Ketika Cinta Dihadapkan Pada Dua Pilihan

Fimela diperbarui 22 Des 2014, 17:10 WIB

Pernahkah kalian mendengar tentang istilah ‘Catch-22’? Istilah ini berasal dari sebuah novel klasik berjudul sama, Catch-22, yang menceritakan tentang tokoh utama dari novel tersebut yaitu Yossarian, seorang angkatan udara yang berusaha untuk tidak mengikuti sebuah pertempuran. Satu-satunya alasan untuk didiskualifikasi dari pertempuran tersebut adalah apabila ia mengalami ketidakstabilan mental. Namun jika Yossarian menggunakan alasan tersebut, hal itu justru menunjukkan kalau ia sangat sehat mentalnya, bukan? Karena jika mentalnya tidak stabil, mana mungkin ia bisa terpikir menggunakan alasan tersebut. Dengan kata lain, tidak ada jalan keluar baginya untuk tidak mengikuti pertempuran.

Tapi saya bukan ingin menceritakan tentang kebimbangan Yossarian, kok. Yang ingin saya bahas adalah istilah ‘Catch-22’, yang berdasarkan kisah Yossarian tersebut kemudian dijadikan sebagai semacam terminologi untuk menggambarkan situasi ketika kita dihadapkan pada dua pilihan di mana keduanya tidak akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Mungkin kalau di Indonesia kita lebih familiar dengan istilah ‘Buah Simalakama’. Kalian masih ingat, kan?

Tanpa Anda sadari, ‘Catch-22’ juga bisa terjadi dalam kehidupan percintaan, lho. Coba simak kisah salah satu sahabat saya berikut.

Sudah dua bulan ini Tania tak henti-hentinya menceritakan tentang Nino, salah satu seniornya di kampus, yang sayangnya sudah memiliki pacar. Setiap hari isi ceritanya hampir selalu sama. Saya pun mulai hapal dengan apa yang akan Tania katakan setiap kali ia menghubungi saya untuk menceritakan tentang Nino.

“Iya, duh Nino tuh kenapa sih lucu banget? Senyumnya itu lhooo.”

Karena sudah terlalu bosan dengan cerita Tania, saya pun akhirnya menimpalinya dengan berkata, “Kenapa gak lo nyatain aja sih perasaan lo ke Nino? Jadi kan lo gak perlu jadi secret admirer kayak gini lagi.”

Lalu Tania pun menjawab sambil menyubit lengan saya, ” Ga segampang itu juga kali! Nino kan udah punya pacar!”

Sebenarnya saya masih ingin membalas ucapan Tania. Tapi entah karena sakitnya cubitan Tania atau perkataannya memang ada benarnya, saya jadi sedikit tersadar dan berpikir, “Hmm.. Bener juga sih, tapi kalau gak diungkapin, ya nggak bakal ketahuan apa perasaan Nino sebenarnya, kan?”

Kisah Tania tersebut kurang lebih seperti ‘Catch-22’ yang sudah saya bahas sebelumnya. Memendam perasaan cinta untuk Nino selama dua bulan ini tentu bukan hal yang mudah untuk Tania. Setiap hari ia harus berinteraksi dengan Nino sambil berpura-pura tidak menyimpan perasaan untuknya. Namun, jika ia memutuskan untuk menyatakan perasaannya kepada Nino, sangat besar kemungkinan Nino akan menolaknya karena ia bukan laki-laki single yang sedang available. Jadi apapun keputusan yang diambil oleh Tania, dua-duanya tidak ada yang menyenangkan, kan?

Sekarang terbayang kan apa itu ‘Catch-22’ berdasarkan analogi di atas? Kasus ‘Catch-22’ seringkali bersinggungan dalam kehidupan kita. Mungkin Anda pernah terjebak pada situasi tersebut. Coba flashback lagi. Berbagi cerita Anda dong ke SETIPE. Kami penasaran!

(vem/setipe/yel)
What's On Fimela