Jangan Tunda Lakukan Kebaikan, Mungkin Anda Menyelamatkan Hidup Seseorang

Fimela diperbarui 15 Okt 2014, 16:10 WIB

Aku kuliah semester 3 waktu itu. Di kelasku ada seorang anak bernama Kyle. Siang itu ia membawa tumpukan buku saat pulang. Sudah 3 hari ia begitu, kupikir dia memang seorang kutu buku dan anak yang rajin belajar. 

Bahkan di akhir pekan, ia juga membawa bukunya. Kelihatan tebal-tebal dan berat. Suatu siang setelah pulang dari acara di kampus, aku melihatnya membawa buku dan ditabrak oleh anak-anak kecil yang kebetulan lewat di depan gerbang kampus. "BRAKK..!!"

Bukunya berhamburan, kacamatanya lepas dan dia tak bisa melihat dengan jelas. Ia panik mencari kacamatanya, sementara anak-anak yang menabraknya hanya pergi dan berlalu. Ia bingung antara menata bukunya dan mencari kacamata. 

"Ah, dasar mereka belum diajari sopan santun," ujarku sambil membantu Kyle mengambil buku-bukunya. Aku memutuskan menghampirinya karena tak tega melihatnya panik begitu. Aku mengambil kacamatanya dan memberikan ke tangan Kyle. Ia pun menggunakannya dan menyadari bahwa aku adalah teman sekelasnya, "Oh, hai.." ujarnya. 

Senyum tersungging begitu mengembang dari bibirnya. Ia nampak sangat senang melihatku, entah mengapa. Setelah itu aku membantunya membawa buku dan berjalan bersama. Ternyata tempat tinggalnya tak jauh dari tempatku, jadi kami pulang bersama. 

***

2 tahun berlalu, Kyle dan aku sudah menjadi sahabat dekat dengan beberapa teman lainnya. Ternyata Kyle senang dan pintar basket. Ia juga mengajari kami banyak teori pelajaran sehingga kami bisa lulus dengan cepat seperti dirinya. 

Kyle kini menjadi pria yang benar-benar menemukan jati dirinya. Ada 4 lulusan terbaik di kampus. Salah satunya adalah Kyle. Ia diminta menyampaikan pidato di mimbar. 

Ternyata di sana, ia menyampaikan sebuah pidato yang mencengangkan tentang dirinya. Ia bercerita tentang pertemuan pertama kami. Di hari itu sebenarnya ia ingin bunuh diri. Kyle membawa semua bukunya pulang ke rumah agar ibunya tak haruis melakukannya setelah ia meninggal. 

"Untungnya, aku selamat. Seorang teman menyelamatkanku tanpa kami berdua sadari," ujarnya di panggung dengan senyum. Ia menatapku dalam-dalam, begitu juga kedua orang tuanya membalikkan punggung dan mengangguk dengan senyum penuh makna padaku. 

Aku tidak tahu bahwa ternyata apa yang kulakukan hari itu sudah menyelamatkannya. Entah apa yang terjadi kalau aku tak menghampirinya dan menyapanya hari itu. Jangan sepelekan tindakan kecil. Bisa saja apa yang kita lakukan, mengubah hidup seseorang. 

(vem/gil)