Puasa di bulan Ramadan menjadi salah satu waktu yang ditunggu-tunggu umat Muslim di seluruh dunia. Persiapan pun dilakukan untuk menyambut bulan penuh berkah ini. Namun tidak seperti di Indonesia yang memiliki musim serta waktu siang dan malam yang stabil, menjalankan puasa di beberapa negara bisa jadi suatu tantangan tersendiri untuk umat muslim, seperti misalnya di beberapa negara di belahan bumi barat, tepatnya di bagian Eropa dan Amerika.
Perputaran bumi yang tidak lurus menyebabkan beberapa tempat mengalami perbedaan waktu dan musim. Karena Ramadan tahun ini bertepatan dengan musim panas, umat muslim yang menetap atau tinggal di negara-negara dengan empat musim ini harus mempersiapkan fisik lebih baik untuk menyambut Ramadan kali ini. Hal ini tidak lain karena waktu siang hari bisa lebih panjang atau lama ketika musim panas.
Berdasarkan informasi yang diberilam oleh Noval Dias, mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh kuliah di Jerman, rentang waktu subuh dan magrib di Jerman bisa berbeda jauh. Waktu subuh pukul 02:49 sedangkan magrib pukul 21:20, belum lagi suhu yang jadi faktor tambahan puasa semakin menantang. Suhu musim panas di Jerman bisa mencapai 30 derajat Celcius dengan kelembaban yang sangat rendah. Bisa dibayangkan seperti apa panasnya, bukan?
Sedangkan di belahan bumi lainnya, seperti dikutip dari mentalfloss.com, di bagian utara bumi tepatnya di negara seperti Norwegia dan Islandia, puasa jadi lebih lama karena saat tengah malam pun, matahari masih bisa dilihat. Oleh karena itu, para ulama setempat mengeluarkan kebijakan atau fatwa untuk mengurangi jam puasa dengan dua pilihan, yaitu mengikuti waktu puasa di Mekah atau mengikuti waktu puasa negara terdekat dengan waktu puasa yang lebih masuk akal. Begitu pula yang disetujui oleh Dewan Ulama Senior di Arab Saudi.
Tapi tentu saja tantangan seperti ini tidak lantas menyurutkan ibadah puasa setiap muslim yang ada di berbagai negara tersebut. Meskipun minoritas, namun masyarakat muslim di negara-negara Eropa sangat solid dan menjalankan aktivitas Ramadan dengan penuh kebersamaan. Contohnya mengadakan buka bersama secara gratis, sholat berjamaah di masjid, serta tidak lupa sholat isya dan tarawih.
Bahkan warga non-muslim dan penduduk asli beberapa negara Eropa ikut menghargai bulan Ramadan ini. Seperti contohnya di Jerman, dalam status Facebook pemerintah mereka mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa untuk umat Muslim di Jerman dan seluruh dunia. Wah, benar-benar solidaritas yang tinggi ya.
Meski memang menjalankan puasa di bulan Ramadan tahun ini berat untuk masyarakat muslim di Eropa dan Amerika, namun berkahnya insya Allah juga berlipat ganda.
(vem/feb)