Tantangan Menjadi Kartini Mandiri di Masa Kini

Fimela diperbarui 14 Apr 2015, 14:53 WIB

Jika membayangkan sosok seorang Kartini, yang terbayang adalah wanita berkebaya putih dengan sanggul di rambutnya. Sosok Kartini yang menginspirasi banyak wanita karena perjuangannya membuat wanita berkesempatan meraih ilmu sebaik pria. Walau beliau telah lama meninggal, semangatnya ada dalam diri kita, termasuk salah seorang sahabat kami bernama Annisa. Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi Anda.

-oOo-

Hai Vemale, nama saya Annisa Banjarani dan saat ini tinggal di Tangerang. Saya ingin membagi sedikit cerita sebagai seorang perempuan yang dituntut untuk cantik, cerdas dan mandiri di masa kini. Siapa bilang jadi perempuan itu gampang? Saya merasakan sendiri didikan keras orang tua sejak kecil, bahwa menjadi wanita tidak boleh cengeng, tetap harus bisa mandiri tanpa melupakan kodratnya.

Bisa dikatakan masa kecil saya tidak sebaik teman-teman sebaya. Orang tua saya berpisah saat saya duduk di kelas 2 SMP. Perpisahan itu membuat saya terpukul, bahkan nilai-nilai saya anjlok. Saya terpaksa tinggal bersama kakek dan nenek. Awalnya saya sangat minder dengan status sebagai anak broken home. Tahu sendiri bagaimana pandangan orang pada anak broken home saat itu, mereka sering menganggap saya anak dengan didikan gagal dan akan tumbuh menjadi perempuan (maaf) nakal, serta tidak tahu sopan santun.

Saya berjuang untuk melenyapkan anggapan itu. Walau orang tua saya berpisah, ibu saya sering mengatakan bahwa sayalah yang akan menjaga nama baik keluarga, termasuk nama baik saya sendiri.

Jaga diri kamu baik-baik. Anak perempuan itu seperti porselen, sekali pecah, walau disatukan sebaik apapun akan tampak bekasnya.

Kata-kata ibu membuat saya terpacu untuk menjadi anak yang akan mereka banggakan. Biarlah orang bilang saya anak broken home, sebab saya punya prinsip "Biarkan saja orang mau bilang apa, yang penting saya sudah bersikap baik dan tidak merugikan siapapun,"

Saya lulus SMA dengan nilai baik, masuk perguruan tinggi dengan bantuan beasiswa. Orang tua saya bukan orang berada, maka saya sangat-sangat berhemat ketika kuliah. Sadar bahwa biaya kuliah tak sedikit meski dapat beasiswa, saya mulai putar otak bagaimana mendapat uang dengan cara halal. Akhirnya saya putuskan untuk menjual camilan ringan dan dititipkan ke sekolah-sekolah dasar di sekitar kos-kosan. Hasilnya cukup baik meski tak banyak keuntungan yang bisa saya dapatkan. Tidak apa-apa, selama hasilnya halal, saya percaya akan membawa barokah.

Macam-macam usaha saya lakukan, mulai jual camilan, menjadi guru les matematika atau bahasa Inggris untuk anak SD, bahkan saya juga menjual beberapa makanan basah saat puasa Ramadan. Di saat teman-teman saya bisa beli baju, tas, sepatu dan jalan-jalan ke mall, saya harus bekerja demi uang halal. Kalau dipikir-pikir, kasihan juga hidup saya semasa kuliah, namun saya tidak menyesal :)

Untungnya, kesibukan 'dagang' saya saat kuliah tidak berpengaruh pada nilai. Saya lulus dengan nilai yang memuaskan. Sempat senang karena bisa bekerja di salah satu lembaga keuangan bergengsi, namun entah mengapa saya merasa ada yang mengganjal. Rasanya saya tidak bisa bebas berkreasi. Pelan-pelan saya mencoba untuk jualan lagi, kali ini saya mencoba menjual makanan basah setiap hari Minggu di pasar dadakan. Dari sana saya menyadari bahwa saya punya bakat membuat beberapa kue tradisional seperti lemper, risoles pastel, kue lapis dan jajanan tradisional.

Lama-lama, kok banyak pesanan untuk mengisi kotak kue arisan PKK. Tidak seberapa memang, namun entah mengapa hati saya lebih plong dengan usaha ini. Akhirnya saya putuskan untuk resign dan menyeriusi usaha kuliner sederhana ini. Awalnya saya bekerja sendiri dan menitipkan di sekolah-sekolah, warung makan dan pasar. Lama kelamaan, Alhamdulillah usaha saya makin berkembang. Dari bekerja sendiri, sekarang saya punya 2 pegawai yang saling membantu mewujudkan impian saya untuk menjadi wanita yang mengikuti kata hatinya.

Saya tidak bilang bekerja di perusahaan tertentu itu salah, karena saya juga punya banyak sahabat yang enjoy dan happy dengan karir mereka, sukses di karir dan sukses dengan kehidupan pribadi mereka.

Semua orang punya impian masing-masing, entah itu dengan mengembangkan karir atau membuka usaha sendiri, asalkan dilakukan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab, pasti ada buah manis yang akan kita petik.

Salam sayang :)

-oOo-

Semoga kisah ini memberi inspirasi dan motivasi untuk pembaca Vemale. Menjadi Kartini tidak harus dengan membuka sekolah atau melakukan hal-hal super besar. Dengan memperjuangkan impian Anda dan bermanfaat sekecil apapun untuk orang lain, maka Andalah Kartini itu.

 

LOMBA MENULIS VEMALE.COM

ANDALAH KARTINI ITU

 

Dalam rangka menyambut Hari Kartini, Vemale.com mengadakan sebuah lomba menulis kisah nyata yang dapat memberi inspirasi untuk banyak wanita.

Kirimkan kisah Anda mengenai suka duka menjadi wanita dan bagaimana Anda berjuang untuk menjadi wanita mandiri tanpa melupakan kodrat ke email redaksivemale@kapanlagi.net dengan subjek: KARTINI VEMALE 

10 kisah yang ditayangkan akan mendapat bingkisan cantik dari kami. Kami tunggu kisah Anda hingga tanggal 30 April 2015.

 

Some people say I'm not a very pretty woman, but I'm a very beautiful woman inside. - Anne Ramsey

(vem/yel)
What's On Fimela