Tahun baru Cina atau Perayaan Imlek adalah momen penting bagi warga Tionghoa karena sanak keluarga berkumpul dan saling melepas rindu satu sama lain di rumah.
Maka dari itu, sudah menjadi kebiasaan mereka untuk bersih-bersih rumah dua minggu menjelang Hari Raya Imlek. Setelah selesai bersih-bersih, rumah lalu dihiasi dengan berbagai pernak pernik yang didominasi oleh warna merah.
Lalu mengapa warga Tionghoa selalu memakai warna merah saat Imlek? Menurut salah satu warga yang bernama Ahok, saat ditemui tim Vemale sehabis sembahyang bersama istrinya di Vihara Dharma Bhakti Petak Sembilan Glodok Jakarta Barat pada Selasa 3 Februari 2015, ia menceritakan sejarah Imlek sehingga identik dengan warna merah.
"Zaman dahulu kala, ada kisah iblis yang bernama Nian yang artinya tahun. Nian akan menyerang desa-desa pada hari pertama di tahun bulan dan merusak panen, rumah, bahkan menculik penduduk desa," cerita Ahok.
Agar Nian tidak merusak desa tersebut, maka seorang yang bijak menyarankan penduduk desa untuk membuat gaduh dengan alat musik dan membakar petasan.
"Selain itu, setiap rumah wajib menggantung kertas merah. Anak-anak juga harus berpakaian serba merah," katanya.
Bagi warga Tionghoa, solusi untuk memecahkan masalah tersebut berhasil dan Nian sangat takut dengan suara gaduh serta warna merah. Sejak saat itulah, Nian tidak pernah datang mengacau lagi. Dan sejak saat itu, hari pertama untuk tahun bulan Cina diperingati sebagai Hari Raya Imlek.
"Itu dulu ya, tapi dengan berjalannya waktu, warna merah dianggap sebagai simbol hoki atau keberuntungan dan kebahagiaan bagi kita," terang Ahok.
Simbol keberuntungan tersebut terlihat dengan pemberian angpao pada anak-anak. Pemberian angpao diharapkan agar anak-anak bisa cepat dewasa dan mendapat keberuntungan yang melimpah.
Nah Ladies, jadi itulah alasannya mengapa warga Tionghoa menggunakan warna merah sebagai warna ciri khas mereka saat perayaan Imlek. Menarik bukan? :)
(vem/yun/mim)