Terdapat bermacam-macam aborsi. Aborsi menjadi ilegal apabila dilakukan secara sengaja bagi pasangan tidak sah untuk menghilangkan jejak perbuatan tidak bermoralnya. Berbeda kondisi bila menyangkut kesehatan sang ibu atau korban pemerkosaan. Sekarang aborsi dilegalkan di Indonesia dengan alasan medis. Yang boleh melakukan aborsi ialah perempuan korban pemerkosaan dan atau sang ibu yang terancam keselamatannya ketika mempertahankan kandungannya. Misalnya, seorang ibu hamil di luar kandungan atau diketahui janin cacat otak. Maka, aborsi harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu. Dari keterpaksaan perempuan melakukan aborsi pasti meninggalkan bekas mendalam. Dan, tak mudah mengambil keputusan.
Dalam artikel Vemale.com sebelumnya telah dipaparkan terkait efek buruk aborsi pada pelakunya yakni rentan mengidap trauma. Selama ini yang dipahami pelaku aborsi perlu bantuan ahli untuk memulihkan traumanya. Sayang, biaya pemulihan trauma tidaklah sedikit dan hanya bisa dinikmati kalangan tertentu. Lalu, bagaimana dengan pelaku aborsi yang kurang mampu secara ekonomi? Apakah dia akan terus membiarkan trauma pasca aborsi?
Dilansir melalui situs Womenonweb.org, dijelaskan langkah pemulihan trauma yang bisa dilakukan pelaku aborsi sendiri. Situs tersebut mengungkapkan bahwa setelah aborsi, ada hal-hal konkret yang dapat dilakukan untuk membantu pelaku aborsi damai dengan peristiwa yang dialami. Dalam artikelnya memberikan saran pada pelaku aborsi agar mampu menerima dan menangani perasaan diri sendiri, membiarkan perasaan sedih berlalu, sehingga tidak terbayang-bayang lagi.
Membiarkan diri pelaku aborsi untuk mengekspresikan kesedihan dan duka yang dirasa akan membantu untuk mengurangi rasa sedih dan kehilangan akan janin yang dikandung. Hal pertama yang perlu dilakukan ialah jangan keras dan bicaralah pada diri sendiri dalam cara-cara yang afirmatif/kuat, yakinkan pada diri sendiri bahwa Anda adalah orang baik dan bermoral.
Kedua, ingatkan diri sendiri bahwa berani mengambil keputusan yang sulit dan alasan mengapa pelaku aborsi mengambil keputusan untuk melakukan aborsi atau terpaksa melakukannya. Ingatlah bahwa keputusan terbaik yang bisa dilakukan dalam situasi sulit.
Ketiga, tanyakan pada diri sendiri, jika pelaku Aborsi berharap untuk memiliki kehamilan yang direncanakan beberapa hari, bagaimana hal itu akan berbeda dari situasi yang baru saja terjadi. Kemudian, tuliskan perasaan pelaku aborsi ke dalam jurnal atau buku diary yang tidak mungkin orang lain dapat melihatnya.
Keempat, pikirkan tentang hal yang dapat pelaku aborsi lakukan yang akan membuatnya merasa lebih baik. Menuliskannya dan mencoba untuk melakukan beberapa kali setiap hari .Ingatkan dirinya di masa depan. Buatlah daftar hal-hal yang pelaku aborsi harap ingin lakukan.
Kelima, pertimbangkan untuk membuat sebuah "akhir" untuk hubungan pelaku aborsi dengan kehamilannya dengan menulis surat perpisahan dan menyimpannya di tempat yang aman atau membakarnya .
Keenam, latihan praktek relaksasi untuk membantu mengatasi stres. Baca tentang pengalaman perempuan lain bernasib sama. Hal ini dapat meyakinkan dan membuat perasaan pelaku aborsi lebih jelas.
Sebenarnya, setiap wanita memiliki perasaan yang berbeda tentang pengalaman aborsi. Penelitian psikologis menunjukkan bahwa wanita tidak menderita untuk jangka waktu yang lama karena keputusan aborsi merupakan pilihan yang mereka miliki. Studi tersebut menunjukkan bahwa perempuan dapat mengatasi perasaan negatif yang mungkin mempengaruhi mereka.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perasaan menyesal jarang terjadi setelah aborsi, ladies. Memang, respon emosional yang paling umum setelah aborsi adalah lega bagi pelaku aborsi yang ingin melakukannya. Perasaan sementara bersalah, sedih atau kerugian yang umum, tetapi tidak ada bukti menunjukkan bahwa konseling rutin sangat penting atau bahkan bermanfaat dalam mengatasi perasaan.
Anda memiliki saudara, teman atau seseorang yang Anda kenal sedang mengidap trauma pasca aborsi ? Maka, merupakan hal bijak bila Anda membagikan artikel padanya. Semoga membantu, ladies.
(vem/nip)