Ketika Anak Komplain tentang PR-nya, Ini yang Perlu Dilakukan Orang Tua

Fimela diperbarui 11 Okt 2014, 11:20 WIB

Banyaknya Pekerjaan Rumah atau PR yang diterima anak dari sekolah bisa membuat anak tersebut jadi marah atau komplain. Bahkan ketika di rumah, ia bisa mogok belajar dan tak mau mengerjakan PR-nya. Kalau sudah begini, apa yang seharusnya dilakukan oleh orang tua?

"Complaining is natural, but homework exists to help your child practice and refine the skills she learns in class." Carolyn Rahaman via SheKnows.


Anak komplain tentang sesuatu itu hal yang wajar. Tapi sebagai orang tua, kita perlu melakukan peran kita agar anak bisa belajar sesuatu ketika ia komplain tentang PR-nya. Hal-hal inilah yang perlu dilakukan orang tua ketika anak sudah mulai komplain tentang PR-nya.

"PR-ku banyak sekali."
Ketika anak komplain tentang banyaknya PR yang ia dapat, Anda perlu mencari tahu akar penyebabnya. Apakah memang gurunya yang keterlaluan karena memberikan terlalu banyak tugas? Apakah anak Anda kesulitan memahami konsep tertentu sehingga PR yang ia dapat jadi terlalu banyak? Atau anak Anda yang suka menunda-nunda?

Ketahui dulu penyebabnya, lalu Anda bisa cari jalan keluarnya. Anda bisa coba untuk membantu anak Anda mengatur jadwal belajarnya, mencarikan guru les untuknya, atau mendampinginya belajar dan mengerjakan semua PR sampai selesai.

"Duh, PR ini sulit sekali sih."
Biasanya anak yang merasa PR-nya terlalu sulit, itu bukan karena soal-soal dalam PR itu terlalu rumit tapi karena anak kurang percaya diri dengan kemampuan mereka. Saat anak kesulitan, jangan langsung mengucilkan atau memarahinya. Bantu ia, berikan motivasi, dan jika memang diperlukan cari bantuan dari orang atau guru yang lebih menguasai materi PR tersebut.

"Aku sudah lelah."
Ketika anak berkata bahwa ia sudah terlalu lelah untuk mengerjakan PR-nya, coba perhatikan lagi jadwal yang ia miliki. Apakah memang jadwalnya terlalu padat? Atau mungkin ada kesalahan dalam membuat prioritas?

Selain itu beri juga pengertian tentang pentingnya mengatur waktu dan mengatur prioritas. Bantu anak Anda untuk mulai memahami konsekuensi atau akibat jika dia tak melakukan tugas atau kewajiban pentingnya terlebih dahulu. Rasa tanggung jawab juga bisa diajarkan sejak dini dengan membantu anak untuk menyelesaikan semua tugas dengan baik dan disiplin.

"Aku nggak ngerti guruku maunya apa."
Saat anak frustasi ketika menyelesaikan PR-nya, ia biasanya malah menyalahkan gurunya. Jika ini yang terjadi, coba minta anak Anda untuk menghubungi teman sekelasnya yang lain. Dorong ia untuk bisa mencari jalan keluarnya sendiri. Di sisi lain, Anda pun bisa coba membantu untuk bertanya pada sang guru atau mendampingi anak Anda untuk memecahkan masalahnya.

Sekolah itu penting. Dan PR serta tugas harian biasanya akan selalu menyibukkan hari-hari anak Anda. Sebagai orang tua, Anda perlu selalu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya, bukan hanya dalam bidang akademik tapi juga dalam perkembangan emosi dan mentalnya.





(vem/nda)