Kisah Menyentuh Hati: Saat Anak Kembar Kami Berbeda Kondisi Kesehatan

Fimela diperbarui 19 Agu 2015, 13:45 WIB

Anak adalah anugerah yang amat berharga dari Sang Maha Kuasa. Apapun keadaan keluarga tempat ia dilahirkan, serta bagaimanapun kondisi anak tersebut, ia tetap layak mendapatkan kasih sayang yang sempurna dari kedua orang tuanya.

Mendapat kabar akan melahirkan bayi kembar membawa kebahagiaan tersendiri. Faktanya, anak kembar tak selalu sama. Clare McIntosh harus menghadapi fakta bahwa salah satu bayi kembarnya memiliki kondisi down syndrome. Satu bayi kembarnya sehat diberi nama Cara McIntosh dan bayi yang memiliki down syndrome diberi nama Josh McIntosh. Meskipun keduanya berbeda, Clare tetap memberikan cinta yang sama untuk kedua buah hatinya, seperti kisah yang dia bagikan melalui dailymail.co.uk.

Clare McIntosh dihadapkan pada kenyataan pahit sesaat setelah ia melalui proses persalinan yang penuh dengan perjuangan. "Aku ingat, aku menatap dokter dengan penuh rasa percaya, serta dalam hati berkata 'aku tahu semuanya akan baik-baik saja'. Namun kemudian dokter berkata bahwa Josh memiliki satu lipatan yang melintang di telapak tangannya. Dan itu adalah tanda dari penderita down syndrome,", kenang Clare. Empat jam kemudian, Clare mendapatkan kabar bahwa diagnosa yang telah dilakukan mengarah pada dugaan awal. Para dokter berusaha menjelaskan kondisi yang dialami oleh Josh, namun Clare memotong mereka dengan pertanyaan "maksud Anda dia menderita down syndrome, bukan? Saya tahu dari tadi itulah yang Anda bicarakan".

Menurut dokter, kasus ini sangat jarang terjadi. Mereka tidak dapat memastikan secara statistik seberapa sering kemungkinan ini terjadi, namun diketahui ada 8 keluarga yang mengalami hal sama. Menurut penelitian yang sudah dilakukan, dari 1.000 bayi down syndrome, 14 hingga 15 di antaranya terlahir sebagai anak kembar, sementara salah satu bayi adalah bayi normal.

Meski pahit, Clare tidak akan menyangkal kenyataan ini. Ia tahu pasti meski kini kesehatan Josh sangat baik, ia nantinya tidak akan mengalami perkembangan selancar yang dialami Cara. Perbedaan di antara keduanya memang belum terlihat saat ini, karena mereka masih balita. Namun saat mereka bertambah dewasa, perbedaan akan semakin tampak, dan semakin disadari banyak orang, termasuk si kembar sendiri. "Semakin mereka bertambah besar, jarak di antara keduanya akan bertambah. Cara mungkin saja akan masuk sekolah satu tahun lebih awal dari Josh. Namun kami akan berusaha agar Josh bisa bersekolah di sekolah umum", jelas Clare.

Tapi si kembar ini justru memiliki ikatan spesial yang luar biasa..

(vem/reg)
What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Ikatan Spesial Si Kembar

"Namun saat ini interaksi antara keduanya sangat menyentuh hati. Cara menganggap Josh layaknya teman bermain. Ia melibatkan Josh dalam setiap permainannya, bahkan seringkali mencoba bergulat dengan Josh. Ada kalanya, Cara juga bersikap dewasa. Misalnya saat kami memberinya permen, ia akan minta satu lagi untuk Josh. Saat kami mengganti popok Josh, ia akan mengambilkan tisu basah untuk kami. Karena Josh mengalami kelambatan dalam berbicara, kami belajar bahasa isyarat bersamanya, dan Cara justru antusias. Mereka berdua sudah mengetahui kurang lebih 80 isyarat. Jika ada orang lain yang berbicara pada keduanya, Cara akan menerjemahkan kalimat tersebut dalam bahasa isyarat, agar Josh mengerti,", cerita Clare.

Clare dan John, suaminya, juga mencari tahu dari keluarga lain tentang metode yang tepat untuk mengasuh anak down syndrome. Yang paling disayangkan oleh Clare adalah kelak Josh tidak bisa memiliki anak, karena down syndrome menyebabkan kemandulan pada pria. Namun Clare tetap berharap kelak Josh akan menemukan tambatan hatinya, mungkin dari komunitas berkebutuhan khusus juga.

Sikap Clare saat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia dan suaminya berjuang penuh untuk bisa menerima kenyataan ini di awal kelahiran anaknya. John kesulitan menerima kenyataan bahwa salah satu anak kembarnya menderita down syndrome.

