Emak, Selamanya Engkau Kartini di Hatiku

Fimela diperbarui 18 Apr 2015, 16:00 WIB

Kisah ini dikirim oleh salah satu sahabat Vemale bernama Aulia Fatimah.

-oOo-

Tak kuasa aku menahan air mataku, ketika tiba-tiba emak mengatakan, “ Tahun ini emak genap berusia 60 tahun, semoga Allah memberikan bonus umur yang panjang padaku” ujarnya.

Amiin Ya Robb ujarku lirih sambil menahan jatuhnya air mata yang akan menetes  di pipiku.

Sabtu kali ini aku pulang ke Bogor pagi-pagi sekali karena kemarin sore ketika aku sedang mengajar di kelas, ada telepon dari kakakku yang mengabarkan emak sudah 3 hari demam. Aku langsung menelepon emak. Dari suaranya aku sudah bisa menebak kalau emak sedang tidak sehat. Kecil dan lirih kedengarannya, tak seperti biasanya kala aku menelepon emak yang selalu menjawab dengan semangat dan gelak tawa.

Emak tetap tak mau mengatakan bahwa ia sedang sakit, mataku berkaca-kaca menahan tangis. Setelah aku bertanya dan bertanya lagi, emak akhirnya mengiyakan kalau dia sedang sakit. Emak akhirnya bercerita perihal sakitnya kepadaku. Dan aku hanya mengatakan, kalau besok aku akan pulang sembari menutup pembicaraan kami siang itu.

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah pikiranku jauh melayang. Terbayang akan kondisi emak sekarang. Emak memang hanya tinggal berdua dengan abah di rumah. Sebenarnya ada dua kakakku dan satu adikku yang paling kecil yang tinggal berdekatan dengan rumah emak, namun tetap saja naluriku sebagai anak perempuan satu-satunya tak nyaman mendengar keadaan emak yang sedang sakit.

Sesampainya di rumah, aku tak ada keinginan mengerjakan apapun. Di tempat tidur aku terus memikirkan emak. Sempat terlintas hal-hal buruk di otakku. Duh Gusti, jangan sekarang ujarku. Rasanya aku tak kan sanggup jika itu terjadi. Ya Allah, aku beristighfar dan segera mengambil air wudhu untuk sholat ashar. Semalaman aku tak bisa tidur, terbayang sudah saat-saat dulu ketika kami masih berada di Sumatera.

Emak bekerja membanting tulang membantu abah. Maklum abah hanya seorang guru, yang penghasilannya tak seberapa kala itu. Sedangkan kami berempat bersaudara sekolah semua, bahkan kakakku yang pertama sudah kuliah. Jujur aku akui, bukan hanya emak yang capek membanting tulang. Aku pun sebagai anak perempuan tak lepas ikut serta membantu. Kesehariannya  emak bekerja berjualan buah-buahan di pasar. Sedangkan pada hari Jumat sampai Minggu emak berjualan juga di Besemah, salah satu tempat di Palembang.

Jika aku ingat kala itu, begitu besar jasa dan perjuangan emak mencari uang demi membantu abah membiayai hidup dan biaya sekolah kami anak-anaknya. Bahkan sempat Emak menjadi bahan pergunjingan orang, dengan mengatakan emak sebenarnya bukan hanya berjualan, namun “ berpacaran lagi”. Sakit hatiku kala itu aku mendengar emak bercerita kepadaku, saat itu kami berdua sedang menyangrai kacang tanah…ya  Allah sampai hati mereka berkata seperti itu..air mataku berjatuhan.

Allahu, maafkan mereka yang telah berkata seperti itu, mereka tak tahu. Emak adalah ibuku, ibu yang selalu menjaga kehormatannya. Kemana pun kakinya melangkah selalu atas restu abah dan anak-anaknya. Sesungguhnya, hanya  Allah dan kami, suami serta anak-anaknya lah yang tahu kalau emak benar-benar bekerja dari pagi sampai sore di tengah pasar.

Namun, Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan serta restu Illahi, lama kelamaan mereka juga tahu, yang sebenarnya terjadi.

Saat aku datang ke rumah emak, emak masih sakit, karena asam lambungnya naik. Akhirnya karena tak kunjung membaik, emak kami bawa ke rumah sakit. Selama menunggu di rumah sakit, sepertinya aku kehilangan sebagian dari diriku.. tak hentinya aku meneteskan air mataku. Saat emak tidur dan ku pandangi wajahnya yang sudah berkeriput  doaku, Ya Allah sembuhkan ibuku, karena wanita inilah aku bisa seperti sekarang ini. Dan Alhamdulillah, setelah beberapa hari di rawat, emak akhirnya membaik dan sehat kembali.

Sekarang, emak sudah berumur 60 tahun. Banyak sudah jasa, kerja keras  dan kasih sayangnya kepada keluarga kami. Terutama buat kami anak-anaknya. Emak, tanpa mu tak kan mungkin kami anak-anakmu bisa  seperti ini sekarang. Maaf bila kami belum dapat membahagiakanmu sepenuhnya. Tak kan terbalas semua jasa dan kasih sayangmu itu. Hanya doa yang selalu dapat kami panjatkan bagi kesehatan emak saat ini.

Emak, kaulah sebenar-benarnya ibu, teman dan guru dalam kehidupanku. Kaulah Kartini di sepanjang perjalanan hidup kami anak-anakmu. Terbitnya terang yang kami dapat sekarang adalah buah perjuanganmu saat kami kecil dulu, meski sempat gelap di mata orang lain karena pekerjaanmu.

Emak, kami selalu mendoakanmu dari anak-anakmu yang sangat mencintaimu.

Selamat Hari Kartini.

-oOo-

Semoga kisah ini memberi inspirasi dan motivasi untuk pembaca Vemale. Menjadi Kartini tidak harus dengan membuka sekolah atau melakukan hal-hal super besar. Dengan memperjuangkan impian Anda dan bermanfaat sekecil apapun untuk orang lain, maka Andalah Kartini itu.

 

LOMBA MENULIS VEMALE.COM

ANDALAH KARTINI ITU

 

Dalam rangka menyambut Hari Kartini, Vemale.com mengadakan sebuah lomba menulis kisah nyata yang dapat memberi inspirasi untuk banyak wanita.

Kirimkan kisah Anda mengenai suka duka menjadi wanita dan bagaimana Anda berjuang untuk menjadi wanita mandiri tanpa melupakan kodrat ke email redaksivemale@kapanlagi.net dengan subjek: KARTINI VEMALE 

10 kisah yang ditayangkan akan mendapat bingkisan cantik dari kami. Kami tunggu kisah Anda hingga tanggal 30 April 2015.

(vem/yel)