Wanita Penakut Sepertiku Ternyata Bisa Sukses dan Mandiri

Fimela diperbarui 23 Apr 2015, 10:30 WIB

Kisah ini dikirimkan oleh sahabat Vemale bernama Monica Yohari. Ia memiliki kisah yang sangat menginspirasi tentang dirinya dulu yang sangat penakut hingga kini menjadi wanita tangguh.

-oOo-


Penakut!
Cengeng!
Manja!
Seruan-seruan ini kerap terlontar dan ditujukan pada saya. Ya, sejak kecil atau balita saya penakut. Ya, sejak kecil, saya gampang menangis. Ya, sejak kecil saya manja.

Begitu takutnya, saya sampai tidak suka bertemu orang baru. Saya tidak suka berbicara dan lebih suka diam. Alasannya sederhana, saya takut salah bicara. Mengajak teman bermain pun saya takut. Akhirnya, saya jadi anak penyendiri dan tidak gaul.

Soal cengeng atau gampang menangis, itu kepanjangan dari efek takut. Sekali menangis, saya susah berhenti kecuali kelelahan dan air mata kering. Alasannya sederhana, saya takut. Berlebihan ya? Tapi begitulah. Begitu takutnya, misalnya ditinggalkan ayah yang sering ke luar kota, saya mudah menangis hingga berjam-jam. Dimarahin ibu karena tidak mau minum obat saat sakit pun membuat saya menangis tak henti.

Saya sendiri tidak tahu kenapa saya penakut. Mungkin karena sering ditakut-takuti saat masih kecil, tentang gelap, tentang hantu, tentang penculikan, dan lain-lain. Mungkin karena orangtua yang cukup keras dan tidak segan-segan memukul bila anak-anak dianggap nakal atau bandel. Mungkin karena bentakan dan larangan yang setiap hari menghiasi telinga. Mungkin... mungkin... dan mungkin...

Manja, ini juga kepanjangan dari takut. Saya tidak bisa menyalakan korek api karena takut api. Akibatnya, saya minta tolong orang lain untuk menyalakan lilin saat mati lampu dan atau menyalakan kompor saat ingin memasak mi instan.

Saya juga tidak bisa jajan sendiri di kantin sekolah. Ini karena saya takut jajan. Saya takut membayar atau melihat penjaga kantin (yang jelas-jelas ramah) karena merasa asing. Jadi, saya selalu meminta bantuan teman untuk membelikan jajanan untuk saya.
Hahaha... Memalukan ya?

Begitulah. Bahkan, hingga usia saya yang ke-28 ini, saya belum pernah sekalipun pacaran. Bukannya saya tidak percaya diri dengan penampilan diri sendiri yang kata orang-orang sangat manis, tetapi sekali lagi, saya takut, saya takut pacaran. Menggelikan.

Mencoba Berani

Saya memang penakut. Tapi ini tidak berarti selamanya saya penakut. Begitulah keyakinan saya ketika memasuki masa kuliah.

Tanpa disadari, ternyata saya memiliki keberanian yang lebih besar daripada orang-orang lainnya.


Hal ini saya rasakan ketika hidup sendiri di rumah. Saya mengurus segala sesuatu sendiri. Saya semakin berani ketika bisa mengendarai sepeda motor (setelah belajar menaiki sepeda motor selama sekitar satu tahun, padahal teman-teman saya cukup satu minggu). Dengan mengendarai sepeda motor sendiri, saya ternyata berani pulang ke rumah sekalipun sudah jam 1 atau 4 pagi. Saya juga baru menyadari bahwa saya berani melintasi daerah perbukitan dengan sepeda motor, yang belum tentu perempuan di Yogyakarta (kota kelahiran saya) mau melakukannya.

Karena saya merasa kesepian di rumah sendiri, saya pun mengajak teman-teman untuk mengobrol. Saya ajak teman-teman main ke rumah (ini adalah hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya). Saya kesepian. Karena tidak tahan kesepian, saya pun bergabung ke dalam berbagai organisasi kemahasiswaan di kampus. Salah satunya adalah majalah kampus.

