibunya ketika menyuapi adik-adiknya. "Saya harus membantu Mama," kata Abang. "Dia sedang sakit dan kalau saya tak membantunya, ia akan sendirian."

3 dari 5 halaman

Keseharian Abang

Foto: copyright youthporia.stomp.sg

Jika umumnya remaja usia 12 tahun menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar dan bermain, berbeda dengan Abang. Setiap hari Abang harus melakukan berbagai hal dan pekerjaan.

06.00: Abang bangun pagi dan bersiap ke sekolah.
06.45: Abang pergi ke sekolah dengan tiga adiknya, jalan kaki 15 menit dari rumah.
14.00: Pulang ke sekolah.
14.15: Abang dan ketiga adiknya pergi ke flat Nenek untuk menjemput adik bungsunya yang baru berusia 30 bulan.
14.25: Abang membuat makan siang dan menyuapi adik bungsunya.
15.00: Abang memandikan adik bungsunya dan mengantarnya tidur siang. Sementara itu adik-adik yang lainnya setelah mandi langsung mengerjakan pekerjaan rumah.
17.00: Abang istirahat tidur.
19.00: Abang membantu ibu menyiapkan makan malam.
20.00: Abang membantu ibu menidurkan adik bungsunya.
Di tengah malam, Abang membantu ibunya menyiapkan pesanan makanan untuk keesokan harinya. Ia juga yang membeli berbagai kebutuhan ke swalayan 24 jam terdekat.
02.45: Abang dan ibunya selesai menyiapkan pesanan.
03.00: Abang berangkat tidur.

Wah, sungguh hari-hari yang berat untuk Abang, ya Ladies. Ia pasti sangat capek ketika keesokan harinya masuk sekolah.

4 dari 5 halaman

'Saya capek tapi tak masalah...'

Foto: copyright youthporia.stomp.sg

Merawat empat adik sekaligus membantu ibunya di rumah rasanya pasti melelahkan bagi seorang remaja berusia 12 tahun. Namun, Abang tak menyerah. Ia bahkan bisa bersekolah dengan baik dan lulus di semua mata pelajaran kecuali Matematika. "Kadang saat saya di sekolah saya merasa lelah tapi tak masalah. Saya bisa tetap terjaga," kata Abang.

Abang mengaku kalau ia tak menginginkan apa-apa. Tapi ia ingin sekali bisa bertemu pemain sebak bola idolanya. "Pemain sepak bola LionsXII bagus-bagus. Pemain favorit saya Khairul Amri, Sahil Suhaimi, dan Faris Ramli." Namun ia merasa tidak yakin keinginannya tersebut terkabul mengingat para pemain sepak bola itu bintang besar.

Saat ini keluarga Abang sudah mendapat bantuan dan donasi. Mereka telah mendapat bantuan berupa alat memasak, slow cooker, kompor gas, kabinet dapur, dan kasur. Madam Nora mengatakan kalau mereka bisa mendapatkan donasi 1.270 dolar setiap bulannya. Itu belum termasuk bantuan lain seperti bantuan kesehatan dan makanan.

5 dari 5 halaman

Abang adalah Pahlawan

Foto: copyright youthporia.stomp.sg

Untuk mendapatkan pemasukan tambahan, Madam Nora membuka jasa katering. Dan Abang adalah anak yang bisa diandalkan untuk membantunya. "Abang benar-benar pahlawan saya. Dia membantu banyak sekali dan menolong saya tiap kali butuh bantuan, khususnya mengurus anak-anak. Saya terkadang merasa bersalah tapi ia tahu saya butuh bantuan dan ia tulus melakukannya," papar Madam Nora.

"Abang juga satu-satunya orang yang bisa saya curhati. Dia tumbuh dewasa cepat sekali karena ia memahami situasi kami. Dia tak pernah mengecewakan saya sekali pun," kata Madam Nora yang harus bercerai dengan suami pertamanya karena sang suami hobi minum-minum.

Kini setelah menikah kembali, situasi rumah tangga Madam Nora juga tak makin membaik. Malah suaminya terlilit hutang dan jadi beban keluarga, sekarang pun entah ada di mana. Namun, ia beruntung punya anak seperti Abang. Pernah suatu waktu, Abang sengaja menabung uang sakunya yang sebanyak 1 dolar per hari. Selama 30 hari uang itu tidak dijajankan, malah setelah terkumpul 30 dolar, uang itu dikembalikan ke ibunya. Benar-benar anak berbakti sekali, ya Ladies.

[pos_1]