HUT ke-100, Panti Asuhan Hati Suci Akan Rangkul Panti Asuhan Daerah Terpencil

Fimela diperbarui 27 Okt 2014, 10:16 WIB

Usia 100 tahun adalah angka yang spesial bagi Panti Asuhan Hati Suci. Berawal dari keinginan untuk membebaskan anak-anak dari keterlantaran, saat ini Panti Asuhan yang terletak di jalan Hati Suci, Jakarta sudah memiliki ribuan alumni. Ingin melebarkan sayap dan merangkul lebih banyak anak di seluruh Indonesia, Panti Asuhan Hati Suci membangun program baru untuk merangkul panti asuhan lain, terutama yang ada di daerah tertinggal.

"Terhitung sejak didirikan, Hati Suci telah memiliki ribuan alumni. Hati Suci secara konsisten menjalankan berbagai program untuk memupuk rasa percaya diri dan kemandirian anak-anak," ujar Fransisca Setiati, Direktur Panti Asuhan Hati Suci, seperti dilansir oleh merdeka.com.

Semangat Panti Asuhan Hati Suci tidak menyurut di usia yang ke-100. Semangat dari sang pendiri, Lie Tjian Tjoen untuk memberantas keterlantaran anak di Indonesia akan terus dilanjutkan dengan program-program yang lebih luas. Manurut Fransisca, Hati Suci akan menggandeng institusi pemerintah seperti Komnas Perempuan, Komnas Anak, serta unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polri untuk melaksanakan agenda pemenuhan hak anak. Cara tersebut diharapkan bisa lebih cepat mengurangi anak Indonesia yang terlantar.

Fransisca menuturkan bahwa di Indonesia, masih banyak anak yang terpaksa bekerja. Hal ini terjadi hampir di semua daerah di Indonesia, termasuk di daerah yang masuk kategori daerah tertinggal dan miskin.

"Kedaaan ini (pekerja anak) justru semakin memacu kami untuk semakin giat menyerukan pemenuhan hak anak. Kami akan mulai menjajaki panti-panti lain di daerah tertinggal agar semakin banyak anak yang dapat dirangkul," ujar Fransisca.

Keterlantaran yang dimaksud tidak hanya mengenai masalah finansial, tetapi juga dalam hal fisik dan emosional.

"Hati Suci memiliki tiga definisi keterlantaran, pertama keterlantaran fisik atau mereka yang mengalami kekerasan fisik, keterlantaran finansial yaitu anak yang kurang gizi karena orang tuanya miskin. Selain itu ada keterlantaran secara emosional artinya sang anak tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tua," lanjut Fransisca.

Program ini tentu saja menggembirakan, karena masih banyak anak Indonesia yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan. Sebagai penerus bangsa, masa depan negara ini ada di tangan mereka. Setiap anak dalam kondisi apapun memiliki potensi untuk memajukan bangsa ini, maka Panti Asuhan Hati Suci berupaya membentuk anak-anak sebagai pribadi yang bisa mensejahterakan dirinya, keluarganya, dan masyarakat sekitar.

Selain memaparkan program terbaru, Panti Asuhan Hati Suci meluncurkan buku biografi sang pendiri panti asuhan. Buku tersebut berjudul Ny. Lie Tjian Tjoen. Peluncuran buku tersebut diharapkan bisa membuat lebih banyak orang peduli dengan masa depan anak-anak terlantar di Indonesia, seperti semangat Nyonya Lie Tjian Tjoen yang ingin agar anak-anak terbebas dari keterlantaran.

(vem/yel)
What's On Fimela

Tag Terkait