Tahun ini waktuku untuk menjadi lebih dewasa. Setelah melalui banyak sekali ujian, akhirnya aku dinyatakan lulus. Lega rasanya, setidaknya sekarang aku tidak perlu lagi memakai seragam SMA. Ya, kini saatnya aku menjadi mahasiswa. Seperti yang lainnya lakukan, aku mulai mendaftar ke universitas yang aku mimpikan. Salah satu universitas terbaik di Indonesia di kota yang juga menyimpan keelokannya sendiri. Aku akan menjadi mandiri, setidaknya itulah yang aku pikirkan.
Namun, tidak ada hal mudah yang menyertai mimpi besar. Satu satunya program studi di Indonesia itulah yang aku mimpikan. Aku mengikuti SNMPTN atau orang awam menyebutnya jalur rapot, seperti temanku yang lain, aku seperti menghitung batas waktu hidupku. Entahlah, aku berpikir bahwa ketika aku gagal kali ini, aku tidak mengerti apa yang akan aku lakukan selanjutnya. Dan hari itupun datang, ditemani oleh kedua orang tuaku, aku melihat hasil seleksi SNMPTN melalui web.
Aku masih sangat ingat, hari itu pukul 17.00 aku dengan jantung yang menggantung hampir copot, aku manyaksikan lingkaran loading mozilla firefox dengan seksama. Rasanya aku ingin mundur dan menganggap tidak pernah lagi di fase kehidupan ini. Dan, jawabannya ada teks merah atau aku dinyatakan gagal. Hatiku rasanya hancur. Percayalah jika ada yang berkata putus cinta itu menyakitkan, aku dapat pastikan orang itu tidak pernah ditolak seleksi universitas.
Aku harus segera bangkit. Masih ada satu jalan untuk menggapai mimpiku ini. SBMPTN, atau orang awam menyebutnya tes tulis. Bersaing dengan seluruh lulusan SMA di Indonesia, ini tidak mudah. Tidak akan pernah mudah. Akhirnya aku memantapkan hati untuk mengikuti tes ini, pilihanku jatuh pada universitas yang sama, namun rasanya aku tak percaya diri dengan pilihan program studi yang aku cita-citakan sehingga aku memilih program studi yang aku kira lebih mudah. Bagiku program studi itu terlalu tinggi.
Hingga pada saat hari pendaftaran, dan aku mengantri untuk membayarnya, handphoneku bergetar. Ayah meneleponku. Dan beliau hanya berkata “Kamu yakin dengan pilihan itu?” dan akhirnya aku mundur dan pergi pulang kerumah, mengganti formulir online dengan pilihan program studi yang aku mimpikan. Aku pasti bisa. Singkat cerita, bulan itu bertepatan dengan bulan Ramadan. Segala sesuatu aku lakukan untuk dapat lolos tes kali ini. Hal-hal yang sebelumnya jarang aku lakukan. Aku mulai melengkapi salat sunnahku, mulai dari salat dhuha, salat hajat, salat tahajud, hingga salat yang belum pernah aku dengar namanya, yaitu salat tasbih.
Setiap hari selama Ramadan aku selalu belajar dengan giat, belajar dari pagi hingga tengah malam. Salat wajibku yang biasanya tidak tepat waktu menjadi tepat waktu. Dalam hal membaca al-Quran, aku mengikuti program “one day one juz”. Sebelumnya aku mengira akan sangat sulit membaca 10 lembar al-Quran pada satu hari, namun nyatanya aku berhasil melakukannya juga.
Aku benar-benar mengubah menjadi orang dengan tingkat spiritual yang menaik tajam, tidak seperti aku biasanya. Akupun dapat melewati tes itu dengan baik menjawab soalnya dengan bacaan bismillah setiap kali akan melingkari kertas jawaban. Bersaing dengan ratusan ribu siswa seluruh Indonesia yang mungkin berusaha lebih giat daripada aku. Menunggu hari pengumuman pun, aku lanjutkan dengan beribadah lebih giat, hampir semua sunnah aku lakukan. Al-Quranku pun menyisahkan berapa juz untuk dibaca, aku menjadi suka tontonan hafidz yang selalu marak di bulan Ramadan, mendengarkan ceramah pun merupakan kegemaranku yang baru. Aku menjadi sosok yang beda, menjadi lebih kalem dan menjadi lebih tenang. Setiap hari aku berdoa, meminta kepada Allah untuk mengabulkan mimpiku.
Hingga saat itupun tiba, beberapa hari menuju Hari Raya Idul Fitri. Pengumuman SBMPTN pukul 17.00. Hatiku gelisah sejak pagi. Orangtuaku pun begitu. Hingga menunggu adzan maghrib aku habiskan didepan komputer. Ayahku duduk di sebelahku, sama gelisahnya dengan aku, atau mungkin lebih gelisah lagi. Pukul 17.00 lebih aku mulai membuka web-nya. Memasukkan tanggal lahir dan nomor peserta. Aku tidak sanggup untuk melihat hasilnya. Aku menutup mata, ayahku di sebelah hanya diam mematung.
Lewat celah tanganku aku dapat melihat garis hijau dengan tulisan “Selamat Anda dinyatakan diterima” dan akupun menangis. Ayahku membacanya dan beliau menangis. Kami sama-sama bersujud syukur. Aku memeluk ibuku dengan masih tidak percaya akan apa yang aku baca. Aku, seorang siswa dari kota kecil dan SMA biasa dapat lolos seleksi tes masuk universitas terbaik dengan program studi yang tidak dapat di sebelah mata-kan di Indonesia. Malam itu aku pergi salat tarawih dengan senyum yang mengembang, dengan ucapan syukur tiada henti dalam hati.
Tuhan selalu punya rencana misterius untuk kita. Tuhan membawa kita melakukan hal-hal yang tidak pernah kita lakukan. Tuhan hanya ingin melihat, seberapa ‘gila’ cara Anda untuk menggapai mimpi. Tuhan hanya ingin Anda mendekatinya, dan berdoa padanya. Jangan pernah melepaskan mimpi Anda, mimpi Anda menunggu Anda untuk menjemputnya.
-oOo-
LOMBA KISAH RAMADAN VEMALE.COM
Menyambut bulan Ramadan 1436 H, Vemale.com mengajak para pembaca untuk membagikan kisah inspirasi. Kisah ini bisa tentang suka duka ketika memutuskan memakai hijab, kisah seru di bulan Ramadan, bagaimana rasanya jauh dari keluarga saat Lebaran atau kisah apapun yang meningkatkan sisi spiritual dan kedekatan Anda dengan Allah SWT.
Kirim kisah Anda melalui email ke redaksivemale@kapanlagi.net dengan subjek: KISAH RAMADAN VEMALE
30 kisah yang ditayangkan akan mendapat bingkisan cantik dari Vemale.com. Kami tunggu kisah Anda hingga tanggal 24 Juli 2015. Pemenang akan kami umumkan tanggal 28 Juli 2015.
Dari satu kisah, Anda bisa menjadi inspirasi bagi jutaan wanita Indonesia.
Share your story :)
(vem/yel)