Belajarlah Pada Anak-Anak Tentang Rasa Syukur

Fimela diperbarui 04 Nov 2014, 13:30 WIB

Semakin dewasa, makin banyak yang kita pelajari. Namun selagi ada yang kita pelajari, kadang ada pula yang kita lupakan. Untuk mengembalikannya, kita perlu menjadi anak-anak. namun, kita tak bisa kembali ke masa kanak-kanak bukan?

Maka, belajarlah pada anak-anak. Ada kalanya untuk memahami sesuatu, kita perlu menyederhanakan pemikiran. Seperti sederhananya pikiran kita saat masih anak-anak. 

Video copyright Youtube/JubileeProject

Setelah kita tumbuh dewasa, kita mengerti tentang cantik, tampan, keren dan image-image unggulan yang banyak kita lihat dalam pergaulan. Tanpa disadari, kerap kali kita menjadi lebih awas dengan penampilan yang kita miliki. Bahkan, beberapa di antaranya jadi jatuh tak percaya diri. 

Ada beberapa penyesalan setelah pertumbuhan. Tak puas dengan bentuk alis, bentuk tubuh, warna kulit dan sebagainya. Seperti video di atas. Banyak orang dewasa yang menyadari apa yang menjadi kekurangan mereka. Andai mereka bisa, maka mereka ingin mengubahnya. 

Namun lain halnya saat yang ditanyai adalah anak-anak. Mereka merasa semua yang mereka miliki pada tubuh mereka itu sudah keren dan cukup. Andai bisa mengubahnya, mereka lebih memilih untuk menambahkan hal-hal yang sifatnya imajinatif seperti bisa berlari lebih cepat, bisa terbang dan sebagainya. Bahkan, ada yang merasa tak ada yang harus diubah dari penampilan itu. 

Pemikiran mereka mungkin nampak sederhana. Namun, pada dasarnya memang hal inilah yang membuat mereka bisa bersyukur dan hidup dengan attitude yang lebih sederhana. Menjaga dan mengembangkan apa yang dimiliki, bukan menyesali dan mengubah untuk sebuah kesempurnaan. 

Saat kita sudah bisa memeluk ketidaksempurnaan yang kita miliki, maka saat itulah sedikit demi sedikit kesempurnaan terbaik akan terbentuk. Semoga video di atas bisa memberikan Anda inspirasi. 

(vem/gil)