Pria Malang, Ditelantarkan Keluarga Saat Bangun Dari Koma Selama 12 Tahun

Fimela diperbarui 14 Jan 2015, 18:30 WIB

Ladies, pada beberapa titik hidup kita, hampir semua pernah merasakan perasaan yang tidak enak. Segala perasaan yang seseorang alami melalui proses berinteraksi dengan realita. Keadaan mempengaruhi bagaimana perasaan kita. Lalu, bagaimana jika perasaan itu dialami ketika dalam keadaan tidak sadar?

Seperti dilansir oleh Firsttoknow.com, Martin Pistorius juga mengalami perasaan itu, tapi baginya bukan sebagian kecil dari kehidupannya, setiap hari selama 12 tahun penuh dia koma dan tidak sadarkan diri. Selama lebih dari satu dekade, dia tidak dapat berbicara dan dipahami oleh siapa pun. Dan, Martin benar-benar merasa sendirian, bahkan dengan orang-orang di dekatnya.

Pada akhir 1980-an, Martin hanya seorang anak muda yang biasa tumbuh di Afrika Selatan, dengan kemampuan untuk bekerja dengan elektronik . Tetapi pada usia 12 tahun, ia mengidap suatu penyakit yang aneh. Para dokter tidak bisa menjelaskan penyakit apa yang diderita Martin. Dipercaya bahwa Martin memiliki sesuatu yang disebut dengan kriptokokus meningitis, suatu penyakit yang membuat kondisinya semakin buruk, dan menghilangkan kemampuannya untuk bergerak sendiri, kontak mata atau berbicara.


Dokter saat itu menyarankan kepada orang tua Martin, membawanya kembali ke rumah dan dibiarkan koma sampai ajal menjemputnya. Akan tetapi, Martin tidak meninggal. Rutinitas yang dilakukan orang tua Martin, setiap jam 5 pagi ayah Martin,Rodney Pistorious, bangun untuk memandikan dan mengganti baju Martin. Kemudian, membawanya ke pusat perawatan khusus. Sepulang kerja, ayahnya kembali menyuapi makan malam, memandikannya, sampai menidurkannya serta mengatur jam alarm selama dua jam.
Selama bertahun-tahun mereka hidup seperti itu, dan sementara ada periode waktu koma dalam ingatannya. Martin tidak menyadari apa yang terjadi di luar tubuhnya. Dia sangat sadar.


Menurut cerita Martin, pada usia 14 dan 15 tahun, dia sadar. Dia tahu kehadiran ibunya yang berjalan di sekitarnya, dan berharap dia tidak meninggal. Usia Martin sekarang sudah 39 tahun, akhirnya menyadarkannya bahwa hanya setelah perjuangan panjang terjebak dalam tubuh yang tidak bergerak dengan apa-apa kecuali dengan pikirannya sendiri.


Semua orang begitu terbiasa dengan saya tidak berada di sana bahwa mereka tidak melihat ketika saya mulai hadir kembali, begitu ungkap Martin. Kenyataan memukul perasaannya bahwa dia akan menghabiskan sisa hidupnya seperti itu. Martin benar-benar merasakan sendirian.


Pikiran tidak pernah mengalami kenyerian atau cinta yang didapat olehnya. Jadi, untuk mengatasi rasa sakit pada dirinya, Martin mencoba mengikhlaskan diri sepenuhnya dari pikiran tidak baik. Seiring waktu berjalan, dia mencoba mengontrol cara hidupnya, dengan mulai mencari tahu apa yang harus dia lakukan dan menghadap ke jendela agar terkena matahari sembari melintasi kamarnya. Ibu Martin pun sempat tidak mempedulikan Martin.


Ketika ia berumur 25 tahun, seorang perawat melihat Martin tersenyum sedikit, serta mengangguk dan menatap untuk menunjukkan ia menyadari. Yakin bahwa ada sesuatu di balik senyum itu, dia meminta dia dikirim ke Pusat untuk komunikasi augmentatif dan alternatif di University of Pretoria. Permintaannya dituruti, dan tes menghasilkan bahwa ia sebenarnya benar-benar sadar. Dari sana, dengan pengakuan semua orang bahwa dia hadir, dia ditingkatkan dengan pesat. Dia belajar sendiri untuk membaca dan menulis, mendapat pekerjaan di sebuah pusat kesehatan, bersekolah dan menikah dengan seorang wanita bernama Joanna pada tahun 2009.


Hari ini ia memiliki buku yang diterbitkan di bawah namanya, berjudul Ghost Boy , di mana ia berbicara tentang perjalanannya dari saat menghadapi keputusasaan yang mendalam sampai ke puncak tertinggi kemenangan. Bagaimana menurut Anda, ladies?

(vem/nip)