Di majalah kampus, karena mendapat posisi sebagai reporter, saya pun mau tidak mau turun ke lapangan. Ini memaksa saya bertemu dengan orang asing dan berbincang-bincang dengan mereka. Ternyata, saya berani melakukannya. Awalnya memang grogi, tapi saya berhasil mengajak narasumber mengobrol santai.

Ibu saya adalah seorang perias pengantin tradisional Jawa dan kerap bertemu orang. Saya tidak pernah membantu ibu merias karena saya takut bertemu orang. Namun, karena merasa tidak tega melihat ibu merias belasan orang, saya akhirnya membantu. Ternyata hal ini mengasah keberanian saya. Keterampilan saya dalam merias wajah dan rambut pun semakin terasah.

Dalam organisasi kampus, saya dan teman-teman kerap mencari dana dengan berjualan baju. Mau tidak mau, saya membantu. Namun, karena hal ini kerap dilakukan, saya pun terasah untuk bertemu orang, dan berjual-beli. Padahal, sebelumnya saya takut jajan atau membeli sesuatu.

Hidup yang Unik

Saya memang penakut. Saya tidak menyangka bisa melawan ketakutan saya melalui serangkaian proses. Kini, saya adalah seorang copywriter di sebuah media massa nasional yang kerap bertemu dengan klien dan narasumber.

Profesi saya lainnya adalah freelance make-up artist. Saya menyempatkan diri kursus merias wajah dan rambut. Ini yang mengantar saya memiliki profesi ini. Padahal sebelumnya saya takut melihat wajah orang. Tapi saya bertekad untuk belajar merias wajah dan rambut yang ternyata juga mengasah keberanian diri saya.

Saya juga menyempatkan diri untuk menjalani pendidikan pascasarjana di sebuah universitas swasta di Jakarta. Ini juga membuka saya untuk bertemu dengan lebih banyak orang. Pengetahuan dan pergaulan saya pun bertambah.

Tidak jarang saya juga berjualan. Saya pernah berjualan cokelat, minuman dingin, baju bekas, arloji, jamu tradisional Jawa, kue kering, dan yang terakhir adalah batik. Belakangan, saya menyadari bahwa saya menyukai dunia kecantikan dan fashion serta memiliki idealisme untuk melestarikan budaya dengan cara berbeda.

Jadi, inilah saya. Copywriter. Freelance make-up artist. Mahasiswa pascasarjana. Pedagang batik. Lelah, ya. Tetapi saya bersyukur. Banyak kejadian dalam hidup yang membuat saya lebih tangguh dan berani mencoba sesuatu yang baru.

Awalnya, mungkin rasa kesepian. Tetapi hal terkuat yang menggerakkan saya adalah mimpi-mimpi. Saya tidak ingin kehidupan ini berlalu begitu saja. Saya ingin berkarya dan mewujudkan mimpi, mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan atas talenta dalam diri saya sekaligus melayani sesama. Ini yang membuat saya bahagia. Saya ingin selalu melakukan semua itu dengan cinta.

-oOo-

Semoga kisah ini memberi inspirasi dan motivasi untuk pembaca Vemale. Menjadi Kartini tidak harus dengan membuka sekolah atau melakukan hal-hal super besar. Dengan memperjuangkan impian Anda dan bermanfaat sekecil apapun untuk orang lain, maka Andalah Kartini itu.

 

LOMBA MENULIS VEMALE.COM

ANDALAH KARTINI ITU

 

Dalam rangka menyambut Hari Kartini, Vemale.com mengadakan sebuah lomba menulis kisah nyata yang dapat memberi inspirasi untuk banyak wanita.

Kirimkan kisah Anda mengenai suka duka menjadi wanita dan bagaimana Anda berjuang untuk menjadi wanita mandiri tanpa melupakan kodrat ke email redaksivemale@kapanlagi.net dengan subjek: KARTINI VEMALE 

10 kisah yang ditayangkan akan mendapat bingkisan cantik dari kami. Kami tunggu kisah Anda hingga tanggal 30 April 2015.

 

Some people say I'm not a very pretty woman, but I'm a very beautiful woman inside. - Anne Ramsey




 
 
 
(vem/nda)