Geger Status Path Florence, Mahasiswi UGM Yang Menghina Jogjakarta

Fimela diperbarui 29 Agu 2014, 15:30 WIB

Satu lagi kasus yang memanas akibat status di social media. Kali ini datangnya dari mahasiswi S2 Kenotariatan Universitas Gadjah Mada (UGM), Florence Sihombing. Dimulai dari perasaan kesal karena peristiwa menyerobot antrian bensin di SPBU, wanita ini kemudian jadi mengupdate sebuah status Path yang menuai kontroversi. 

Kejadiannya berawal dari status Florence Sihombing di akun Pathnya. Dilansir dari Merdeka.com, menurut pantauan pada tanggal 28/8, Florence mengupdate status di atas karena ia kesal tak dilayani membeli bensin di antrian mobil dan diminta antri di barisan motor yang antreannya sudah mengular panjang. 

Saat ini bensin memang sedang mengalami kelangkaan di mana-mana, sehingga menyebabkan antrean yang panjang. Kesal dengan perlakuan itu, Florence pun menuangkan kejengkelannya dalam sebuah status yang ternyata berbuah kritik pedas dari berbagai pihak. "Jogja miskin, tolol, dan tak berbudaya. Teman-teman Jakarta-Bandung jangan mau tinggal Jogja," tulis Florence. 

Status provokatif itu menyebar dengan luas sehingga dampaknya bikin geger dan panas warga Jogjakarta. Banyak yang menyayangkan kenapa wanita dengan level pendidikan S2 sepertinya sampai bicara seperti itu. Bahkan seperti yang disampaikan Merdeka.com, sudah ada fanpage yang bernama  'Usir Florence Sihombing Dari Yogyakarta'.

Namun di sisi lain, ada pula rekan Florence Sihombing yang menyampaikan pembelaannya. Hal ini ia sampaikan karena reaksi yang mulai mengkhawatirkan di social media. Rekan Florence yang bernama Rachel ini menghimbau agar bully-an terhadap Florence tidak dibesar-besarkan, mengingat tragedi Lockstock di Jogja beberapa tahun silam. 

Tragedi itu terjadi kala sebuah promotor acara musik gagal menggelar eventnya dan dicaci oleh banyak orang. Keesokan harinya ia dikabarkan meninggal karena ditabrak kereta api. Rachel mengingatkan dampak sebuah bullyan pada orang yang dibully tersebut. 

Florence Sihombing kabarnya sudah meminta maaf pada warga Jogjakarta, UGM dan semua pihak yang merasa dirugikan atas perbuatannya. Pada Kamis (28/8), dalam akun Path-nya, Florence menuliskan, "Saya dan keluarga dan teman-teman yang bersangkutan meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada segenap warga Yogyakarta atas kata-kata di Path saya. Saya merasa sangat menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan Saya." 

Tidak hanya Florence, Komunitas Batak di Jogja juga sudah meminta maaf pada seluruh masyarakat Jogja. Saat ini Florence telah menutup akun social medianya. Ia juga belum berani keluar ke mana-mana karena masih mendapatkan ancaman. Menurut sang pengacara, status tersebut sebenarnya terjadi karena ada pemberitaan media yang tak berimbang sehingga Florence membuat status yang emosional. 

"Flo merasa kecewa, dalam berita di salah satu media online itu, saya gak perlu sebut medianya, Florence dibilang menyerobot antrean dan juga meminta belas kasih petugas supaya dia bisa mendapat bbm," kata Wibowo Malik SH, dilansir dari Merdeka.com (29/8). 

Nasi sudah menjadi bubur, apa yang telah terucap tak bisa ditelan kembali. Dari kasus ini, sebaiknya kita ambil hikmah bahwa jangan menyampaikan sesuatu dalam keadaan emosi, apalagi di social media. Salah langkah bisa menjadi masalah yang menghebohkan di jaman informasi serba cepat ini. Semoga ada penyelesaian yang baik dan tidak menimbulkan perpecahan di negeri tercinta ini. 

 

(vem/gil)
What's On Fimela