Orang Tua Yang Suka Memukul dan Mencubit Membuat Anak Agresif

Fimela diperbarui 23 Des 2014, 13:00 WIB

Sudah menjadi kebiasaan, orang tua memukul atau mencubit anak sebagai bentuk solusi penyelesaian masalah anak. Perilaku anak yang dianggap 'nakal' seringkali membuat orang tua, guru atau pengasuh geram dan mengambil langkah praktis untuk menghentikan 'kenakalan anak' dengan cara hukuman fisik. Tahukah Anda, perilaku anak yang dianggap 'nakal' bukan berarti kita membenarkan melakukan tindakan fisik itu. Mencubit atau memukul anak bisa berdampak buruk bagi psikologis anak lho, ladies. Kali ini Vemale.com mengupas dampak memukul atau mencubit anak.

Memukul atau mencubit anak memang dianggap penyelesaian praktis dan cepat. Kebanyakan orang tua, guru atau pengasuh berdalih melakukan hal itu untuk mendisiplinkan anak. Sayangnya, justru tindakan fisik cepat itulah yang akan direkam dalam memori jangka panjang anak. Kebiasaan memukul atau mencubit anak dapat mengakibatkan anak menjadi agresif. Karena, anak cepat meniru orang yang berada di dekatnya atau sering berinteraksi dengannya. Pastinya anak memiliki sosok yang menjadi acuan pembenaran tingkah lakunya. Hukuman fisik yang diterima anak secara alam bawah sadar berpengaruh pada perilaku anak terutama saat dewasa nanti. Kemungkinan besar dia dapat mewariskan kebiasaan buruk itu pada anaknya.

Selain itu, ketika dewasa nanti, anak yang sering menerima hukuman fisik (dipukul dan dicubit) menjadi orang yang mudah depresi dan mudah cemas. Ini dikarenakan pengalaman psikologis yang kurang menyenangkan diterima saat kecil. Dampak lain yakni anak mengalami gangguan komunikasi, bahasa yang digunakan anak bisa jadi kurang sopan ketika berbicara dengan teman sebaya atau orang yang lebih tua darinya. Bahkan, anak menjadi kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Karena, anak tidak memiliki kebebasan dalam mengungkapkan pendapatnya. Tentunya Anda tak mau anak Anda begitu bukan ?

Saat ini, tak sedikit kasus orang tua atau pengasuh yang memukul bagian kepala anak ketika masih bayi hingga berakibat meninggalnya si anak. Menurut hasil penelitian Elisabeth Guenther dan partners yang dipublikasi melalui jurnal internasional Pediatrics mengungkapkan bahwa pemukulan di bagian kepala anak (bayi) dapat mengakibatkan trauma mendalam bagi anak. Gejala perilaku yang dapat dilihat secara langsung, si anak nanti menjadi mudah marah dan muntah. Penelitian tersebut dilakukan pada 627 pasien yang 48% merupakan anak laki-laki, didiagnosa 1,4% pasien mengalami trauma kekerasan di kepala akibat pemukulan. Dan lima di antaranya dirawat di ruang ICU.

Seharusnya, cara kuno mendisiplinkan anak bukan dengan cara kekerasan. Orang tua, guru atau pengasuh dapat melakukan cara lain misalnya tegas terhadap perilaku anak dan berkomunikasi dialogis pada anak. Ajak anak Anda berbicara, bebaskan dia mengungkapkan segala uneg-uneg dan alasan dia berperilaku kurang nyaman bagi Anda. Luruskan bahwa perilakunya kurang tepat. Dan, berilah contoh baik bagi anak Anda.

Memang cara tersebut membutuhkan kesabaran ekstra bagi Anda, ladies. Tapi, yakinlah kesabaran Anda dalam mendisiplinkan anak akan membuahkan hasil luar biasa dalam pribadi anak. Anda akan terkesan dengan perkembangan anak Anda kelak ketika dia sudah beranjak dewasa. Ibarat Anda telah mengukir indah di kertas putih maka hasil yang didapatkan ialah lukisan yang sedap dipandang.

 

(vem/nip)