Kisah ini dikirim oleh Angga Yanti dan menjadi salah satu pemenang tambahan dalam Lomba Kisah Aku dan Ayah. Kadang ayah diam-diam melakukan banyak hal untuk menyenangkan anak-anaknya. Seringkali sang anak tidak menyadari hal ini.
***
Dear Vemale,
Saya Angga Yanti usia 27 tahun, ibu dari seorang putra bernama Reindra Makkoasang.
Saya tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata untuk menggambarkan seorang bapak yang saya miliki di dunia ini. Dia adalah bapak saya, Dawung Wanto. Beliau adalah seorang ayah yang sangat lucu, bapak sangat suka berekspresi konyol ketika difoto, namun di balik sifat lucunya, beliau bapak yang tegas. Beliau sangat keras mendidik anak-anaknya, agar menjadi orang yang berguna, setidaknya bisa membantu mama ketika beliau pergi bekerja.
Bapak adalah seorang supir pribadi. Setiap hari bapak berangkat sebelum matahari muncul, saat pulangpun sering terlambat dan hari sudah sangat gelap. Waktu saya sudah masuk sekolah ketika kecil, saya jarang bertemu dengan bapak karena pekerjaannya. Hanya pada saat hari Minggu saja saya bisa bermain dengan bapak, itupun tidak setiap Minggu bisa saya nikmati. Kadang jika bapak ditelepon bosnya, bapak harus masuk kerja lagi di hari libur.
Setelah tamat SD dan masuk SMP, saya mulai dekat dengan bapak. Saat itu saya memiliki satu permintaan ke mama, "Ma, aku akan masuk SMP, mana sepatu baruku? Aku tidak pernah dibelikan sepatu baru.." Mama hanya terdiam dan akhirnya saya melupakan permintaan saya.
Tanpa sepengetahuan saya, mama menceritakan permintaanku pada bapak. Saat itu bapak pulang dan sangat mendadak. Saya sangat kaget karena kepulangan bapak hanya untuk mengantarkan saya beli sepatu. Oh Tuhan, aku sangat senang bukan main. Bapak mengajak saya memilih dan membeli sepatu baru. Mungkin hal ini biasa saja, tapi bagi saya sangat berkesan.
Di saat yang lain, adik saya bertanya pada saya, "Mbak, kapan sih kita bisa belajar berenang. Aku belum pernah berenang," Dalam ingatanku saat itu, kami memang belum pernah sekalipun diajak keluarga untuk berenang. Saat malam tiba, saya bisikkan ke telinga bapak, "Pak, si adik belum pernah berenang, dia pingin berenang,"
Lalu bapak bercanda dan mengatakan, "Ngapain berenang? Berenang nggak enak. Enakan mandi di rumah pakai selang bisa main semprot-semprot,".
Saya langsung berlalu karena menganggap bapak tidak serius menanggapi keinginan adik. Namun saat malam hari, saya mendengar percakapan mama dan bapak. Ternyata bapak memikirkan kapan kami sekeluarga bisa jalan-jalan. Ternyata tanpa sepengetahuan mama dan anak-anaknya, bapak sudah mengumpulkan uang agar kami sekeluarga bisa liburan. Saya sangat terharu waktu itu, bahkan bapak memutuskan tidak mengambil kerja lembur. Padahal biasanya bapak selalu menerima tawaran bosnya untuk bekerja di akhir pekan.
"Kalau bosku bisa jalan-jalan dengan keluarganya, masa saya tidak?" begitu pikir bapak.
Akhirnya kami sekeluarga pergi berenang. Saya dan adik saya bahagia sekali. Akhirnya kami bisa menikmati seperti apa rasanya berenang. Saat itu bapak mengatakan, "Nduk, suatu hari bapak pasti membahagiakan kalian, bersabarlah,".
Hingga saat ini, bapak masih sering mengajak anak saya untuk pergi jalan-jalan, walaupun hanya sekedar olahraga pagi di sekitar komplek rumah. Bapak tahu bahwa saya bekerja setiap hari Senin hingga Jumat, sekaligus mengurus rumah. Bapak juga rela mengasuh cucunya walaupun hanya sekedar mengajak jogging pagi.
Terima kasih bapak, engkau telah menginspirasiku dengan segala perjuangan dan keikhlasan untuk selalu membahagiakan keluarganya. Tanpa keluh kesah, hanya terucap bisikan pada kami untuk bersabar, hingga kami merasakan buah manis dari semua perjuanganmu.
(vem/yel)