Cukup Jadi Diri Sendiri untuk Bahagia, Setuju?

Fimela diperbarui 31 Jan 2015, 12:30 WIB

Kadang hidup ini terasa begitu sulit. Tuntutan sosial. Keinginan dan harapan orang lain yang harus kita penuhi. Belum lagi dengan semua peran yang perlu kita lakukan di masyarakat. Kalau sudah begitu, kita seringkali mengambil jalan pintas yang sebenarnya menyimpang dari hati nurani kita sendiri, yaitu berusaha jadi orang lain.

Ladies, seberapa sering Anda membanding-bandingkan diri Anda dengan orang lain? Melihat orang lain terlihat lebih sukses dan bahagia. Seolah-olah hidup kita yang paling merana. Merasa derajat kita berada di bawah orang lain. Sampai-sampai membenci diri sendiri dan memakai topeng dengan wajah orang lain agar bisa diterima. Berpura-pura jadi orang lain karena tidak percaya dengan diri sendiri. Menyenangkan setiap hati orang di sekitar kita, meski harus melepaskan jati diri kita. Ah, tapi haruskah kita jadi orang lain untuk membahagiakan semua orang (dan membahagiakan diri sendiri?)

“Never pretend to be something you are not, especially to be accepted. Be loved for who you are, it will be tough at times but worth it.” ― Isabella Poretsis


Setiap orang punya keunikan, kelebihan, dan kekuatannya sendiri. Tak mungkin Tuhan menciptakan kita dengan sia-sia kan? Pasti ada pesan yang telah Ia sampaikan pada kita, tentang kenapa kita dilahirkan di bumi, tentang apa makna kita berada di dunia ini.

Biarlah orang lain sukses di jalan pilihan mereka. Biarkan mereka bahagia dengan cara mereka sendiri. Kita tak bisa terus mengekor pada orang lain untuk merasa bahagia. Setiap orang pasti punya jalan sendiri. Jadi, yuk kita cari jalan kita sendiri untuk bahagia dan sukses. Mencarinya juga tak perlu jauh-jauh kok. Cukup dengan mendengar isi hati kita sendiri. Mempercayai diri kita sendiri untuk bisa bahagia.

Kadang sulit memang untuk tetap menjadi diri sendiri ketika orang lain menuntut kita ini itu. Tak mudah untuk tetap konsisten pada jalan yang sudah kita pilih. Perlu usaha, keringat, bahkan air mata untuk tetap bahagia dengan cara kita sendiri. Kita pun harus menahan diri sekuat tenaga untuk tak sekadar meniru orang lain karena ingin dipuja. Tapi itu semua layak untuk dilakukan. Layak sekali untuk diperjuangkan.

“When faced with two equally tough choices, most people choose the third choice: to not choose.”  ― Jarod Kintz, This Book Title is Invisible


…dan kita selalu punya pilihan. Kita tetap punya pilihan untuk jadi diri sendiri. Kita masih bisa memilih untuk selalu bahagia sesulit apapun situasinya. Kita juga bisa memilih jalan keluar dari setiap masalah yang ada. Kita pun selalu bisa jadi diri sendiri untuk bahagia.

Ladies, saatnya untuk tetap jadi diri sendiri untuk bahagia. Bahagia dengan cara kita. Bahagia dengan diri kita. Mensyukuri semua yang sudah kita punya saat ini. Dan, terus melangkah untuk tetap menjadi diri sendiri, tetapi diri sendiri yang selalu lebih baik dari sebelumnya. Don’t even try to give up, your life is worth to fight for.
(vem/nda)