Kekhawatiran keduanya bertambah saat mereka menyadari mereka tidak memiliki banyak pengetahuan tentang anak down syndrome. John butuh berminggu-minggu untuk menerima kenyataan tersebut, karena ia tidak memahami situasi yang terjadi, dan tidak tahu bagaimana harus menangani anak down syndrome. John juga berpikir bahwa Josh nantinya akan menggunakan kursi roda, atau mereka tidak akan bisa bepergian jauh. "Kami tidak pernah marah atau menyesali keadaan ini, kami hanya bingung. Kami memiliki kehidupan yang bahagia dengan Amelie (anak pertama mereka), jadi kadang John bertanya-tanya mengapa dulu kami memutuskan memiliki anak lagi, apalagi kami harus menempuh proses bayi tabung,", kata Clare.

Dan proses untuk mendapatkan anak kedua sama sekali tidak mudah..

3 dari 3 halaman

Sebelumnya, Aku Bahkan Susah Untuk Hamil Lagi

Foto: copyright dailymail.co.uk/Martin Spaven

Sebelum Amelie lahir pada tahun 2008, Clare sempat mengalami 4 kali keguguran. Setelah melahirkan Amelie, ia tidak bisa hamil dengan cara normal lagi. Setelah berbagai tes medis tidak berhasil menemukan apa penyebabnya, pasangan suami istri itu pun mencoba program bayi tabung. Itupun tidak mudah. Setelah gagal dengan 2 kali percobaan bayi tabung yang memakan banyak biaya, percobaan ketiga baru membuahkan hasil. Sel telur dan sperma telah diuji sebelumnya, dan tidak ditemukan tanda-tanda yang tidak normal.

"Hal ini tidak mengherankan dalam kasus down syndrome. Mutasi sel terjadi pada tahap awal pembelahan sel. Dan belum diketahui apa penyebabnya,", jelas Cara. Saat hamil, Cara telah mengetahui bahwa bayi yang dikandungnya adalah bayi kembar. Namun ia masih heran mengapa saat masih dalam kandungan, dokter tidak memprediksi jika bayi yang dikandungnya memiliki down syndrome.

Kedua bayinya pun lahir prematur pada bulan Juli dua tahun yang lalu. Josh lahir terlebih dahulu melalui persalinan normal. Sementara Cara lahir melalui operasi caesar beberapa jam setelahnya. Keesokan harinya, barulah dipastikan bahwa Josh menderita down syndrome.

"Kurang lebih 20% bayi down syndrome ditinggalkan di rumah sakit karena orang tuanya tidak mau merawatnya. Namun hal itu sama sekali tidak ada di pikiran kami. Kami justru menganggap bahwa akan lebih mudah merawat Josh sebagai anak kembar. Teman-teman kami yang mengetahui hal ini menganggapnya sebagai berita duka dan mengasihani kami. Namun kami tidak ingin itu terjadi. Kami ingin mereka tahu bahwa kami percaya hidup Josh akan berkembang dengan baik. Jadi, melalui media sosial kami menjelaskan bahwa Josh tidak menderita atau sakit. Ia bahagia dan sangat sehat. Barulah setelah itu banyak orang yang mulai mendukung kami,", cerita Clare.

Josh menjalani banyak terapi sejak awal, namun Clare lebih ingin fokus pada terapi bicara. Sayangnya, tidak semua orang dapat bersikap baik pada Josh. "Pernah ada yang bilang 'gorila juga punya satu lipatan di telapak tangannya'. Sementara di sekolah Amelie, anak-anak lain juga menyebut Josh dengan "anak Anda yang sakit". Aku tidak suka kata-kata kasar itu, jadi aku harus menjelaskan apa down syndrome itu,", katanya.

Clare menekankan bahwa kebanyakan orang tua dari anak down syndrome merasa bahagia dengan anaknya. "Dua tahun lalu kami tidak tahu apa-apa, tapi kemudian pengetahuan kami berubah drastis. Orang-orang seperti Josh selalu dipandang sebelah mata. Saya mulai khawatir dengan tekanan yang dirasakan para orang tua saat mereka mengambil suatu keputusan untuk menelantarkan anaknya. Saat Anda memiliki anak, anak itu akan sangat bergantung pada Anda, meski kelak ada waktunya untuk melepaskan. Dan Josh akan memakan waktu lebih lama sebelum kami melepaskannya. Namun hal ini justru sangat menenangkan, karena kami tahu pasti bahwa kami akan terlibat dalam seluruh kehidupannya, dengan seluruh hidup kami," tutup Clare.

Memutuskan menjadi orang tua berarti harus berani menerima segala risiko yang akan terjadi. Sungguh luar biasa rasanya menyaksikan Clare dan John memilih untuk tetap mengasuh dan mencintai Josh, sementara di depan mereka terhampar ratusan contoh anak down syndrome yang ditelantarkan. Josh layak mendapatkan kasih sayang yang sama seperti anak-anak lain, seperti Cara. Dengan pengetahuan yang cukup, kesabaran, serta rasa syukur, kami yakin bahwa membesarkan anak down syndrome tidak akan membuat orang tua terbebani.