Mereka Bilang Aku Nggak Asyik, Tapi Lihat Diriku Sekarang

Fimela diperbarui 05 Des 2014, 13:40 WIB

Kisah ini dikirimkan oleh Indy Paula, wanita inspiratif yang dengan kebaikan hatinya mau berbagi pengalaman hidupnya. Ada semangat dan inspirasi yang bisa ia bagi dalam perjuangan hidupnya, tentang perjuangannya untuk kembali menjadi dirinya sendiri yang lebih baik. Mengenai caranya menanggapi suara-suara negatif dari orang sekitarnya. Untuk Indy, terima kasih sudah berbagi kisah hidupnya dan always be a better and inspiring woman.

***

Hai Vemale,

Saya Indy, ingin berbagi curhat cinta dengan para pembaca Vemale sekalian.

Semoga kisah saya ini bisa menginspirasi lebih banyak orang.

Sudah move on? Sudah!

Sudah bangkit? Yup, sudah juga!

Sekarang bagaimana?

Setengah tahun saya sendiri, menghadapi kesepian hati dan kekosongan hati bersama sahabat-sahabat yang selalu mendekap. Jatuh, merayap, mulai bangkit, berjalan, dan sekarang berlari. Banyak hal yang bisa diambil dari kegagalan yang kemarin. Tidak mudah bagi saya bisa mengembalikan senyuman yang katanya "manis" dulu. Saya membutuhkan banyak tahapan hingga akhirnya mengikhlaskan semuanya dengan berlapang dada.

Ketika galau melanda, satu-satunya hal yang bisa menghibur saya adalah menghabiskan waktu bersama teman-teman. Artinya kegiatan saya tak pernah lepas dari berburu kuliner dan balas dengan makanan. Makan, bagi saya saat itu, adalah sebuah bentuk balas dendam. Namun, apa akibatnya?

Berat Badan saya bertambah, pipi saya semakin chubby, perut saya semakin buncit, badan saya semakin bulat sempurna, muka saya juga makin hitam karena selain suka wisata kuliner, saya jadi tidak pernah merawat diri saya. Padahal saya senang main ke tempat-tempat yang dekat dengan matahari. Ketika hati saya buruk waktu itu, penampilan saya mengikutinya. Sampai pada akhirnya, saat berfoto narsis bersama teman-teman, semua teman mengatakan bahwa saya semakin gemuk dan makin hitam. Dari situ saya mulai merenung, mulai tidak pede dengan kondisi badan saya. Putus cinta semestinya tidak membuat pribadi kita menjadi lebih buruk. Saya harus bangkit. Saya harus mengembalikan kepercayaan diri saya lagi.

Saya mulai berdiet waktu itu juga. Saya tidak mau diajak untuk berburu kuliner lagi. Saya mengurangi aktivitas saya di luar ruangan. Diet di minggu pertama dengan menu sama. Saya mengurangi nasi dan asupan yang dimakan, sayangnya hal itu tidak menurunkan berat saya 1 kilogram pun. Saya terus mencari cara bagaimana bisa menurunkan berat badan.

“Letting go means to come to the realization that some people are a part of your history, but not a part of your destiny.”― Steve Maraboli

Akhirnya, saya memutuskan untuk berdiet tidak makan nasi. Saya sama sekali tidak makan nasi, asupan yang saya makan hanya sayuran dan buah serta banyak minum air putih. Jika memang lapar sekali, saya tambahkan ubi, tapi itu jarang saya lakukan. Mulai per minggunya saya turun 1 kilogram. Dalam waktu 6 minggu saya turun 6 kilogram. Pencapaian yang luar biasa menurut saya, karena selama ini saya tidak pernah berdiet seniat ini.

Saya bersyukur dari berat 66 kilo sekarang menjadi 59. Sangat amat bersyukur karena badan saya semakin terasa enteng dan sehat. Oya, saya juga melakukan olahraga ringan di dalam ruangan, misalnya rope skipping, lari ditempat, yoga, dan dance. Apapun saya lakukan yang penting berkeringat dan bergerak. Dengan diet ini juga, saya menjadi pribadi yang lebih sabar, karena saya mampu menahan godaan makanan-makanan lezat yang selalu disodorkan teman-teman terhadap saya. Dampaknya, entah bagaimana saya jadi malas untuk marah-marah, dan makin belajar untuk mengembalikan senyum saya lagi.

Beberapa teman menganggap saya nggak asyik dan nggak seru karena saya selalu menolak ajakan mereka ketika mereka mengajak berburu kuliner. Saya hanya ingin usaha saya berhasil. Saya pun pantang menyerah. Di saat mereka asyik bercanda tertawa bersama, saya harus olahraga mengeluarkan lemak dan keringat di tubuh saya. Sampai dua bulan berlalu, saya menikmati hasilnya sampai sekarang, tapi saya belum puas karena target ideal saya adalah 50 kg. Dan saya masih berjuang sampai sekarang.

Begitu juga dengan tubuh saya. Saya makin rajin merawat tubuh dengan cara alami, yang dulu belum pernah saya lakukan. Sekarang saya hanya ingin berusaha. Ketika nanti "masa depan saya" datang, dia bisa menikmati hasilnya--memiliki saya yang lebih sabar, lebih kurus,dan lebih bersih. Karena saya sedang menjalani hubungan jarak jauh dengan pasangan saya. Saya tidak ingin dia menyesal telah memilih dan bertahan dengan saya, bertahan dengan segala keterbatasan waktu pertemuan, dengan minimnya komunikasi karena sinyal yang sulit di tempat dia kerja, dengan jarak ribuan kilometer yang memisahkan kita.

Bagi saya, orang yang mau memperjuangkan saya, tidak boleh mendapatkan perlakuan yang biasa saja. Saya juga harus berjuang untuk lelaki itu, lelaki yang memiliki niat baik untuk kehidupan kita ke depannya.

Terima kasih masa lalu, karenamu saya banyak  belajar dan mengajar. Karenamu saya bangkit, dan bisa menjadi pribadi yang lebih kuat.  Karenamu saya mau berdiet yang sudah saya niatkan sejak dulu. Sekarang saya masih bertahan dengan tubuh saya yang semakin mengecil setiap minggunya.

Terima kasih karena perpisahan ini, semoga saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari segi sifat maupun penampilan.

Selamat datang masa depan, tetaplah memperjuangkan dan layak diperjuangkan. Saya akan terus berusaha memantaskan diri untukmu, sampai hari bahagia itu tiba, saya dan kamu bertemu lagi.

Bekerjalah dengan sungguh, jaga kesehatan baik-baik, jangan lupa selipkan namaku selalu di dalam doamu, saya pun akan selalu melakukannya untukmu.

Terima kasih masa lalu dan selamat datang masa depan, terima kasih juga mau bersabar menunggu.

(vem/nda)