Jika beberapa waktu lalu ada peluncuran film Tabula Rasa yang menceritakan tentang kekayaan kuliner nusantara, Gramedia Pustaka Utama kini meluncurkan sebuah novel tentang kuliner. Yup, sebuah novel berjudul Aruna dan Lidahnya karya Laksmi Pamuntjak yang juga menceritakan tentang beragamnya kuliner di Indonesia.
Aruna dan Lidahnya merupakan karya sastra yang menggunakan pendekatan kuliner untuk merayakan perbedaan manusia yang bertaut dengan berbagai isu sosial. Melalui keanekaragaman kuliner Indonesia sebagai inspirasi terbesarnya, Laksmi menghubungkan pembaca dengan kesehatan nasional, politik, agama, mitos, aktivisme, realita sosial, sejarah lokal, cinta, dan persahabatan.
“Indonesia memiliki ribuan pulau. Setiap pulau memiliki kebudayaan dan kearifan lokal masing-masing, dengan tafsir yang tentunya berbeda-beda. Makanan merupakan salah satu sarana untuk merekatkan keanekaragaman tersebut. Selalu ada cerita yang tersimpan dalam sebuah hidangan; tentang proses pemilihan bahan, pengolahan hingga penyajiannya, tentang filosofi di baliknya. Obrolan yang muncul dari cerita-cerita tersebut bukan saja saling memperkaya, tapi tak jarang memunculkan hal-hal tak terduga: persahabatan, pengertian, tenggang rasa.”
Dalam novel setebal 426 halaman ini, Laksmi bertutur mengenai Aruna Rai, Bono (seorang chef) dan Nadezhda Azhari (seorang penulis). Saat Aruna yang berprofesi sebagai epidemiologist (ahli wabah) ditugaskan untuk meneliti kasus flu unggas di delapan kota di Indonesia, ketiga sahabat itu lalu berkesempatan untuk berkenalan dengan kekayaan kuliner lokal.
Lebih lanjut, Laksmi menjelaskan bahwa Aruna dan Lidahnya rampung dalam waktu 1,5 tahun. Namun, ide mengenai karya sastra yang menggunakan pendekatan kuliner ini sudah muncul sejak tahun 2005, saat isu flu unggas mulai merebak. Waktu itu dia memang sudah ingin menulis tentang seseorang yang berpikir pagi siang malam tentang makanan.
Sementara itu, masa penulisan novel ini lebih cepat daripada novel sebelumnya yang berjudul Amba, yang diselingi 9 karya yang lain, dan butuh pengendapan yang lama. Proses riset dan penulisan Aruna dan Lidahnyab erkesinambungan, hampir tanpa jeda. Laksmi membagi proses riset Aruna dan Lidahnya ke dalam empat tahap.
“Bulan Desember 2012 saya ke Surabaya dan Madura. Pulang, lalu menulis. Februari 2013 ke Palembang, Medan dan Banda Aceh. Pulang lalu menulis, lalu sempat sakit lama. November 2013 ke Pontianak dan Singkawang, pulang, menulis, lalu, tak lama kemudian, ke Mataram. Januari sampai April 2014 saya merampungkan tulisan, tapi lalu jatuh sakit lagi, cukup lama, sehingga novel baru bisa terbit akhir tahun ini.”
“Makanan merupakan bagian tak terpisahkan dari khazanah Indonesia. Membaca Aruna dan Lidahnya membuka wawasan kita mengenai kekayaan kuliner lokal. Selain memperkaya khazanah sastra Indonesia yang bertema kuliner,novel Aruna dan Lidahnya bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan identitas kuliner Indonesia ke masyarakat dunia, serta melestarikan wawasan kuliner Indonesia terhadap generasi berikutnya,” ujar Siti Gretiani, General Manager Gramedia Pustaka Utama.
Penasaran kan, seperti apa jalan cerita Aruna dan Lidahnya? Makanya, jangan sampai Anda melewatkan novel karya Laksmi Pamuntjak ini ya..
- Ceritakan Pengalaman Anda Tentang Kuliner Pancake dan Dapatkan Vouchernya di Sini!
- Berbagi Kisah Cinta Dengan Album Rossa Dan Dapatkan Hadiah Senilai Rp 35juta!
- Lomba Kisah Aku dan Ayah: Walau Jarang Bicara dan Cool Banget, I Love You, Papa
- Review + Kuis : Indonesian Fashion Bloggers Now!, Ekspresikan Diri Lewat Fashion
- Review + Kuis: The Power in You, Lejitkan Potensi Diri Sekarang Juga